Prof Nahrowi: Beternak di Pekarangan Bisa Jadi Obat Anti Stres Saat WFH

Berdiam diri di rumah saat Work From Home (WFH), seringkali membuat orang merasa bosan dan stres. Namun hal itu tidak berlaku bagi guru besar IPB Univerity satu ini. Prof Dr Ir Nahrowi, MSc Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University menjalani WFH dengan cara mengasyikkan. Ya, dengan beternak, Prof Nahrowi meyakini bisa menjadi obat anti stres yang mujarab.

“Bukan tidak mungkin beternak di tengah kondisi pandemi ini. Di belakang rumah saya alhamdulillah sudah ada beberapa hewan ternak sejak sebelum adanya COVID-19. Saya pelihara hewan sejak 10 tahun lalu.  Pertama yang saya pelihara adalah ternak kelinci dan ikan lele. Alhamdulillah terus berkembang.  Kini, sudah lebih dari 14 jenis hewan,” tutur Prof Nahrowi.

Keempat belas hewan tersebut, secara umum Ia bagi menjadi hewan pemakan bijian dan pemakan hijauan. Hewan pemakan hijauan seperti sapi, domba, kambing, kelinci, marmut dan menyusul kuda. Sementara sisanya, untuk pemakan bijian, Prof Nahrowi memelihara ayam layer dan ayam kate, angsa, entok, kalkun, burung dara, burung tekukur, burung puter, burung perkutut, ikan lele dan nila. Ia juga memelihara kucing, sugar glider dan hamster sebagai hewan kesayangan.

Dibantu dua orang pekerja, hewan-hewan tersebut dipelihara Prof Nahrowi dengan sistem pertanian terintegrasi. Selain beternak, di belakang rumahnya juga terdapat beberapa kolam serta lahan pertanian yang ditanami sayur-sayuran seperti pohon melinjo, pohon salam, kangkung, bayam, daun-daun lalapan, kunyit, jahe dan sebagainya. Ia juga menanam buah-buahan seperti jambu biji merah, jambu air, jambu bol, rambutan, mangga, pisang, jambu mete, markisa, matoa, timbul, petai dan pohon kelapa serta beberapa tanaman obat-obatan.

 


“Beternak di pekarangan rumah itu tidak ribet bahkan hal itu sangat menyenangkan. Bisa jadi obat stres karena setiap pagi, siang dan sore bisa melihat tingkah laku ternak sambil memberi pakan ternak yang kita pelihara. Selain itu juga bisa menambah ilmu yang bisa saya bagikan ke mahasiswa saat kuliah,” tutur Prof Nahrowi.

Memelihara hewan tersebut, diakui Prof Nahrowi, tidaklah sulit apalagi ribet. Asalkan yang memelihara merasa enjoy. Dirinya mengakui, pakan hewan kini juga masih tersedia dan mudah didapatkan. Seperti pakan untuk hijauan, rumput dan legum saat ini masih sangat mudah didapat dari sekeliling rumah.

“Pengalaman selama sepuluh tahun memelihara hewan di pekarangan, saya merasa sangat enjoy. Saya juga bisa menikmati hasilnya walau belum menguntungkan secara finansial. Dengan beternak, kita bisa mendapatkan banyak ilmu, kebahagiaan sebagai anti stres dan bisa berbagi ke masyarakat sekitar,” kata Prof Nahrowi.

Karena keterbatasan lahan, ia mengaku beberapa jenis ternak sudah over populasi. Saat ini diakuinya, domba, angsa, entok, kalkun dan burung tekukur sudah overpopulasi. Kini Prof Nahrowi tengah mencari orang yang dapat dipercaya untuk mengembangkan ternak tersebut. Sebelumnya hewan seperti angsa, entok dan kalkun sudah disebarkan ke masyarakat.

Tak hanya hasil panen sayur dan buah atau produk ternak seperti daging, telur, ikan yang dibagikan ke masyarakat, Prof Nahrowi juga membuka pintu pekarangannya untuk menjadi tempat kunjungan studi. Lahan seluas 2000 meter persegi tersebut biasa dipakai menjadi tempat belajar anak taman kanak-kanak dan sekolah dasar serta masyarakat yang ingin mengembangkan peternakan secara terintegrasi. Boleh dikatakan, peternakan yang dimiliki Prof Nahrowi saat ini, merupakan showroom salah satu jenis model peternakan terpadu (ipb.ac.id)