News

Mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (Fapet IPB),  Hafni Oktafiani melakukan penelitian  pemanfaatan daun singkong bersianida untuk pakan domba. Penelitian yang berjudul  “Performa dan Kecernaan Nutrien pada Domba yang Diberi Tepung Daun Singkong Pahit (Manihot esculenta) dan Bakteri Pendegradasi HCN (sianida)” ini di bawah bimbingan Dr Sri Suharti, dan Prof  Dr  Ir  Komang G. Wiryawan.

Siaran pers IPB yang diterima Republika.co.id, Senin (7/8) menyebutkan, setiap tahun terdapat sekitar 1,2 juta ton per hektar per tahun limbah tanaman singkong khususnya daunnya yang terbuang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. “Daun singkong mengandung protein kasar yang cukup tinggi sekitar 39 persen,” kata Hafni Oktavani.

Hal ini menunjukkan bahwa daun singkong sangat potensial dijadikan pakan ternak. “Sayangnya daun singkong mengandung antinutrisi berupa asam sianida (HCN) yang sangat beracun dalam konsentrasi tinggi,” ujarnya.

Ia mengemukakan, ternak sapi dan kerbau mampu menoleransi kadar asam sianida sampai batas 2,2 miligram per kilogram bobot badan. Sedangkan pada kambing dan domba 2,4 miligram per kilogram bobot badan. Efek toksik sianida pada ternak kadang tidak terlihat. Ternak bisa saja tiba-tiba mati karena kekurangan asupan oksigen pada otak dan jantung. Asam sianida akan mengganggu oksidasi jaringan, karena dapat mengikat enzim sitokrom oksidase sehingga jaringan tidak dapat menggunakan oksigen.

Hafni mengungkapkan, metode yang dapat dilakukan untuk menghilangkan asam sianida yaitu penjemuran, perendaman dengan air mengalir dan fermentasi. Penambahan daun singkong pahit dalam ransum memiliki potensi sebagai salah satu sumber protein dan pakan pengganti hijauan dengan syarat pengaruh negatif asam sianida dapat diminimalisir. Selain perlakuan pada daun singkong, efek asam sianida pada ternak ruminansia dapat diatasi dengan bantuan mikroba rumen.

Berdasarkan penelitian, sebelumnya telah diisolasi bakteri yang memiliki karakteristik mirip dengan Megasphaera elsdenii pada cairan rumen domba yang terbiasa mengkonsumsi daun singkong. Megasphaera elsdenii memiliki kemampuan mendegradasi asam sianida selama sekitar 48 jam dan mampu menurunkan kadarnya hingga 70 persen, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi ternak ruminansia.

Penelitian ini dilaksanakan pada April-Agustus 2016 bertempat di Laboratorium Fakultas Perternakan IPB. Penelitian ini menggunakan 15 ekor domba jantan yang berumur setahun. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 30 persen tepung daun singkong tidak mengurangi konsumsi  nutrien dan tingkat kecernaan nutrien dibandingkan dengan kontrol (yang tidak diberi tepung daun singkong),” tuturnya.

Pemberian 15 persen tepung daun singkong  dan  penambahan bakteri pendegradasi asam sianida berpengaruh terhadap penambahan bobot badan dan efisiensi pakan. “Dengan demikian dapat disimpulkan, permberian daun singkong pahit dapat meningkatkan bobot badan dan efisiensi pakan,” papar Hafni Oktaviani. (http://www.republika.co.id)

Kesejahteraan hewan akan terpenuhi bila hak-hak hewan (animal rights) minimal dapat terpenuhi. Terdapat lima prinsip dari kesejahteraan hewan, yaitu bebas rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari rasa takut dan stres dan yang terakhir bebas untuk mengekspresikan tingkah laku alamiah. Ketika hewan telah memenuhi prinsip tersebut maka dapat dikatakan bahwa hewan dapat memperoleh kesejahteraannya. Tidak hanya pada hewan biasa, pada hewan ternak pun perlu diperhatikan kesejahteraanya. Terutama hewan-hewan ternak yang menjadi salah satu instrumen dalam sebuah pengetahuan, baik hewan ternak untuk praktikum maupun penelitian.
 
Guru Besar Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Dewi Apri Astuti, mengatakan perlu ada petunjuk atau buku panduan bagi pemeliharaan serta pengarahan dalam perlakuan hewan ternak. Menurutnya, perlakuan yang buruk dapat menurunkan kualitas produk daging bahkan dapat terjadi kematian akibat hewan yang stres. Terdapat beberapa poin yang perlu diperhatikan selama terdapatnya penggunaan hewan ternak baik sebagai riset maupun praktikum. Pertama, perlu dibuatnya fasilitas (kandang, tempat makan dan minum) yang baik, aman, nyaman dan cukup luas untuk hewan ternak. 
 
Selain itu juga diperlukannya lingkungan yang baik seperti hijauan pakan dimana para hewan dapat keluar dari kandang mereka dan melakukan gerak badan (exercise). Kedua, perlu diperhatikan pakan dan air minum. Jumlah dan jenis pakan perlu diperhatikan baik setelah terlaksananya penelitian maupun sebelum peneltian, sehingga hewan dapat tetap hidup. Ketiga, perawatan saat dilakukannya kegiatan penelitian dan praktikum. Para peneliti yang melakukan hal tersebut perlu didampingi oleh ahli perawatan hewan, sehingga menghindari terjadinya kecelakaan akibat hewan merasa tidak nyaman dan tersakiti. Keempat, yang sangat perlu diperhatikan yakni proses memindahkan hewan ternak dari satu tempat ke tempat lain. Perlu transportasi yang memadai dimana hewan dapat merasa nyaman selama perjalanan. Karena saat ini di jalan-jalan masih banyak dapat kita jumpai hewan-hewan yang diangkut dengan transportasi dengan tidak memperhatikan kenyamanan hewan tersebut, yang pada jangka panjangnya dapat mempengaruhi kesehatan dari hewan ternak tersebut dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kelima, pengkayaan (enrichment). Semua jenis hewan memiliki jenis pengkayaan yang berbeda satu sama lainnya, contohnya seperti hewan unggas tidak akan tahan angin kencang saat masih kecil sehingga perlu kandang yang lebih hangat. 
 
Setiap hewan memiliki ciri khas khusus sehingga perlu mengetahui apa saja jenis pengkayaan bagi hewan tertentu yang nantinya akan digunakan sebagai riset maupun praktikum. Poin yang terakhir yaitu sirkulasi angin yang baik diperlukan bagi hewan. Terutama bagi hewan-hewan ruminansia (seperti sapi dan kambing) yang dapat menghasilkan gas-gas amonia yang tinggi. Selain itu perlu mengetahui sifat dari hewan ternak tersebut, apakah mereka senang bergerombol atau soliter (sendiri), agar tidak menyebabkan hewan menjadi stres karena kesepian.
IPB memiliki komisi kesejahteraan hewan yang bernama Komisi Etik Hewan (KEH) yang diketuai oleh drh. Ni Wayan Kurniani Karja, MP, Ph.D, terdiri dari beberapa anggota yang di dalamnya terdapat beberapa ahli, baik ahli dalam perawatan hewan maupun ahli hewan ternak, ujar Prof. Dewi.
 
Ke depan, diharapkan terdapat sebuah panduan bagi para mahasiswa dan peneliti untuk menjadi sebuah acuan dalam pemeliharaan hewan ternak sebagai hewan penelitian maupun praktikum. Dengan demikian penelitian dapat berjalan dengan baik dengan memberikan kebutuhan dasar yang utama bagi hewan ternak.(megapolitan.antaranews.com)