Pengabdian Mahasiswa Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan IPB “Pengembangan Peternakan

Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang mengarakan peserta didik menuju masa depan yang baik dengan bidang ilmu yang berbeda-beda. Keberadaan perguruan tinggi dinilai sangat penting sebagai pencetak tenaga ahli dan melahirkan calom-calon pemimpin bangsa. Fungsi dari perguruan tinggi tertera dalam Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Seluruh perguruan tinggi di Indonesia telah mengimplementasikan Tri Darma Perguruan Tinggi tersebut, termasuk di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Institut Pertanian Bogor melalui program IPB Goes To Field (IGTF) menjadi sebuah langkah nyata dalam berbakti kepada masyarakat. Program IGTF merupakan program turun desa bagi mahasiswa yang diadakan setiap tahunnya dan tersebar keberbagai daerah di Indonesia. Salah satu diantaranya adalah Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Tema kegiatan program di kabupaten tersebut yaitu “Sistem Pertanian Terpadu dalam Pencapaian Target Swasembada Daging”. Program tersebut ditargetkan untuk mahasiswa Fakultas Peternakan dan Fakultas Peternakan Hewan.

Sebanyak 153 mahasiswa Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan mengabdi kepada masyarakat melalui program IGTF tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 24 Juni hingga 3 Juli 2013 mendapatkan respon yang positif dari pemerintah daerah Image dan masyarakat Kabupaten Bondowoso. Mahasiswa disebar ke sepuluh kecamatan yang menjadi lumbung sapi di Kabupaten Bondowoso. Kecamatan tersebut yaitu Tamanan, Maesan, Tapen, Bondowoso, Curahdami, Tenggarang, Tegal Ampel, Wonosari, Cermee, dan Prajekan.

Program kegiatan tersebut meliputi penyuluhan dan sosialisasi tentang integrasi pertanian dan peternakan yang diawali dengan perkandangan, aplikatif pembuatan pakan berbahan dasar limbah pertanian, sistem pengelolaan limbah berdaya guna, pemberian obat gratis, dan manajemen pemeliharaan yang sesuai dengan prosedur pemeliharaan. Realita kondisi peternakan rakyat saat ini sangat sesuai dengan konten program yang dijalankan. Secara umum, masyarakat Kabupaten Bondowoso beternak masih menerapkan sistem tradisional. Letak kandang yang bersebelahan dengan rumah, bahkan dengan dapur, kondisi lembab dan gelap, serta luasan kandang yang sempit. Melihat kondisi tersebut tidak heran bila bibit penyakit dapat berkembang pesat dan tentu akan mengganggu kesehatan sapi dan peternaknya. Pemberian pakan pun hanya memberikan rumput gajah dan jerami serta ampas tahu yang menjadi sumber protein bagi sapi. Teknologi pengolahan pakan masih sangat minim dilakukan.

Setiap harinya, mahasiswa disibukan dengan kegiatan sosialisasi kesetiap rumah warga berupa pembagian obat cacing gratis, pembuatan pakan alternatif dan penerapan teknologi pengolahan pakan sapi, sosialisasi perkandangan, sosialisasi pengelolaan limbah menjadi pupuk dan biogas, serta kegiatan sosialisasi pemahaman daging yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) kepada masyarakat. Image Respon yang baik diperlihatkan oleh pemerintah daerah dan pemerintah desa dalam palaksanaan IGTF ini. Menurut Kepala Desa Tamanan, Bapak Budiharto kegiatan tersebut adalah kegiatan yang sangat baik dan tepat dilaksanakan di Bondowoso karena disinilah tempatnya sapi, selain itu Budiharto pun mengucapkan terimakasih telah membantu mensosialisasikan teknis pemeliharaan sapi yang baik kepada warganya. Diakui, warganya masih membutuhkan informasi dalam mengelola peternakan sapi. Selain itu, mahasiswa pun ikut kegiatan rutinan dari Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan) setempat dalam pengobatan sapi secara gratis yang meliputi penyuntikan hormon reproduksi, peningkat nafsu makan, dan deteksi kebuntingan sapi.

Diakhir kegiatan dilakukanlah presentasi mengenai kondisi umum peternakan di Kabupaten Bondowoso dan juga penjelasan hasil survey berupa kuisioner yang diamati mahasiswa. Seminar tersebut langsung dihadiri oleh Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bondowoso. Beberapa hasil survey diantaranya mengenai teknik pelaksanaan inseminasi buatan yang sudah baik dan perlu sedikit evaluasi, perkandangan yang kurang baik dan harus adanya model kandang yang sehat, dan manajemen pengolahan pakan dan limbah yang masih belum maksimal. Berdasarkan hasil survey tersebut, disampaikan tiga usulan penting yang bisa menjadi sebuah kebijakan pemerintah Kabupaten Bondowoso. Usulan pertama yaitu “Gerakan Renovasi Kandang Sehat ImageBondowoso”, dalam usulan tersebut diperlihatkan contoh model kandang sehat berbasis peternakan mandiri. Yang kedua adalah “Gerakan Gotong Rotong Pembuatan Pakan Fermentasi dan Konsentrat”, dan usulan yang ketiga adalah “Manajemen Pembentukan Kelompok Ternak Bondowoso”, karena melalui kelompok akan banyak kemudahan dan bantua yang akan didapatkan oleh para peternak. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bondowoso, Bapak Hindarto menjelaskan “hasil survey yang dilakukan oleh mahasiswa akan menjadi masukan bagi kami dalam membangun peternakan sapi di Bondowoso, terutama model kandang yang cocok untuk masyarakat Bondowoso dan akan dijadikan sebagai model kandang sehat bagi masyarakat”.

Melihat potensi Kabupaten Bondowoso yang sangat baik dibidang pertanian dan perkebunan serta sumber daya alamnya, dengan merealisasikan usulan-usulan tersebut, bukan hal yang tidak mungkin Kabupaten Bondowoso akan menjadi percontohan peternakan rakyat modern di Indonesia. Terlebih Kabupaten Bondowoso memiliki banyak prestasi, yaitu telah mendapatkan piagam Adipura dari Presiden Image RI sebagai kota kecil terbersih dan model petani taladan nasional berada di Kabupaten Bondowoso. Semangat bergerak dari pihak pemerintah, akademisi, dan masyarakat tentu akan menghasilkan sebuah karya besar dalam dunia peternakan Bondowoso. Sebuah harapan besar semangat serupa dimiliki beberapa wilayah di Indonesia agar terealisasinya mimpi besar mewujudkan Indonesia swasembada daging sapi dan terciptanya kemandirian pangan nasional.

Oleh : Hafidz Ilman Albana (Ketua BEM Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor)