News

Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB University ikuti pelatihan di Kelompok Ternak Mandiri Sejahtera, Desa Cijeruk, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini adalah mahasiswa yang tergabung dalam program Matching Fund Kedai Reka Yogurt Probiotik Rosella.
Pelatihan ini mengangkat empat sub yaitu siasat menghadapi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sentra peternakan sapi perah, pengujian kualitas susu, pengolahan susu dan good farming practices (GFP) pada peternakan sapi perah.

Ketua Peneliti Kegiatan Kedai Reka Matching Fund 2022 Prof Irma Isnafia Arief ikut memantau langsung tempat pengolahan susu yang dimiliki Kelompok Ternak Mandiri Sejahtera. Ia juga dan memberikan masukan-masukan agar tempat produksi menjadi lebih baik sehingga lebih mudah untuk mendapatkan sertifikasi yang berkaitan dengan izin edar produk yang di produksi.

“Terimakasih kepada Kelompok Ternak Mandiri Sejahtera yang telah bersedia menerima kedatangan Tim Kedai Reka dari Fakultas Peternakan dan kesediaannya menerima mahasiswa peternakan yang ingin riset di sini,” ujarnya. 

Dalam kesempatan ini, Makmur M Komara selaku Ketua Kelompok Ternak Mandiri Sejahtera berbagi pengalaman terkait siasat yang dilakukan dalam penanggulangan PMK. Menurutnya, dalam menghadapi wabah ini perlu kerjasama yang kuat antara pihak peternak, pemerintah desa/kelurahan, dinas dan pihak keamanan (polisi).

“Keberhasilan ini dapat tercapai tak lepas dari komunikasi yang baik antara pihak-pihak terkait dan kesadaran dari masyarakat sekitar,” ujarnya. 

Pada kesempatan ini mahasiswa melihat langsung kondisi ternak di kandang, tempat penampungan susu dan pengujian susu.
Pengujian kualitas susu yang dilakukan menggunakan alat milkotester ini dijelaskan oleh dosen Fakultas Peternakan IPB University, yaitu Dr Iyep Komala, SPt, MSi dan Muhammad Arifin SPt, MSi. Selain pengujian kualitas susu Dr Iyep Komala juga memberikan pelatihan terkait dengan Good Farming Practices pada peternakan sapi perah.

Menurutnya Kelompok Ternak Mandiri Sejahtera ini sangat baik untuk dijadikan sebagai lokasi riset khususnya untuk mahasiswa peternakan. Selain itu Dr Iyep Komala bersedia mendampingi mahasiswa yang berminat riset dan membina peternak menuju sentra peternakan sapi perah rujukan (ipb.ac.id)

Tim peneliti yogurt rosella dari Fakultas Peternakan IPB University berkesempatan untuk mengunjungi CV Cita Nasional, Salatiga, Jawa Tengah, untuk mengikuti pelatihan. Kunjungan dan pelatihan ini dalam rangka meningkatkan manajemen CV Sari Burton, perusahaan yang digandeng Fapet IPB University dalam mengembangkan yogurt rosella.
 
Menurut Prof Irma Isnafia Arief, inovator yogurt rosella mengatakan bahwa pelatihan ini sangat diperlukan guna menyukseskan kegiatan Matching Fund Kedai Reka 2022 yang berjudul "Komersialisasi Produk Olahan Yogurt Rosella Beserta Turunannya dengan Bahan Dasar Susu Sapi untuk Keberlanjutan Kemandirian Pangan Asal Ternak".
 
Ia menjelaskan bahwa CV Cita Nasional dengan brand produknya "Susu Segar Nasional" adalah salah satu industri pengolahan susu yang sudah berdiri sejak tahun 2000. Mereka sudah memasarkan produknya di kota-kota besar di Indonesia. CV Cita Nasional telah menerapkan manajemen industri yang sangat baik sehingga mampu bertahan dan berkembang hingga saat ini.
 
“Untuk itulah, kami berkunjung dan ingin belajar manajemen pengelolaannya. Pelatihan ini akan sangat bermanfaat bagi peningkatan manajemen dan produksi CV Sari Burton. Kami juga berharap dengan adanya pelatihan ini dapat menjadi acuan bagi kami agar dapat memasarkan produk yogurt probiotik rosella ke seluruh wilayah Indonesia," ujarnya.
 
