kuliah umum industri perunggasan

Rabu (5/9) di Auditorium Jannes Humuntal Hutasoit, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor menggelar kuliah umum yang bertemakan Industri Perunggasan Indonesia. Kuliah umum ini diselenggarakan untuk memberi pemahaman kondisi keterkinian industri peternakan Indonesia kepada mahasiswa Fapet. Hadir dalam kegiatan ini wakil Dekan Fapet IPB Dr. Ir. M. Yamin, M.SC. Agr, dosen-dosen bagian pakan dan produksi unggas, semua mahasiswa Fapet IPB, dan Direktur PT Sierad Produce. Tbk drh. Sudirman sekaligus sebagai pembicara dalam kuliah umum.

Dalam sambutannya Dr. M. Yamin menyampaikan pentingnya mahasiswa peternakan saat ini untuk mengetahui kondisi iklim peternakan di Indonesia, khususnya industri perunggasan. Dengan adanya kuliah umum ini, mahasiswa bisa memahami perkembangan dan pengembangan perunggasan Indonesia kedepan, sehingga bisa menyiapkan diri untuk ikut bergerak bersama-sama memajukan industri perunggasan Indonesia. Beliau juga menyampaikan bahwa Fapet IPB bersama PT. Sierad Produce. Tbk sudah menjalin kerjasama berupa Sierad Academy, yaitu wadah untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama bidang unggas. Kerjasama ini bisa dimanfaatkan para mahasiswa untuk kuliah lapangan, langsung di perusahaan. Mengakhiri sambutannya Dr. Yamin menyampaikan harus adanya kesinambungan dan kerjasama yang kuat antara Academy, Businessman, Government dan Community untuk kemajuan peternakan Indonesia.
Materi yang dibawakan Sudirman adalah tentang peluang dan daya saing industri perunggasan nasional maupun internasional. Dalam penyampaian materinya, Sudirman membuka dengan gambar dan topik utama headline salah satu koran nasional tentang kekeringan dan kondisi perekonomian saat ini. Indonesia sangat diuntungkan dengan kondisi demografinya yang sangat beragam. Hampir seluruh dunia mengalami krisis ekonomi, namun Indonesia tidak terpengaruh sama sekali terhadap krisis ekonomi dunia. Ekonomi Indonesia bisa bertahan dan tumbuh karena didukung oleh adanya transaksi dan konsumsi masyarakat dalam negeri. Peningkatan ekonomi Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir meningkat tajam. APBN pemerintah dari 300 triliun pada masa Presiden Soekarno Putri, sekarang sudah mencapai 1500 triliun. Begitu pun terjadi pada kondisi industri perunggasan, setiap tahunnya meningkat dan akan terus meningkat, dengan semangat Chairman GPMT ini menyampaikan.

Kondisi penyediaan pangan dunia sekarang yang terjadi adalah laju konsumsi yang terus meningkat jauh melebihi peningkatan produksi. Hal ini menjadi persoalan penting yang akan dan sedang dihadapi dunia dan harus segera ditemukan solusinya. Ini memberikan peluang bagi kita untuk bisa menjadi bagian dari solusi menghadapi kondisi tersebut. Bapak yang aktif di berbagai  organisasi bidang poultry ini menyampaikan juga pertumbuhan industri unggas dan babi didunia saat ini berkembang sangat pesat. Hal ini sangat berhubungan erat dengan penyediaan pakan secara global. Seperti yang kita ketahui, bahwa sampai saat ini produsen jagung dunia adalah Amerika, Brasil, Argentina dan Cina. Amerika sebagai stok jagung dunia sudah mulai mengembangkan jagung sebagai bahan energi alternatif untuk bahan bakar. Bahkan Amerika sudah mulai mengimpor jagung dari negara-negara produsen jagung. Hal ini yang menyebabkan kelangkaan jagung dunia dan membuat harga jagung menjadi gonjang ganjing terus merangkak naik. Tahun 2011 harga jagung mencapai 6 dollar/bushel jauh lebih mahal dari pada tahun 2005 hanya 2 dollar/bushel. Begitu juga dengan harga kedelai pada tahun 2011 mencapai 13 dollar/bushel. Akibatnya harga pakan pun akan terus naik dan ini harus diterima oleh semua pihak sebagai kondisi yang tidak bisa kita dihindari, dengan serius Sudirman menyampaikan.

Kondisi perunggasan Indonesia saat ini sudah sangat berkembang, meskipun Indonesia masih harus mengimpor bahan-bahan input produksi industri unggas. Indonesia sampai saat ini belum bisa menyediakan secara mandiri GGP, GP broiler, bahan pakan terutama jagung, kedelai, tepung ikan dan bahan infrastruktur. Disamping itu, dengan penuh greget Sudirman menyampaikan konsumsi produk unggas yang masih rendah. Jika dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia saat ini mampu mengkonsumsi telur 311 butir/kapita/tahun, sedangkan Indonesia baru 87 butir/kapita/tahun. Sedangkan konsumi daging ayam sebesar 36 kg/kapita/tahun jauh dengan Indonesia yang hanya mengkonsumsi 7 kg/kapita/tahun.

Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan diikuti oleh peningkatan konsumsi. Di Indonesia pertumbuhan industri unggas saat ini bisa dikatakan dua kali pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika pertumbuhan ekonomi saat ini 6,5% maka industri perunggasan adalah 13%. Sungguh luar bisa kondisi industri perunggasan Indonesia. Sekitar 12 juta orang di Indonesia menggantungkan ekonominya dari Industri ini. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang kuat, profesional dan trampil untuk membangun Indutri perunggasan di Indonesia, ungkap lulusan Kedokteran Hewan Universitas Airlangga tahun 1994. Namun, masih ada beberapa hal yang penting diperhatikan, yaitu : Indonesia belum memiliki daya saing yang kuat, produktivitas masih rendah, hampir 90% bahan baku impor, suplai bibit masih tergantung impor, suplai obat dan vaksin masih tergantung impor dan struktur pasar masih belum efisien.
Diakhir pemaparannya, Sudirman menyampaikan bahwa Tulang punggung Industri di Indonesia masih belum kuat. Oleh karena itu, mahasiswa harus menjadi sumber daya yang mampu menguatkan peran Industri dalam pengembangan dan peningkatan perunggasan Indonesia. (HN)