News

Fakultas Peternakan IPB (Fapet) turut berpartisipasi pada IPB Innovation EXPO 2023 yang digelar di Botani Square Mall Bogor selama tiga hari berturut-turut dari 29 September sampai dengan 1 Oktober 2023. Menempati booth nomor 5, Fapet IPB University menampilkan ragam produk dan inovasi berbagai hasil peternakan serta pakan.

“Produk-produk inovasi Fapet membanggakan, dengan display yang sangat indah dan informatif. Masyarakat bisa melihat bahwa karya Fapet yang akan menyumbang sumber protein hewani siap untuk masyarakat. ”ujar Kepala Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST) IPB Prof. Dr. Erika B. Laconi yang berkunjung ke booth Fapet pada (1/10). Prof. Erika juga menyampaikan bahwa Fapet tidak terbatas hanya untuk pakan ternak ke peternak saja, tapi juga untuk menopang budidaya ternak dari berbagai jenis pakan yang sudah dihasilkan diantaranya ada sorinfer, wafer, BSF dan akhirnya hasilnya dari produksi ternaknya juga ada disini seperti daging domba premium, telur omega dan tentunya kita harapkan semua sumber protein hewani dapat disuplai dari keilmuan yang ada di Fapet. Selain Kepala LKST, Wakil Rektor bidang Riset, Inovasi dan Pengembangan Agromaritim, Prof. Dr. Ernan Rustiadi menyempatkan diri berkunjung dan menyapa civitas Fapet.

Beberapa produk yang menarik minat pengunjung paling banyak adalah yogurt Dairycous yang dari hari pertama sampai hari terakhir Expo selalu habis terjual, beberapa pembeli dari kalangan  IPB maupun kalangan umum mengatakan rasa yogurt tersebut lebih enak dari yogurt merk terkenal yang banyak beredar di pasaran. Selain itu ada pula Telur omega-3 yang memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan jantung, otak, dan sistem saraf, serta berbagai manfaat lainnya. Telur omega-3 dihasilkan oleh ayam petelur yang diberi pakan dengan melibatkan formulasi pakan ayam petelur dengan suplemen omega-3. Produk lain yang juga tersedia adalah ayam asap, hidangan daging ayam yang telah diasapi dengan diberi cita rasa dari rempah-rempah khusus. Proses pengasapan memberikan rasa dan aroma yang khas pada ayam. Proses ini dapat memakan waktu berjam-jam. Ayam asap memiliki warna cokelat kehitaman yang dihasilkan oleh proses pengasapan.

Booth Fapet juga menampilkan aneka pakan ternak, maggot, wafer pakan, HMB dan masih banyak lagi. Ada pula produk PKM berupa spons anti bakteri yang terbuat dari bulu domba.Pengunjung yang hadir di booth Fapet terdiri dari berbagai kalangan, ada masyarakat umum yang rata-rata tertarik pada produk makanan. Banyak juga dari kalangan mahasiswa, salah satunya Andri, mahasiswa prodi TNK Sekolah Vokasi IPB yang tertarik dengan produk sorinfer karena sangat berhubungan dengan kuliah yang tengah ditempuhnya. Ada pula Mahdi Mubarok, alumni kimia IPB yang antusias pada produk madu dari Fapet IPB “Produk madu dari peternakan lebah di IPB adalah madu asli, bukan campuran dan sudah pasti banyak khasiatnya” tandasnya.  (Femmy).

Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar talkshow bertajuk Model Bisnis Plasma Inti Larva BSF Berbasis Ekonomi Masyarakat. Acara ini merupakan bagian dari IPB Innovation EXPO 2023 yang diselenggarakan di Botani Square Mall Bogor (30/09). Menghadirkan Prof. Nahrowi, Guru Besar Fapet IPB dengan keahlian bidang teknologi pakan ini memfokuskan pembicaraan pada model bisnis  maggot untuk pakan alternatif meat bone meal (MBM) pada industri pakan unggas, ikan dan babi.  Maggot  merupakan pakan yang terbuat dari larva Black Soldier Fly (BSF).  Selama ini kita import MBM karena Indonesia belum dapat membuatnya.  Prof. Nahrowi lalu menyampaikan bahwa MBM ini dapat digantikan keberadaannya apple to apple oleh maggot dalam ransum unggas, ikan dan babi. Bisnis maggot ini sangat menjanjikan mengingat industri pakan saat ini mengimpor MBM sekitar satu juta ton pertahun atau setara dengan 10 triliun rupiah.

Dalam pemaparannya, Prof. Nahrowi menjelaskan alasan mengapa maggot menjadi pilihan yang tepat.   Salah satunya adalah kemampuan maggot untuk tumbuh dan berkembang dengan baik menggunakan media sampah organik yang tersedia, yang jumlahnya sekitar 53% dari total sampah di Indonesia, sekitar 30 juta ton per tahun.  "Model bisnis yang saya tawarkan adalah masyarakat tidak perlu melakukan seluruh proses mulai dari pemeliharaan hingga pengeringan maggot. Kami hanya meminta masyarakat untuk melakukan tahap pembesaran saja, sementara tahap lainnya akan ditangani oleh pihak lain," jelas Prof. Nahrowi. Tahap awal melibatkan pendistribusian bibit maggot yang berusia 5 hari kepada masyarakat. Kemudian, masyarakat akan bertanggung jawab untuk membesarkan maggot tersebut selama 10 hari, sehingga dalam waktu 15 hari, maggot sudah siap untuk diambil. Prof. Nahrowi menegaskan bahwa bisnis ini sangat jelas karena konsumennya adalah industri pakan. Model bisnis ini terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok pembesaran oleh masyarakat desa dan kota, beberapa kelompok pembibitan yang hanya ada di kabupaten atau kota, dan beberapa kelompok pengolahan yang beroperasi di tingkat Provinsi.

Talkshow yang sangat informatif ini dihadiri oleh berbagai kalangan. Dalam sesi diskusi, Muhammad Rizis Maulana, seorang mahasiswa Sekolah Vokasi IPB, berbagi pengalamannya di Prodi Pengembangan Masyarakat. Saat ini, ia sedang menjalani magang di Desa Sukaharja, Ciomas, dan sedang aktif mengembangkan budidaya maggot. Selain itu, ia juga berminat untuk menjalin kerjasama dengan Prof. Nahrowi.

Peserta lain yang juga tertarik adalah Andi, pengunjung mall dari kalangan masyarakat umum yang antusias mengikuti talkshow tersebut “Saya concern pada masalah sampah dan berminat mengikuti training bisnis maggot yang bekerjasama dengan Prof. Nahrowi”ujarnya. (Femmy)