Dari hasil kunjungan, Prof Irma menambahkan saat awal berdiri, CV Cita Nasional memproduksi 5000 liter susu/hari, namun saat ini produksinya sudah mencapai 3 ton/hari. Jenis produk yang awalnya hanya susu pasteurisasi saja, namun saat ini sudah berkembang menjadi beberapa produk yaitu yoghurt, keju mozzarella, dan permen karamel dengan berbagai varian rasa.
 
“Ketersediaan bahan baku utama berupa susu segar sangat diperhatikan oleh CV Cita Nasional. Mereka bekerja sama dengan Koperasi Unit Desa (KUD) di daerah Jawa Tengah untuk memenuhi kebutuhan susu. Selain itu CV Cita Nasional saat ini juga sudah memiliki peternakan sendiri yang mampu mencukupi 10 persen kebutuhan susu. Proses produksi yang dilakukan telah menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP), Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP) dan telah tersertifikasi ISO,” jelasnya.
 
Menurutnya, keberhasilan CV Cita Nasional tidak terlepas dari proses pemasaran yang dijalankan secara intensif dan terorganisir. Hal ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi program Kedai Reka Yoghurt Probiotik Rosella dalam melakukan kegiatan produksi dan komersialisasi produk sehingga dapat dipasarkan di kota-kota besar di Indonesia.
 
Selain itu, pemilik CV Sari Burton juga menambahkan bahwa proses komersialisasi suatu produk tidak terlepas dari peran besar suatu perusahaan dalam menerapkan manajemen industri.  “Manajemen ini sangat diperlukan untuk merencanakan, mengelola dan mengatur sumberdaya yang dimiliki sehingga mencapai tujuan usaha secara efektif dan efisien," jelasnya (ipb.ac.id)

Laporan World Wide Fund for Nature (WWF) terbaru yang dirilis minggu lalu menyebutkan bahwa sejak tahun 1970 lalu terjadi penurunan jumlah spesies yang ada di bumi ini sebesar 69 persen.  Prof Ronny Rachman Noor, pakar Genetika Ekologi IPB University menyebutkan bahwa jika laju penurunan ini dibiarkan maka dunia akan kehilangan biodiversitas global untuk selamanya. Dan hal ini akan berdampak langsung pada kesehatan bumi yang kita huni ini.

“Biodiversitas kawasan tropis yang merupakan sumber keanekaragaman hayati paling tinggi juga tidak luput dari fenomena ini. Yakni mengalami penurunan populasi spesies satwa liar yang sangat mengkhawatirkan,” ujar Prof Ronny.

Menurutnya, salah satu penyebab utama penurunan biodiversitas satwa liar adalah perubahan iklim global. Sebagai contoh, anomali curah hujan tinggi, banjir, tanah longsor serta kekeringan telah melanda Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini.
Ia melanjutkan, contoh lain dampak perubahan iklim global yang menghancurkan adalah gelombang panas dan kebakaran hutan melanda kawasan Eropa akhir-akhir ini. Hal ini tercatat merupakan dampak cuaca ekstrim yang terburuk dalam 15 tahun terakhir ini.

“Ironisnya dalam situasi kritis seperti ini penebangan hutan di hutan paru-paru dunia di Amazon Brazil dan di kawasan Asia masih terus berlangsung sampai saat ini. Bahkan mencapai rekor tertinggi selama enam tahun terakhir ini,” ujar Prof Ronny.

Lebih lanjut Prof Ronny menjelaskan bahwa tren penurunan kualitas lingkungan menurut laporan WWF semakin meluas. Populasi satwa liar seperti mamalia, burung, amfibi, reptil, dan ikan semuanya menyusut secara drastis dengan laju penurunan mencapai 69 persen.

“Dunia tidak dapat menganggap sepele kejadian penurunan populasi satwa liar ini karena berdampak langsung bagi kehidupan delapan milyar penduduk bumi. Karena sebagian besar kehidupan kita tergantung pada satwa liar ini. Sendi-sendi kehidupan penduduk bumi seperti stabilitas sosial, kesejahteraan dan kesehatan penduduk bumi akan terdampak langsung perubahan iklim global ini,” ujar Prof Ronny.

