News

Jangkrik (Gryllidae) adalah serangga yang berkerabat dekat dengan belalang. Memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik adalah omnivora. Dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh jangkrik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara jangkrik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitar.  Umumnya jangkrik dianggap sebagai salah satu jenis pakan burung atau hewan hias lainnya.

Padahal jangkrik memiliki berbagai manfaat dengan kandungan gizi yang kaya. Kandungan nutrisi penting pada jangkrik adalah protein, asam lemak essensial, vitamin serta mineral. Pada jangkrik yang masih segar kandungan proteinnya sekitar 40%, namun apabila sudah diolah menjadi jangkrik kering atau jangkrik panggang, kandungan protein akan meningkat hingga 64%. Selain protein ternyata jangkrik juga mengandung zat kitosan seperti yang terkandung pada udang dan memenuhi 15-25% kebutuhan vitamin A.  Kebanyakan masyarakat di Indonesia belum memanfaatkan potensi jangkrik yang sangat menjanjikan ini.

Lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yakni Uswatun Khasanah, Muhamad Suhendra, Andini Siwi Pratama, Triyana Nur  Rizki dan Iza Fitria Husna menciptakan Snack JunkKrips yang kaya protein, bahan dasarnya jangkrik. JunkKrips merupakan suatu inovasi yang sangat unik dan memiliki rasa yang enak dan renyah serta kandungan gizi yang sangat baik untuk tubuh.

Di bawah bimbingan M Sriduresta Soernarno, Spt MSc selaku dosen pembimbing, Uswatun dan tim terus berinovasi dengan mengeluarkan berbagai macam varian produk olahan JunkKrips, diantaranya adalah StickKrips dan BasKrips. Kedua varian produk ini  memiliki rasa dan tekstur yang unik dan berbeda. Konsumen juga dapat memilih pilihan rasa yang disajikan dari Baskrips dan StickKrips, diantaranya adalah rasa barbeque, jagung bakar, pedas, original dan balado.

Dalam waktu dekat Uswatun dan tim akan mengeluarkan varian produk JunkKrips ke-3 setelah Baskrips dan StickKrips. Produk Barunya diberi nama Choco JunkCho siap diluncurkan menjadi produk baru dan tentunya memanfaatkan jangkrik sebagai bahan dasar. Nah nantikan terus inovasi dari lima mahasiswa IPB ini ya... (ipb.ac.id)

Kelinci merupakan salah satu hewan ternak yang berpotensi sebagai penghasil daging dan sumber protein hewani yang baik. Sebagian masyarakat belum mengetahui bahwa daging kelinci memiliki kandungan protein yang tinggi dan rendah kolesterol.

Umumnya masyarakat memperoleh kebutuhan daging dari daging sapi, kerbau dan unggas. Potensi lain dari ternak kelinci adalah karena ukuran tubuh yang kecil,  sehingga tidak membutuhkan banyak ruang, tidak memerlukan biaya yang besar untuk investasi ternak dan kandang, umur dewasa yang singkat, kemampuan berkembang biak yang tinggi, dan masa penggemukan yang singkat.

Kelinci pedaging yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah  jenis New Zealand White, namun pertumbuhannya di Indonesia tidak secepat di negara sub tropis. Perbedaan pertumbuhan ini disebabkan karena perbedaan geografis dan lingkungan. Kelinci lebih menyukai suhu lingkungan yang sejuk. Penelitian atau kajian pun sudah banyak dilakukan untuk meningkatkan performa produksi kelinci, salah satu caranya adalah memanipulasi lingkungan.

Hal inilah yang mendasari mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB), yaitu Randi Novriadi dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB untuk melakukan suatu penelitian untuk meningkatkan produksi kelinci New Zealand White. Di bawah bimbingan Dr. Moh Yamin, dan Dr. Yono C Raharjo, Randi melakukan rekayasa pencahayaan dan memberikan pakan protein tinggi.

“Cahaya akan menstimulasi pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol sebagian besar pertumbuhan, dewasa kelamin dan reproduksi. Tingkat intensitas cahaya pada kelinci yang cukup adalah 30-40 lux atau setidaknya 50 lux. Peningkatan lama pencahayaan diharapkan dapat meningkatkan aktivitas makan kelinci, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan bobot badan kelinci New Zealand White,” ujarnya.

Pencahayaan selama 24 jam pada kelinci lepas sapih bisa meningkatkan konsumsi pakan harian, meningkatkan pertumbuhan bobot badan harian, dan memberikan income over feed costyang lebih tinggi dibandingkan taraf perlakuan lainnya.

“Melalui penelitian ini, dapat dibuktikan bahwa lama pencahayaan selama 24 jam dan pemberian pakan berprotein tinggi mampu meningkatkan pertumbuhan bobot badan kelinci New Zealand White,” jelasnya. (ipb.ac.id)