News

Sejumlah peneliti dari Fakultas Peternakan (Fapet) dan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedia (SKHB) IPB University mengembangkan ayam lokal pedaging unggul IPB D1. Ayam IPB D1 diklaim tahan penyakit, tumbuh cepat dan memiliki daging berantioksidan tinggi sebagai pangan fungsional. Peneliti yang terlibat dalam perakitan ayam unggul IPB D1 yaitu Prof Cece Sumantri sebagai ketua, Dr Sri Darwati, Prof Niken Ulupi, Prof Sumiati dan Dr Sri Murtini sebagai anggota.  
 
Prof Cece menerangkan, pembentukan ayam IPB D1 merupakan langkah yang sangat strategis. Hal ini karena dalam rangka menjaga ketahanan pangan dan kemandirian pangan protein hewani yang berasal dari ayam lokal di masyarakat pedesaan. 

Pakar ayam dari IPB University itu melanjutkan, berkembangnya industri pembibitan, pakan serta teknik budidaya ayam lokal diharapkan dapat mengurangi ketergantungan daging maupun telur dari ayam ras yang bibit dan pakannya masih berbasis impor. Dengan demikian, katanya, agribisnis peternakan ayam lokal dapat berkembang dengan baik terutama di pedesaan yang secara langsung akan menggerakan perekonomian pedesaan.

Prof Cece menjelaskan, Ayam IPB D1 dikembangkan oleh Tim Fakultas Peternakan IPB University sejak tahun 2010. Ayam lokal tersebut merupakan persilangan dari jantan F1 (Pelung x Sentul) dengan betina F1 (kampung x Parent Stock Cobb pedaging). Secara genetik, ayam IPB D1 mempunyai komposisi gen ayam pelung : sentul : kampung: Cobb, masing-masing sebesar 25 persen. 

Dosen IPB University itu menjelaskan, ayam IPB D1 disilangkan sesamanya sampai generasi ke-5 dan dilakukan seleksi melalui penggunaan genetika molekuler. 

Penelitian ayam IPB University untuk bidang Pemuliaan dan Genetika Ternak dikerjakan oleh Prof Cece Sumantri dan Dr Sri Darwati. Sementara, teknik budi daya dikerjakan oleh Prof Niken Ulupi, dan terkait ketahanan penyakit dilakukan oleh Dr Drh Sri Murtini serta untuk bidang pakannya dikerjakan oleh Prof Sumiati. Tak hanya itu, riset ini juga dilengkapi dengan aspek teknologi hasil ternak oleh Prof Irma Isnafia Arief serta aspek sosial ekonomi peternakan dan pemasarannya oleh Dr Lucia Cyrilla.

Pada Tahun 2019, Ayam IPB D1 telah ditetapkan sebagai rumpun baru ayam lokal pedaging unggul dengan SK No.693/KPTS/PK.230/M/9/2019. Ayam IPB D1 diklaim memiliki kemampuan tumbuh cepat, kualitas daging baik, dan tahan terhadap penyakit Newcastle Disease (ND) dan Salmonella.

Prof Cece melanjutkan, pengembangan ayam IPB D1 sejak tahun 2020 ditargetkan untuk mendapatkan calon galur induk betina IPB D2 (female line). Indukan tersebut diharapkan dapat lebih tahan lagi terhadap penyakit terutama ND. Serta calon galur pejantan IPB D3 (male line) yang lebih cepat tumbuh lagi. 

“Dengan demikian, akan menghasilkan ayam IPB D1 upgrade yang lebih unggul, baik dalam ketahanan penyakit, pertumbuhan dan kualitas dagingnya terutama kandungan mineral Fe dan Zn pada dagingnya,” kata Prof Cece.

Ia berharap, pada tahun 2024 untuk galur IPB D2 dan tahun 2026 untuk galur IPB D3 dapat disetujui untuk dilepas sebagai galur baru oleh Tim Komisi Penetapan dan Pelepasan Rumpun dan Galur Ternak, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan, ayam IPB D1 memiliki bobot berkisar antara 0,9 - 1,1 kilogram pada umur 10 minggu, ketahanan terhadap penyakit ND tinggi, produksi telur mencapai 45 persen, kandungan mineral pada daging yang tinggi dan proporsi daging dada mencapai 20 persen. 