Menurutnya WWF memprediksi bahwa penurunan keanekaragaman satwa liar ini akan berdampak langsung pada penurunan aset alam yang akan merugikan dunia. Setidaknya sebesar US $406 miliar per tahun, bahkan tren kerugian ini diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun 2050 mendatang. Sehingga jika tidak dilakukan langkah yang drastis kerugian ini akan mencapai US $9 triliun.
Laporan terbaru WWF ini menurut Prof Ronny sangat mengejutkan dunia karena laju penurunan keanekaragaman satwa liar ini mencapai tingkat yang belum pernah terbayang sebelumnya. Tingkat persentasenya sudah mencapai titik kritis.

Prof Ronny menyebut laporan ini juga menunjukkan bahwa dunia selama ini abai melakukan upaya untuk menurunkan laju kemusnahan satwa liar ini.

“Sebanyak 120 pimpinan dunia pada pertemuan COP 26 PBB di Glasgow tahun lalu memang telah menunjukkan komitmennya dalam mengurangi pemanasan global. Mereka sepakat untuk mengambil langkah demi mengurangi laju perubahan iklim global, namun di lapangan perusakan  lingkungan masih terus berlangsung,” ujar Prof Ronny.
 
Ia menjelaskan, jika upaya dunia gagal dalam membatasi pemanasan global yaitu 1.5  derajat celcius, maka menurut WWF kawasan Amazon dan Afrika akan kehilangan 50 persen dan 75 persen keanekaragaman satwa liarnya.

Menurut Prof Ronny upaya untuk mengurangi laju penurunan keanekaragaman hayati dunia ini tidak mudah karena menyangkut biaya yang besar. “Negara miskin dan negeri berkembang tidak akan berperan besar dalam mengurangi laju penurunan keanekaragaman satwa liar ini jika tidak dibantu negara maju dari segi finansial,” imbuhnya.

Sudah menjadi rahasia umum, katanya, jika kebiasaan konsumsi negara-negara kaya selama ratusan tahun terakhir ini memiliki andil yang sangat besar dalam hilangnya sumberdaya alam dunia di berbagai belahan dunia.  “Oleh sebab itu tentunya negara maju memiliki kewajiban moral untuk membantu negara miskin dan negara berkembang melestarikan keanakeragaman hayati ini,” tutur Prof Ronny.

Menurut Prof Ronny, dalam mengatasi krisis alam yang sangat luas ini, tentunya tidak ada pilihan lain selain menerapkan konsep ekonomi hijau. Sebuah konsep yang berkelanjutan dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam dan jasa alam seperti udara dan air bersih yang akan memberikan insentif bagi negara-negara berkembang yang telah berupaya untuk menjaga alamnya untuk kepentingan dunia.

“Teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada saat ini telah terbukti dapat menyelamatkan spesies hewan dan tumbuhan yang hampir punah asalkan disertai dengan upaya keras dan niat serta tekad dunia yang kuat,” ujar Prof Ronny

Dalam rangka pelaksanaan program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM), sebanyak 10 orang mahasiswa Program Studi (Prodi) Peternakan, Fakultas Peternakan (Fapet)- Universitas Udayana Bali melaksanakan program magang di Laboratorium Lapangan Closed House Fapet IPB University. 
 
Program ini berlangsung selama 40 hari, dimulai dari tanggal 12 September hingga 30 November 2022. Wakil Dekan Fapet IPB University bidang Akademik, Prof Irma Isnafia Arief menyambut dengan baik program tersebut.
 
“Selama melaksanakan kegiatan magang, para mahasiswa akan didampingi oleh dosen pendamping expert dari Fapet IPB yaitu Dr Rudi Afnan untuk Laboratorium Kandang B dan Ir Dwi Margi Suci, MS untuk kandang C. Di akhir periode magang, para mahasiswa juga akan mempresentasikan hasil kegiatan tersebut di hadapan pimpinan fakultas,” jelasnya.
 
Salah satu mahasiswa, Maria Abi mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kesempatan magang dan sambutan hangat para dosen IPB University dan teknisi di Closed House Fapet. Ia mendapat kesempatan untuk menjalani magang di Laboratorium Kandang B.
 
“Ini merupakan magang pertama untuk saya. Pada saat magang kami selalu diarahkan terlebih dahulu, kegiatan apa yang harus dilakukan. Di sini kami dapat belajar bagaimana bekerja sama dalam tim, berkomunikasi dengan baik dan saling berbagi ilmu,” ungkap dia.
 
“Suka duka yang dialami antara lain cuaca di Bogor yang selalu hujan. Ke depannya, saya berharap Closed House di Fapet IPB University semakin jaya dan selalu sukses,” tambahnya.
 
