News

Merpati adalah salah satu burung yang banyak menginspirasi kehidupan manusia. Istilah ‘jinak-jinak merpati’ atau kesetiaan akan pasangan yang dicontohkan merpati seolah sudah melekat pada kehidupan manusia. Tidak hanya sampai di situ, berbagai penelitian menunjukkan bahwa merpati juga memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi.

Menurut Pakar Genetika Ekologi IPB University, Prof Ronny Rachman Noor, merpati domestik yang dikenal dengan nama latin Columba livia domestica ini jika ditinjau dari segi taksonomi masuk dalam kelompok famili Columbidae yang terkenal dengan segala keunikannya.

Burung merpati masih dalam kelompok famili dengan burung Dodo yang sangat terkenal, hewan yang jadi ikon kepunahan. Keunikannya banyak menginspirasi cerita petualangan yang diangkat ke layar lebar.

“Berdasarkan catatan sejarah, interaksi antara manusia dan burung merpati telah terjadi ribuan tahun yang lalu di zaman Mesopotamia di Irak sekitar 3000 SM,” ujar Guru Besar IPB University ini.

Burung merpati memiliki rasa sosial yang sangat tinggi. Tidak heran, biasanya merpati hidup berkelompok dengan jumlah sekitar 20-30 ekor.

Prof Ronny menuturkan, keunikan lain dari merpati yang menginspirasi banyak orang adalah kesetiaannya. Sekali merpati berjodoh dan berpasangan maka akan berlangsung seumur hidup. Pasangan merpati biasanya mengasuh dua anak secara bersamaan.

“Kesetaraan dan juga tanggung jawab induk dan pejantan merpati juga sangat luar biasa. Baik pejantan maupun induk secara bergantian mengerami telur, memberi makan serta membesarkan bersama anak-anaknya,” jelasnya.

Namun, lanjut Prof Ronny, ada satu keunikan burung merpati yang sangat jarang dimiliki oleh burung lain. Yakni kemampuan jantan dan betina menghasilkan ‘susu’ yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

“Di dunia ini hanya ada tiga jenis burung yang menghasilkan ‘susu’, yaitu burung merpati, flamingo dan penguin kaisar jantan,” ucapnya.

Masih kata Prof Ronny, “Tidak seperti hewan mamalia yang menghasilkan dan menyalurkan susu kepada anaknya melalui puting susu, merpati menghasilkan dan menyimpan susunya di tembolok. Susu ini menjadi makanan utama anak-anaknya dengan cara mengalirkannya dari merpati dewasa ke anaknya.”

Susu merpati ini kental dan berwarna kuning. Di dalamnya terkandung protein, lemak dan antioksidan. Secara fisiologis, Prof Ronny mengatakan, produksi susu ini ternyata dirangsang oleh keberadaan hormon prolaktin seperti halnya yang terjadi pada manusia.

“Dengan kandungan gizi yang sangat tinggi ini memungkinan anak merpati dapat tumbuh dan berkembang dengan sangat cepat dan juga sehat,” jelas Prof Ronny.

Keunikan lain dari burung merpati adalah sistem navigasinya yang sangat canggih. Burung ini memiliki kemampuan untuk mencari jalan pulang walaupun telah menempuh perjalanan sangat jauh. Bahkan, dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat saat ini, belum mampu menguak rahasia kemampuan merpati mencari jalan pulang ini.

“Berbagai spekulasi memunculkan teori bahwa kemampuan merpati yang sangat luar biasa ini merupakan gabungan dari kemampuan merasakan keberadaan medan magnet, keberadaan reseptor khusus di bagian mata, penggunaan indra penciuman serta mampu menggunakan frekuensi infrasonik rendah,” ulas Prof Ronny.

Berbasis kemampuan navigasi merpati itu, tidak heran merpati digunakan dan dilibatkan dalam berbagai perang untuk mengirimkan pesan rahasia. Catatan rahasia ini biasanya ditempelkan pada kaki dan punggung.

“Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa merpati memiliki ketajaman pendengaran yang sangat luar biasa. Kemampuan ini terkait dengan pendeteksian frekuensi suara rendah yang tidak dapat didengar manusia. Dengan kemampuan ini merpati dapat mendengar suara badai maupun letusan gunung yang jaraknya sangat jauh,” imbuhnya.

Menurut Prof Ronny, ketinggian terbang merpati dapat mencapai 1.828,8 meter di atas permukaan laut dengan rata-rata kecepatan 125 km per jam. Kecepatan terbang merpati yang tercepat bahkan pernah mencapai rekor 149 km per jam.

Dengan berbagai keunikan merpati tersebut, tidak heran jika merpati menarik perhatian para hobbies sebagai hewan peliharaan.

“Jadi tidak heran jika keunikan merpati yang memiliki harapan hidup mencapai 3-4 tahun ini mengundang selebritis seperti Claude Monet, Picasso, Walt Disney, Elvis Presley dan Mike Tyson menjadikan merpati sebagai sumber inspirasi sekaligus sebagai ternak hobi,” ujar Prof Rony (ipb.ac.id)

 

Gerakan Protein Sehat, Ormawa Fapet IPB University Ajak Masyarakat Rutin Konsumsi Susu dan TelurDalam rangka meningkatkan konsumsi susu dan telur di Indonesia, organisasi mahasiswa (Ormawa) se-Fakultas Peternakan IPB University bersama Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (Ismapeti) dan Dedikasi Kita mengadakan kegiatan Gerakan Protein Sehat di Desa Sinarsari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor (4/11).

Ormawa Fapet IPB University tersebut meliputi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (Himaproter) serta Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter). Kurang lebih 40 kilogram telur, sumbangan dari alumni Fapet IPB University dan 6 karton susu dibagikan secara gratis.

“Kami telah melaksanakan kegiatan sosialisasi terkait pentingnya konsumsi susu dan telur ini kepada mahasiswa, anak-anak dan masyarakat Desa Sinarsari. Pada akhir Oktober lalu, kami menyosialisasikan serta membagikan susu dan telur kepada mahasiswa IPB University di event Agrisymphony 2023 di pelataran koin IPB University,” ungkap Dodi selaku koordinator kegiatan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi susu di Indonesia per kapita pada 2021 mencapai 16,27 kilogram per tahun. Jumlah ini tergolong rendah jika merujuk pada standar Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO). FAO menetapkan batas rendah konsumsi susu sebesar 30 kilogram per kapita per tahun.

Adapun data United Nation Development Program (UNDP), Indonesia menempati peringkat 114 berdasarkan Indeks Pembangunan Asean (HDI Rank) tahun 2021. Peringkat ini jauh di bawah negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura (peringkat 12), Brunei (peringkat 51), Malaysia (peringkat 62) dan Thailand (peringkat 66).

“Di samping itu, studi menunjukkan konsumsi protein hewani yang rendah pada anak usia prasekolah dapat mengakibatkan mereka berbakat normal menjadi subnormal atau bahkan defisien. Oleh karena itu, perlu adanya upaya peningkatan konsumsi protein hewani sebagai program pencerdasan masyarakat Indonesia,” tambah Dodi.

Kegiatan serupa juga dilaksanakan bersama ibu dan anak di Desa Sinarsari. Acim selaku Kepala Seksi (Kasi) Pemerintah Desa Sinarsari menyampaikan, “Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini. Semoga kegiatan seperti ini rutin dilakukan oleh mahasiswa untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar dapat menerapkan gaya hidup sehat (ipb.ac.id)


Lihat Semua Berita >>