Sementara, ayam IPB D2 memiliki bobot sekitar 1,0 - 1,3 kilogram pada umur 10 minggu, ketahanan terhadap penyakit ND yang tinggi, kandungan mineral pada daging yang tinggi dan proporsi daging dada mencapai 20 persen, serta kemampuan produksi telur mencapai 50 persen. 

Adapun ayam IPB D3 dapat menghasilkan bobot lebih dari 1,3 kilogram pada umur 10 minggu, ketahanan terhadap penyakit ND yang tinggi, proporsi daging dada mencapai 20 persen, serta kemampuan produksi telur mencapai 45 persen.

Terkait pengembangan, Prof Cece mengaku telah menjalin kerja sama dengan beberapa mitra. Ia menjelaskan, kerjasama dengan mitra dari industri sudah dilakukan sejak tahun 2017 dengan Ir Bambang Krista MM dari UD Citra Lestari Farm sebagai Licensor ayam IPB D1. Dalam pengembangannya selain perbanyakan rumpun ayam IPB D1, calon galur IPB D2 dan calon IPB D3 juga melakukan IPB Final stock, yaitu dengan menyilangkan pejantan IPB D1 dengan betina dari UD Citra Lestari Farm. Program tersebut dilakukan melalui program Riset inovatif Produktif RISPRO-LPDP periode 2020-2023. 

Tidak hanya itu, tim IPB University juga menjalin kerja sama dengan mitra dari kelompok peternak Sinar Harapan Farm (SHF) dari Jampang Tengah, Sukabumi sejak tahun 2015. Kelompok peternak tersebut diketuai oleh Ali Mustofa, alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan. Kerjasama dijalankan melalui skim program CPPBT/Prastartup (Calon Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi) pada tahun 2018 dan program Startup 2021 dan RISPRO-LPDP 2020- 2023. Tim IPB University juga menjalin kerjasama dengan kelompok peternak dari Boyolali yaitu PT Nutfah Unggul Inti Makmur (NUI) melalui program Rispro LPDP 2020-2023 dan program pra startup pada tahun 2022.

Pada 10 Agustus 2022 bertepatan dengan Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas), IPB University melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) melakukan launching inovasi varietas ayam ini, bertempat di Gedung rektorat, Kampus Dramaga, Bogor (ipb.ac.id)

Iyep Komala, dosen IPB University dari Fakultas Peternakan memberikan pelatihan Pembelajaran Orang Dewasa dan Komunikasi Efektif secara daring. Pelatihan dilakukan dalam rangka implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Fakultas Peternakan IPB University.

Iyep menyampaikan materi pelatihan secara interaktif. Hal ini supaya mahasiswa dapat memahami dirinya sebagai orang dewasa dan berperan sebagai orang dewasa yaitu sebagai provider, public figure, pembuat keputusan dan pelaksana program aksi.

“Mahasiswa sebagai orang dewasa, diharapkan dapat membantu secara psikologis pada perubahan sosial dan lingkungan, memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap baru yang dibutuhkan masyarakat,” ungkap Iyep saat pelatihan beberapa waktu lalu.

Selain itu, lanjut Iyep, dengan semakin dewasa, diharapkan mahasiswa juga mampu memberikan keterampilan yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat, membantu mengubah kondisi sosial serta menjadi individu yang bebas dan otonom (mandiri).

Dalam kesempatan itu, Iyep juga memberikan pelatihan komunikasi efektif dan bagaimana mahasiswa dapat melakukan penyuluhan dengan bekal komunikasi secara efektif. Mahasiswa dibekali dengan tiga kunci keberhasilan komunikasi melalui verbal (7 persen), vokal (38 persen) dan visual (55 persen). Iyep turut memberikan strategi komunikasi secara interaktif, teknik mendengarkan, dan teknik penyuluhan.

“Dalam kehidupan bermasyarakat, mahasiswa harus dapat menghadapi berbagai macam golongan masyarakat berdasarkan klasifikasi adopter, yaitu innovator, early adopter, early majority, late majority dan laggards/kaum kolot. Sehingga mahasiswa dapat diterima oleh masyarakat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan,” terangnya.

