Forum Logistik Peternakan Indonesia gelar Workshop “Kesadaran Konsumen dan Rantai Pasok Daging Beku di Indonesia”

Workshop dengan tema “Kesadaran Konsumen dan Rantai Pasok Daging Beku di Indonesia” diselenggarakan pada 31 Agustus 2017 di BLST, IPB Taman Kencana, Bogor. Empat pembicara kunci dihadirkan, antara lain Ir. Fini Murfiani, MSi (Direktur PPHNak, Kementerian Pertanian RI), Marina Ratna D. Kusumajati (Direktur Utama PD Dharma Jaya), Hasanuddin Yasni (Ketua Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia), dan  Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD (Departemen Gizi Masyarkat, IPB).

Prof. Luki Abdullah, Chairman FLPI mengharapkan industri sapi lokal dapat berkembang dengan pengembangan daging sapi beku di Indonesia. Selama ini, industri sapi lokal masih memanfaatkan market sapi hidup sehingga masih kurang efesien. Pengolahan daging sapi beku lokal sudah harus mulai dikembangkan dengan sistem yang memadai agar kualitas daging tetap terjaga dengan baik.

“Melalui workshop ini kami ingin membangun opini, sejauhmana tingkat acceptability yang selama ini tidak terpotret oleh kita khususnya tentang bisnis peternakan. Oleh karena itu  kita terus membangun kesadaran masyarakat,” kata Prof. Luky. 

Lebih lanjut Prof. Luky mengatakan FLPI bekerjasama dengan Fakultas Peternakan IPB  memiliki Program Sarjana Strata 1 plus logistik peternakan dan Program Studi S2 Logistik Peternakan yang merupakan satu satunya di Indonesia. Terkait hal ini Fakultas Peternakan IPB juga telah bekerjasama dengan Belanda dalam hal capacity building sumber daya manusia. “Untuk itu kami membuat satu forum yaitu FLPI untuk menggabungkan antara Academician Business Government Community (ABGC),” jelas Prof. Luky. Anggota FLPI saat ini sudah mencapai 40 lebih yang berasal dari asosiasi, company, governance, dan community.

Program yang diinisiasi menjadi S1 plus logistik ini sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dimana S1 di-upgrade. Jika lulus program ini bisa bekerja di perusahaan. Mereka akan lebih kompetitif dan syaratnya harus lulus S1 terlebih dahulu. Sementara untuk program S2 ditujukan pada posisi rantai pasok peternakan di Indonesia.

Dekan Fapet IPB, Dr.Ir. Moh.Yamin ketika membuka acara menyampaikan selamat kepada FLPI. “Saya sangat mengapresiasi tema yang dipilih dalam workshop. Tema tersebut merupakan salah satu persoalan yang dihadapi masyarakat termasuk di pasar tradisional daging yang dipasarkan adalah daging beku. Ini Pekerjaan Rumah (PR) besar, khususnya pendidikan tinggi dan lembaga riset bagaimana cara mendidik konsumen.  Bagaimana menghasilkan daging yang sehat. Konsumen perlu dibangun kesadaran dan dididik dengan  berbagai metode, karena daging sapi harus selalu segar karena sifat produk peternakan sangat mudah sekali rusak,” paparnya.

Fini Murfiani menyatakan masih banyak hal yang perlu dipelajari untuk memetakan regulasi distribusi daging sapi beku lokal di Indonesia. Saat ini, daging beku masih identik dengan daging impor, sehingga masih sulit untuk pemasaran daging sapi beku. Fokus utama pemerintah dalam pengembangan daging sapi beku adalah dalam hal grading kualitas daging untuk penentuan harga dan kualitas di pasar.

Marina Ratna, Direktur Utama PD Dharma Jaya menyatakan Peranan PD Dharma Jaya sebagai salah satu Rumah Potong Hewan adalah dapat menghasilkan daging yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal). PD Dharma Jaya menerapkan program Direct Selling untuk pemasaran daging segar yang dipotong di RPH sebagai solusi untuk mengurangi konflik dengan penjual yang sudah ada. Untuk pendistribusian daging beku, masih berasal dari daging impor dari Australia dan New Zealand.  PD Dharma Jaya telah memasarkan daging beku untuk wilayah DKI Jakarta selama dua tahun terkahir, dan sudah mulai disukai oleh masyarakat kelas bawah.

Hasanuddin Yasni, menyatakan pengembangan rantai pasok daging sapi beku perlu memperhatikan fasilitas rantai pendingin yang digunakan. Jika aplikasi rantai pendingin masih kurang tepat, dapat menyebabkan penyusutan daging sapi 25-30% paling besar di pasar tradisional. Untuk penanganan daging beku, dapat dilakukan thowing dengan meningkatkan suhu, dan tidak perlu air, sehingga penyusutan hanya sekitar 2% serta protein dan kegurihan daging tetap terjaga.

Prof. Ahmad Sulaeman menjelaskan mengenai kesadaran dan tingkat penerimaan konsumen terhadap daging sapi beku di Indonesia. Masyarakat masih berasumsi negative terhadap daging beku karena takut daging tersebut diawetkan, kehalalan daging, tidak mengandung vitamin dan mineral, kandungan gizi menurun, rasanya kurang gurih, dan berasal dari daging impor. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran konsumen adalah Kampanye Masyarakat bahwa daging beku sama kualitasnya dengan daging segar, lebih aman, dapat diolah, dan memberikan kelebihan daging beku lainnya.

Kesadaran konsumen terhadap daging beku masih perlu ditingkatkan, yang didukung dengan peningkatkan rantai pasok daging beku. Pemerintah juga perlu memetakan regulasi yang tepat dalam rantai pasok daging beku. Hal ini membutuhkan kerja sama antar semua golongan baik dari penguruan tinggi, swasta, industri, dan pemerintah. (flpi-alin.net)