News

Seringkali kita memandang sebelah mata terhadap beberapa satwa yang terlihat seperti hama atau menjijikkan. Padahal di balik itu, terdapat segudang manfaat yang dapat diberikan olehnya. Seperti halnya jangkrik, serangga yang kerap muncul di malam hari itu memiliki manfaat yang berguna untuk mendongkrak ekonomi masyarakat.

Dosen IPB University yang merupakan pakar sistem integrasi peternakan, Prof Dr Asnath M Fuah mengatakan bahwa jangkrik merupakan salah satu pangan alternatif yang baik untuk menambah nilai gizi pangan, serta kaya akan protein. Saat ini, masyarakat Indonesia lebih mengedepankan pada penggunaan jangkrik sebagai pakan unggas. Padahal dengan pemasaran yang baik, produksi pangan menggunakan tepung jangkrik akan lebih diminati.

“Sebetulnya jangkrik bisa dijadikan olahan pangan. Asal pengolahannya baik dan berlabel, kita bisa membawanya ke market yang luas,” ungkapnya.

Dengan demand yang tinggi untuk pakan unggas, supply jangkrik belum memenuhi, sehingga usaha budidaya jangkrik dinilai memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Terutama budidaya jangkrik jenis kliring, cendawang, dan kalung yang memiliki produktivitas yang tinggi.  Selain itu, pemeliharaannya mudah serta ramah lingkungan.

Di samping untuk pakan unggas, Prof Dr Dewi Apri Astuti, dosen IPB University sekaligus pakar nutrisi ternak Fakultas Peternakan mengatakan bahwa penggunaan tepung jangkrik juga berguna bagi ternak ruminansia dengan kondisi kelahiran tertentu serta pada masa kehamilan. Saat ini, peternak lebih sering menggunakan bungkil kedelai dan tepung ikan yang masih diimpor. Padahal dengan penambahan tepung jangkrik, nilai gizinya pun tidak berbeda nyata.

Hasil riset juga mengungkapkan bahwa ternak kambing, dalam masa kehamilan, setelah diberi pakan tepung jangkrik menunjukkan perbaikan nilai gizi dalam darah. Selain itu, pada kambing jantan, kualitas spermanya pun menjadi lebih baik. Namun demikian, pemberian tepung jangkrik sebagai pengganti susu maupun pakan bagi ternak hanya bersifat sementara saja.

Dalam usaha budididaya jangkrik, Dr Yuni Cahya Endrawati, dosen IPB University dan pakar Satwa Harapan Fakultas Peternakan mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peternak jangkrik, yaitu kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban. Kedua hal tersebut dinilai sangat berpengaruh pada produktivitas jangkrik.

“Karena tempat budidaya haruslah sama dengan habitat aslinya. Selain itu, tipe opositor pada tubuh tiap jenis jangkrik harus diperhatikan, karena akan menentukan manajemen penetasannya. Perbandingan antara beberapa jenis jangkrik yang dibudidayakan di Indonesia menunjukkan bahwa karakteristik jangkrik bimaculatus atau kalung memiliki keunggulan yang berbeda, baik dari umur hingga kandungan nutrien lebih baik. Walaupun jangkrik jenis mitratus memiliki penetasan yang lebih tinggi, karakternya yang lincah membutuhkan penanganan yang agak sulit. Jadi inilah alasan mengapa bimaculatus lebih unggul. Itu karena memang pemanfaatan diproduknya atau permintaan pasar secara karakteristik jangkriknya lebih disukai hewan lainnya sebagai pakan,” jelasnya.

Sementara itu Ahmad Anwari, Ketua Kelompok Ternak Jangkrik Perwira Bekasi saat ditanya alasannya menggeluti bisnis budidaya jangkrik, ia mengaku bahwa budidaya jangkrik, selain menguntungkan juga tidak memerlukan halaman yang luas untuk budidayanya. "Pakan pendamping pun sangat mudah didapatkan seperti daun pisang maupun rerumputan yang berkadar air tinggi, " ungkapnya. (ipb.ac.id)

Jangkrik merupakan salah satu jenis serangga yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi, dan terdapat lebih dari 100 spesies jangkrik di Indonesia. Pemanfaatan jangkrik sebagai pakan dan pangan saat ini telah dikembangkan, dan khusus untuk bahan pakan, permintaan jangkrik sangat tinggi. Misalnya di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), permintaannya bisa mencapai 8 kg/toko/minggu.

Menurut Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof. Dr. Ir. Asnath M. Fuah, MS, terdapat tiga jenis jangkrik yang saat ini umum dibudidayakan yakni Gryllus mitratus (jangkrik cliring), G. bimaculatus (jangkrik kalung), dan G. testasius (jangkrik cendawang). Hal itu ia sampaikan pada saat pembukaan Online Training Satwa Harapan, Harapan Satwa Jangkrik, yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB melalui aplikasi daring pada Sabtu, 8 Agustus 2020 lalu. Online Training menghadirkan tiga narasumber yakni Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof Dewi Apri Astuti, Pengajar Fapet IPB Dr. Yuni Cahya Endrawati, SPt., MSi, dan Ketua Kelompok Ternak Jangkrik Perwira, Bekasi Ahmad Anwari.

Asnath menguraikan, keunggulan beternak jangkrik yakni pemeliharaan mudah, bisa dilakukan oleh orang tua, maupun anak muda, perputaran modal cepat, karena siklus hidup jangkrik cepat, modal relatif kecil karena dapat mengheemat lahan dan pakan, pemasaran relatif mudah, ramah lingkungan, serta harga jual yang cukup tinggi, mencapai Rp 25.000-35.000/kg.

Dalam hal pemasaran, jangkrik memiliki peluang pasar di kalangan peternak reptile seperti kadal, iguana, tokek; komunitas pecinta burung; peternakan ikan hias; peternakan semut rangrang; komunitas pemancing, dan pabrik pakan. jangkrik juga berpotensi pasar di bidang pangan, yakni sebagai tepung jangkrik dan makanan olahan.

Produk usaha jangkrik pun bisa dijual dalam bentuk telur (khusus untuk peternak jangkrik), jangkrik muda (untuk pedagang pengumpul, toko penjual pakan, komunitas pecinta burung, pabrik pakan), maupun dalam bentuk tepung jangkrik sebagai bahan baku pangan olahan.

Untuk perhitungan usaha budidaya jangkrik, Asnath mencontohkan pada pemeliharaan dengan 10 kotak, maka diperlukan telur jangkrik sebanyak 5 kg yang masing-masing harganya berkisar Rp300.000 -ditambah dengan berbagai biaya produksi mulai dari hijauan pakan, tenaga kerja, listrik, penyusutan, maka total biaya produksi adalah sebesar Rp5.500.000. Dengan asumsi penjualan untuk 10 kotak @30kg x Rp25.000, maka dihasilkan pendapatan kotor Rp7.500.000, sehingga keuntungan bersih adalah Rp2.000.000 per periode. (livestock review.com)