Tak hanya dihadiri mahasiswa IPB University, peserta juga berasal dari Universitas Negeri Padang, Universitas Padjadjaran, Universitas Mulawarman dan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Sawahlunto Sijunjung, Universitas Udayana dan Universitas Andalas.

Denisa Reni Fitriani, mahasiswa Fakultas Peternakan IPB University, peserta pelatihan mengatakan,  setelah mengikuti kegiatan ini dirinya menjadi lebih aware mengenai pentingnya kemampuan public speaking dan dan personal branding. “Saya jadi paham tentang menjadi orang yang generalis dan spesialis. Secara keseluruhan, saya telah mendapatkan gambaran mengenai hal-hal yang harus dipersiapkan. Materi ini sangatlah bermanfaat untuk gambaran dan mempersiapkan diri menuju dunia kerja,” jelasnya.

Hal sama diungkapkan Siti Zahwa Humaira. Mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB University ini merasa semakin menghayati tentang arti dewasa. Rasa penasarannya tumbuh mengenai pengarahan diri dengan memunculkan kemampuan yang dimiliki, kelebihan yang ada dipertahankan dan ditingkatkan kekurangannya diperbaiki. 

Manfaat pelatihan juga diakui Laras Asjanita, mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP).  Menurutnya, dalam berkomunikasi diperlukan sebuah keefektifan agar pemahaman/ide/gagasan diterima dengan baik.  “Maka dari itu, dalam materi juga dijelaskan bagaimana cara seseorang untuk berkomunikasi. Sehingga komunikasi yang terjadi bisa berakhir dengan baik, sesuai dengan tujuan yang diinginkan,” tandas mahasiswa program studi Peternakan Departemen Agroindustri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNP ini (ipb.ac.id)

Setelah beberapa saat lalu Fapet IPB University menjalin kerjasama dengan Universitas Nusa Cendana dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan Kolaborasi Akademik dan Riset Industri dalam Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Menghasilkan Lulusan yang Kompetitif di Program Studi S1 Peternakan, pada tanggal 20/07/2022 Fapet IPB kembali menjalin kerjasama dengan Fakultas Peternakan lainnya yaitu Universitas Udayana, Denpasar dalam bidang yang sama.  Penandatanganan kerjasama berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga.

Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana mengatakan  secara umum kerjasama ini meliputi MBKM, Riset, Pengabdian dan akan dilanjutkan dengan diskusi terkait program Doktor dan memberikan sedikit gambaran mengenai program pascasarjana di Fapet IPB. “Untuk S2 minatnya tinggi S2, di awal pandemi setiap prodi lebih dari 20 mahasiswa yang mendaftar” jelasnya. Selain itu ia juga menjelaskan untuk kerjasama ini ke depan di program MBKM, tiap perguruan tinggi mulai terbuka menerima mahasisw dari luar. “MBKM stay di satu universitas, bisa merasakan atmosfer akademik, tidak hanya perkuliahan tapi kegiatan kemahasiswaan, mengikuti event, kegiatan yang dilakukan BEM atau HIMPRO” urainya seraya berharap dengan kegiatan ini kedua belah pihak bisa saling berkirim mahasiswa, karena masing-masing universitas memiliki keunikan dan daya tarik sendiri, misalnya di Udayana banyak mahasiswa asing.

Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, M.S., IPU, Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang hadir bersama jajarannya yaitu Wakil Dekan  Bidang Akademik dan Perencanaan Dr.Ir.Dewi Ayu Warmadewi,S.Pt.,M.Si.,IPM dan  Kaprodi S3 Peternakan ProfDr. Ir. Ni Nyoman Suryani, M.Si. menyampaikan apresiasinya terhadap pihak Fapet IPB yang sudah menerima kunjungan dengan baik “Secara singkat sudah disampaikan tujuan kami adalah menindaklanjuti draft PKS yang sudah dikomunikasikan antara kedua belah pihak, tinggal secara legal dilaksanakan” ucapnya seraya menjelaskan bahwa ketertarikan awal pada pengembangan pasca diawali dengan peran Prof. Luki Abdullah, guru besar Fapet sebagai narasumber kurikulum program dan Doktor, SDM di Udayana sebagian besar S2 dan S3 adalah alumni IPB.

