News

Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (Hanter) Institut Pertanian Bogor (IPB) memilih ketua umum dan sekretaris jenderal (Sekjen) baru periode 2018-2022. Pelantikan dilakukan pada 11 Februari 2018 di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB. Ketua Umum Hanter IPB terpilih adalah Audy Joinaldy, S.Pt, M.Sc, MM (Komisaris Utama Perkasa Group). Sementara, jabatan Sekjen ialah Iyep Komala, S.Pt, M.Si yang juga dosen Fapet. 

“Hanter lebih bersifat paguyuban dan anggotanya semua sukarelawan. Fungsinya untuk menjalin silaturahmi alumni Fapet IPB. Melalui Hanter, alumni menjadi lebih mengenal dan mengikuti kegiatan serta dinamika Fapet IPB. Dampak positif dari paguyuban alumni yakni menumbuhkembangkan kepekaan alumni terhadap situasi sosial di masyarakat,” ujar Iyep.

Iyep menyampaikan, Hanter juga berperan dalam menghimpun aspirasi para anggotanya untuk turut serta dalam usaha memajukan taraf kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia, terutama dengan memanfaatkan pengetahuan dan keahlian mereka dalam ilmu dan teknologi peternakan.

Audy Jonaldy merupakan alumni angkatan 38 dan Iyep Komala alumni angkatan 36. Pengangkatan ini sekaligus menjadikan Audy Joinaldy menjadi Ketua Himpunan Alumni termuda dari seluruh fakultas di IPB.

Pelantikan pengurus Hanter dihadiri sekira 250 alumni yang terdiri dari angkatan 01-50. Turut hadir dalam acara tersebut di antaranya Dekan Fapet IPB, Dr. Mohammad Yamin; Wakil Rektor Bidang Inovasi, Bisnis dan Kewirausahaan IPB Prof. Dr. Erika Budiarti Laconi; mantan Menteri Pertanian Periode 2009-2014, Ir. H. Suswono, MMA; dan Ketua Hanter IPB sebelumnya yang merupakan angkatan D17, Nadra Hosen.

Iyep menambahkan, program terdekat yang akan dilakukan Hanter adalah pembuatan website Hanter, pendataan alumni Fapet (data base alumni), mengaktifkan Facebook Hanter dan media sosial Hanter Lainnya. Selain itu, akan memberikan pelatihan dan kuliah umum untuk mahasiswa Fapet IPB. 

Program  lainnya adalah akan bekerja sama dengan Fakultas Peternakan IPB dalam mengembangkan UP3J atau Jonggol Animal Science Teaching dan Research Unit (JASTRU). “Juga akan ada pemberian sembako dan produk peternakan gratis untuk staf kependidikan Fapet IPB, terutama non PNS menjelang lebaran. Tidak hanya itu, juga akan ada pemberian beasiswa bagi mahasiswa Fapet,” terang Iyep.

Program terdekat Hanter adalah bekerja sama dengan berbagai instansi dalam upaya mendukung program kerja Hanter, salah satunya dengan Kementerian Koperasi untuk pembentukan Koperasi Hanter; membuat kartu anggota Hanter bekerja sama dengan Brizzi BRI yang bisa digunakan untuk pembayaran tol, trans jakarta, belanja di sejumlah merchant kerja sama. 

“Jumlah anggota Hanter masih dalam pendataan. Kemungkinan ada di angka 7.200 orang. Saya berharap Hanter menjadi himpunan alumni yang solid dan dapat memajukan peternakan Indonesia melalui program-program kerja Hanter,” pungkas Iyep(ipb.ac.id)

Asal entok atau juga itik Manila dari Amerika Selatan dan masuk ke Indonesia melalui Filipina.  Entok memiliki pertumbuhan cepat dan bobot badan yang lebih besar dibandingkan itik. Pengembangan entok sebagai unggas air unggulan Indonesia masih memiliki beberapa kendala. Kendala tersebut diantaranya peningkatan populasi dan produksi telur yang rendah, belum adanya data kebutuhan pakan dan metode pemberian pakan yang tepat, serta sistem pemeliharaan yang ekstensif.

Empat peneliti Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (Fapet IPB),  Jakaria, Rukmiasih, C Budiman dan G Ayuningtyas meneliti produktivitas entok betina dengan pemberian pakan terbatas selama periode pertumbuhan.

Pemberian pakan secara tidak terbatas atau ad libitum dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan kelebihan asupan energi yang berasal dari pakan. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk deposit lemak. Tingginya deposit lemak dalam tubuh menyebabkan masak kelamin dini. “Padahal kondisi organ dan saluran reproduksi belum siap mendukung produksi telur yang optimum. Oleh sebab itu, pengaturan pemberian pakan perlu diterapkan dengan metode pembatas pemberian pakan (restricted feeding) di periode pertumbuhan unggas,” ujar Jakaria.

Dalam percobaannya peneliti ini menggunakan ternak entok betina umur sehari (DOD) sejumlah 32 ekor yang diberi ransum kombinasi antara komersial ayam pedaging dengan dedak padi. Perlakuan yang diberikan peneliti ini terdiri atas tiga taraf, yaitu pemberian pakan entok 100 persen ad libitum sebagai kontrol (P1), 70 persen ad libitum (P2), dan 40 persen ad libitum (P3).

Dari hasil percobaannya peneliti ini menemukan bahwa pembatasan pakan berpengaruh terhadap bobot ovarium dan kolesterol darah entok pada umur 22 minggu. Bobot ovarium entok betina perlakuan P1 (5,77 gram), lebih tinggi dari bobot ovarium pada dua perlakuan lainnya pada umur yang sama yaitu 22 minggu. Bobot ovarium entok P2 dan P3 secara berurutan 17,85 persen dan 9,19  persen dari bobot ovari P1.

Pemberian pakan dengan cara terbatas juga berpengaruh terhadap kadar kolesterol. Rataan kadar kolesterol entok perlakuan P2 (131,73 miligram per liter) dan P3 (120 miligram per liter) lebih rendah dari P1 (147,91 miligram per liter). Peneliti ini menjelaskan bahwa tingkat pemberian pakan dapat mengatur profil perlemakan, sehingga ternak yang diberi pakan terbatas memiliki tingkat perlemakan yang relatif rendah dibandingkan dengan ternak yang diberi pakan ad libitum. Pembatasan pakan yang dilakukan pada periode pertumbuhan juga tidak berpengaruh terhadap produksi telur entok.

“Pembatasan pakan secara kuantitatif mampu menurunkan konsumsi pakan dan bobot badan, tanpa menurunkan produksi telur dari unggas betina. Produksi telur satu siklus pada penelitian ini adalah 14 sampai 17 butir,” ujarnya.

Karenanya tim ini menyimpulkan bahwa pembatasan pakan pada periode pertumbuhan dapat menekan pertumbuhan entok, menekan perkembangan folikel ovarium, serta berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah entok. Pembatasan pakan 70 persen telah mampu menunda masak kelamin entok betina dengan produksi telur yang sama dengan kelompok entok P1(ipb.ac.id)