Pakar IPB Teliti Pakan Daun Pelepah Sawit untuk Sapi Perah

Sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia adalah sapi perah Friesian Holstein (FH), yang merupakan bangsa sapi perah dengan tingkat produksi susu tertinggi, dan berkadar lemak yang relatif rendah dibandingkan sapi perah lainnya. Jenis pakan yang diberikan pada sapi perah dapat mempengaruhi produksi dan kualitas susu, serta dapat berpengaruh terhadap kesehatan sapi perah. Akan tetapi faktor penyediaan pakan hijauan yang berkualitas masih menjadi kendala, karena semakin terbatasnya jumlah lahan untuk penanaman hijauan makanan ternak. Dengan demikian perlu diupayakan untuk mencari pakan alternatif yang potensial, murah dan mudah didapat serta tersedia sepanjang tahun. Perkebunan kelapa sawit berpotensi menjadi sumber pakan alternatif untuk mengembangkan usaha peternakan.

Tiga orang peneliti yang terdiri dari P. Riski dari Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Sekolah Pascasarjana, Insitut Pertanian Bogor (IPB); B. P. Purwanto dari Program Diploma IPB; beserta Afton Atabany dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan (Fapet) IPB melakukan penelitian untuk mengetahui produksi dan kualitas susu sapi FH laktasi yang diberi pakan daun pelepah sawit.

“Peluang bagi peternak untuk memanfaatkan hasil sampingan dan limbah dari perkebunan kelapa sawit berpotensial untuk dijadikan sebagai pakan alternatif untuk ternak, karena masih tersedia dalam jumlah yang banyak, belum dimanfaatkan secara optimal dan tersedia sepanjang tahun,” tutur Afton Atabany.

Dalam percobaannya peneliti ini memelihara sapi FH laktasi pertama bulan kelima sebanyak empat ekor ternak dengan estimasi umur 24-36 bulan yang berada di UPT Balai Pembibitan Peternakan Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Sapi-sapi itu dipelihara dan diberikan pakan hijauan rumput raja (RR) dan daun pelepah sawit (DPS) dengan konsentrasi berbeda (A = RR 100% sebagai kontrol, B = RR 75% + DPS 25%, C = RR 50% + DPS 50% dan D = RR 25% + DPS 75%).

Afton menyampaikan pakan hijauan berupa daun pelepah sawit sebelum diberikan ke ternak terlebih dahulu dicacah menggunakan chopper. Sapi diberi pakan sekira tiga persen (%) dari perkiraan bobot hidup dan penghitungan kebutuhan gizi pakan. Rasio hijauan dan konsentrat adalah 60% berbanding 40%. Konsentrat yang diberikan adalah ampas tahu. Pakan diberikan dua kali sehari yaitu pukul 08.00 dan 15.00 WIB.

Dari percobaannya tim ini memperoleh bahwa perlakuan terbaik pemberian pakan daun pelepah sawit untuk sapi FH laktasi adalah 25% dari total hijaun. Maksimal Pemberian daun pelepah sawit sebagai pakan sapi FH laktasi sampai 50% dari total pakan hijauan mampu mempertahankan produksi dan kualitas susu.

“Pemberian pakan DPS 25% dan DPS 50% dari total hijauan menunjukkan produksi susu yang tidak jauh berbeda atau sebanding dengan pakan tanpa pemberian daun pelepah sawit (kontrol). Hal ini menunjukkan sapi FH laktasi mampu mempertahankan produksi susunya sampai pemberian daun pelepah sawit sebanyak 50% dari total hijaun yang diberikan,” ungkapnya.

Ia menambahkan rasa suka (palatabilitas) daun pelepah sawit sebagai pakan ternak sapi perah FH tergolong rendah. Pemanfaatan daun pelepah sawit sebagai pakan alternatif untuk ternak perah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berupa pengolahan secara fisik dan kimia atau kombinasi keduanya guna meningkatkan pemanfaatan dan kualitas daun pelapah sawit.(ipb.ac.id)