Setelah penandatanganan PKS antara Fapet IPB dan Fapet Udayana berlangsung, dilanjutkan dengan sesi diskusi antara kedua belah pihak. Dijelaskan oleh Wakil Dekan Bidang Akademik Fapet IPB Prof. Irma Isnafia Arief, untuk program Doktor by Research sudah ada yg menerima di inp, tapi belum lulus mahasiswanya. “Perbedaannya dengan reguler adalah by research sudah ada penelitian, publikasi nasional dan internasional. Selain itu, sudah mempunyai rencana penelitian yang terarah dan dananya jelas, biasanya dari BRIN, sedangkan program jalur reguler tidak diperlukan” jelasnya seraya menambahkan pada jalur riset SKS mata kuliah wajib hanya Falsafah Sains, yang lain kewajiban untuk penelitian.

Selanjutnya menjawab pertanyaa-pertanyaan dari pihak Fapet Universitas Udayana, Kaprodi Pasca Ilmu Nutrisi dan Pakan (INP) Fapet IPB Prof. Dewi Apri Astuti menambahkan secara pengalaman di pasca Fapet IPB, baru 1 orang yang mendaftar by research dari BRIN dan sudah ada kolaborasi dengan pembimbing dengan riset tertentu, selain Falsafah sains, juga wajib lulus Bahasa Inggris. “Pelaksanaan di prodi diberi kesempatan memilih topik-topik khusus, harus diambil  dan ada juga mata kuliah pilihan sesuai risetnya” jelasnya.

Dr. Ir. Lucia Cyrilla E.N.S.D., M.Si. , Kaprodi Pasca Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (ITP) mengungkapkan syarat menjadi mahasiswa Doctor by Research, paling tidak peneliti di instansi asal, punya hubungan dengan prodi atau calon pembimbing. “Kami ada satu (mahasiswa) dari Balai Penelitian Peternakan (Balitnak) dibawah bimbingan Prof. Cece Sumantri dan Prof. Asep Gunawan” ujarnya. (Femmy)

Mahasiswa IPB University belum lama ini lakukan kegiatan penyuluhan peternakan terkait “Pemanfaatan Limbah Ternak menjadi Pupuk Organik Cair (POC)”. Penyuluhan ini dilakukan dalam rangka program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Desa Randusanga Kulon, Brebes, Jawa Tengah. Bertempat di Balai Desa, penyuluhan dihadiri oleh kepala desa dan para peternak.
 
“Limbah peternakan seperti kotoran kambing atau kotoran bebek yang ada di Desa Randusanga Kulon masih belum dimanfaatkan dengan baik. Dengan adanya penyuluhan ini diharapkan peternak dapat mengolah limbah peternakan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat seperti POC,” ujar Kepala Desa Randusanga Kulon, H Afan Setiono, SE dalam sambutannya.
 
Dalam kesempatan ini, mahasiswa Fakultas Peternakan IPB University, Tri Lestari dan Faula Agustin menjelaskan terkait apa itu POC, manfaat POC. Dijabarkan pula cara pembuatan POC yang baik dan benar. 
 
“Desa Randusanga Kulon merupakan daerah yang sebagian besar masyarakatnya merupakan petani tambak. Namun, ada juga beberapa warga yang merupakan peternak. Mereka umumnya beternak kambing jenis kambing gibas. Saat kunjungan langsung terlihat peternak masih belum memanfaatkan limbah peternakan berupa kotoran ternak,” terang Lestari.
 
Lebih lanjut ia menjelaskan, kotoran ternak yang tidak dimanfaatkan dengan baik dapat menyebabkan bau yang tidak sedap. Menurut Lestari, salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membuat POC dari kotoran ternak. POC ini dapat menyuburkan tanah dan menambah nilai ekonomis.
 
Penyuluhan juga meliputi praktik langsung pembuatan POC yang dilakukan di depan Balai Desa Randusanga Kulon. Dipandu oleh Faula Agustin dan diikuti oleh semua peternak yang hadir. Bahan yang digunakan dalam pembuatan POC yaitu kotoran kambing kering, air, EM4 dan molases.
 