Selama magang di Closed House Fapet IPB University, Maria mengaku mendapat banyak ilmu dan pengalaman. Ia juga belajar untuk bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan, menciptakan suasana dan komunikasi yang lancar serta disiplin dalam waktu.
 
Hal serupa dialami peserta lain yaitu Evi Nafisah yang melaksanakan magang di Closed House blok C. “Kami juga banyak mengerti dari hal-hal sekecil mungkin yang ada dalam kandang, sehingga kami dapat mengerti mekanisme kandang closed house itu seperti apa,” jelasnya (ipb.ac.id)

Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengadakan pelatihan peningkatan capability stakeholder dalam bidang industri pakan dan peternakan secara hibrid di Ruang Sidang Departemen INTP, Sabtu (15/10). Kegiatan yang mengambil tema “Meningkatkan Produksi Ternak dengan Inovasi Wafer Pakan” ini ditujukan bagi mitra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) IPB University, khususnya peternak se-Indonesia.

Dalam pelatihan yang digelar Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) ini, Dr Idat Galih Permana, Dekan Fapet IPB University mengatakan pelatihan ini dalam rangka sosialisasi dan memperluas dampak positif atas inovasi para peneliti di Divisi Industri Pakan, INTP.

“Tentu kegiatan ini tidak hanya berhenti sampai dengan produksi. Kita juga harus terus memperluas dan mensosialisasikan hasil inovasi ini kepada masyarakat guna mengatasi permasalahan penyediaan pakan yang berkualitas, baik hijauan maupun konsentrat,” ujar Dr Idat dalam sambutannya.

Dalam pelatihan ini, hadir Prof Yuli Retnani, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan yang menggembangkan inovasi wafer pakan berbasis limbah pangan dari pasar. Ia menjelaskan bahwa inovasi ini dilatarbelakangi oleh ketersediaan pakan bersih berkualitas yang kurang memadai di daerah rawan pakan. Inovasi yang telah dikembangkan sejak 2009 ini dinilai mudah diolah, mudah didapat sepanjang musim, harga bersaing dan mampu mengurangi masalah lingkungan.

“Kini produksi wafer pakan menggandeng PT Warbis sebagai solusi hilirisasi yang ditawarkan dengan izin edar terstandar. Solusi ini ditawarkan kepada para peternak, koperasi, asosiasi sebagai peternak binaan IPB University,” jelasnya.

Prof Luki Abdullah, Guru Besar Fapet IPB University turut menjelaskan terkait sistem pengendalian yang terpadu pada produksi ternak melalui manajemen nutrisi dan pakan. Ia menilai perlu mengimplementasikan sistem ini karena salah satu komponen penting dalam sistem produksi ternak adalah pakan.

“Sistem ini adalah pengendalian yang terintegrasi, mulai dari perencanaan produksi, manajemen nutrisi dan pakan, hingga pengawasan produk ternak, karena ketiganya saling berhubungan,” ujar Prof Luki.

Ir Budi Hariyanto dari PT Lembu Jantan Perkasa menjelaskan bahwa pakan berkualitas berperan penting untuk meningkatkan produksi ternak. Pakan berkualitas dapat menghasilkan pertambahan berat badan yang baik, terutama pada anakan.  “Permodalan untuk pakan ternak sendiri dapat memakan biaya hingga 80 persen, sehingga inovasi wafer pakan dapat memangkas biaya ini,” ujarnya.

Dr Heri Ahmad, Dosen IPB University dari Fakultas Peternakan menambahkan, pakan yang berkualitas juga memegang peranan dalam logistik ternak. Konsumsi pakan ternak selama perjalanan perlu diperhitungkan jumlah dan kualitasnya agar dapat memenuhi kebutuhan ternak.  “Pakan ini perlu melalui proses pengendalian dan jaminan mutu dalam rantai pasok pakan,” terangnya.

Dalam mempromosikan inovasi ini, strategi digital marketing memegang peranan esensial. R Agung Nugraha, Founder Warbis mengatakan strategi ini akan memberikan dampak yang baik untuk kemajuan usaha promosi dari produksi pakan ternak.  “Jika sistem ini dijalankan dengan baik maka dapat meningkatkan pangsa pasar di kalangan peternak hingga memperbaiki rantai suplai,” katanya (ipb.ac.id)