“Peternak yang hadir terlihat antusias dengan mengajukan berbagai pertanyaan saat pembuatan POC. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terkait pengolahan limbah peternakan yang baik dan benar. Produk POC dapat digunakan untuk peternak itu sendiri atau dapat dijual sehingga mampu menjadi usaha bagi peternak,” ungkap Faula (ipb.ac.id)

Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University jalin kerjasama dengan Fakultas Peternakan Kelautan dan Perikanan (FPKP) Universitas Nusa Cendana, Kupang dalam rangka mewujudkan peran serta Perguruan Tinggi dalam pelaksanaan Kolaborasi Akademik dan Riset Industri dalam Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Menghasilkan Lulusan yang Kompetitif di Program Studi S1 Peternakan. Penandatanganan kerjasama berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga, (19/7). 

Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyatakan apresiasinya kepada pihak Universitas Nusa Cendana. Ia mengatakan, “Dengan adanya program MBKM akan banyak kolaborasi, sudah saatnya mempererat kerjsama yang sudah lama antara IPB dengan Undana terutama dengn staf dan dosen Undana yg kuliah di IPB” ujarnya. Ia menambahkan “Di IPB kami didorong memfasilitasi melakukan MBKM, credit eraning, riset dan pemberdayaan masyarakat dalam 1 semester, untuk memperkaya wawasan mahasiswa yang saat ini sistem pembelajaran lebih terbuka dan kita harus memberikan kesempatan itu seluas-luasnya kepada mahasiswa” jelasnya.

Sementara itu, Dr. Ir. Arnold Elyazar Manu, MP, selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana menyampaikan beberapa hal terkait kerjasama dengan Fapet IPB University selain MBKM  “Prodi peternakan di Undana merupakan salah satu prodi yang ditunjuk untuk melakukan akreditasi internasional. Kami bentuk tim untuk akreditasi, benchmarking salah satunya di Fapet IPB” tuturnya. Hal lain yang disampaikan adalah percepatan profesor di Undana dengan mengarah pada salah satu jurnal yang akan dituju yaitu media peternakan di Fapet IPB.

Dr. Maria Yashinta Luruk, Kaprodi Peternakan Undana yang juga hadir pada kesempatan itu juga menyampaikan perihal mata kuliah untuk Teknologi Hasil Ternak apa saja yang harus diperbanyak, karena di Undana belum ada mata kuliah yang menaungi dan studi lanjut. “Kami dari prodi butuh info mengenai mata kuliah di THT khususnya bidang hasil ikutan, jika diperbolehkan kami butuh informasi lebih lengkap” harapnya.

Beberapa dosen Fapet IPB yang hadir memberikan jawaban dan masukan terhadap apa yang disampaikan oleh pihak Undana. Antara lain Prof. Asnath M Fuah yang menyampaikan mata kuliah THT di Fapet IPB yang ruang lingkupnya sudah luas, dari hasil sampai sampingannya. Prof. Asep Gunawan yang turut terlibat dalam Akreditasi Internasional serta akan diskusi lebih lanjut mengenai percepatan Guru Besar. Selain itu, Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fapet IPB Dr. Sri Suharti, siap mengarahkan untuk pelatihan penulisan jurnal ilmiah internasional. “Terkait jurnal ada baiknya di Fapet Undana mengadakan semacam pelatihan cara menulis jurnal, teknik menulis artikel, merupakan salah satu cara untuk publikasi jurnal internasional. Dari bahasa bisa diprogramkan agar bahasa inggris lebih baik” ujar dosen nutrisi ternak yang juga sebagai Asociate di Tropical Animal Science Jurnal ini.

Terkait MBKM, Prof. Rudy Prianto juga memberikan gambaran salah satu program MBKM yaitu pabrik sorinfer dengan mitra “Di Jonggol diadakan semacam kegiatan semacam magang, ada pabrik sorinfer. Mahasiswa melakukan semacam kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dengan perusahaan mitra, dalam 1 bulan mahasiswa mendapatkan materi bisnis, dll. Dengan ketua Tim oleh Prof. Luki Abdullah” urainya. Prof. Rudy juga mengatakan para mahasiswa tersebut mendapat sertifikat dan nilai SKS serta direkrut untuk penelitian pada domba dan sapi di masyarakat. (Femmy)