News

Era disrupsi seperti saat ini berimplikasi pada bidang industri. Di Indonesia, akibat dari imbas era disrupsi, 12,5 persen pekerjaan hilang oleh otomatisasi.

Hal ini disampaikan Prof. Dodik R. Nurrochmat, Wakil Rektor bidang Kerjasama dan Sistem Informasi Institut Pertanian Bogor (IPB) saat menjadi keynote speaker di International Seminar on Animal Industry 2018. Kegiatan yang bertemakan “Harmonizing Livestock Industry Development, Animal Welfare, Environmental and Human Health” ini digelar di IPB International Convention Center, (28-30/8). Dalam seminar ini peserta yang hadir dari Belanda, Jepang, USA, Polandia, Australia, Mesir, Cina  dan Indonesia.

Acara ini digelar oleh Forum Logistik Peternakan  Indonesia (FLPI). FLPI merupakan forum yang bertujuan sebagai wadah berbagi  ide dan menjalin kerja sama antara pendidikan tinggi, pemerintah, bisnis, dan komunitas peternak. Forum ini diinisiasi oleh Fakultas Peternakan IPB.

Saat ini IPB memiliki tantangan bagaimana membuat kurikulum yang cocok untuk masa depan.  Menurut Prof. Dodik, Rektor IPB mengharapkan sistem pembelajaran online mulai diterapkan di IPB. 

“Tantangan lain yang dapat bermanfaat bagi masyarakat bisa dalam hal aplikasi mobile, misalnya apakah ada sistem aplikasi mobile yang dapat menguji kualitas daging atau aplikasi untuk cara membedakan daging babi dan sapi hanya dengan foto. Ini adalah tantangan,” ucapnya.

Selain itu tantangan lainnya di industri hewan adalah semakin banyaknya barang buatan. Misalnya daging buatan, telur buatan yang lebih efisien dan isu daging yang tumbuh dari kultur sel hewan in vitro. Ini tantangan bagi industri. 

“Implikasi internet of things pada industri hewan berpengaruh pada produk dan produksi. Akan semakin produktif namun juga akan semakin banyak produk pengganti. Dari sisi pasar dan pemasaran, akan lebih efisien namun juga akan banyak kompetisi. Kesehatan dan preferensi suatu produk pun akan lebih transparan. Namun bagaimana dengan batasan etikanya jika ada industri yang membuat rahim buatan dari plastik,” ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Fakultas Peternakan IPB menjalin kerjasama dengan Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan RI, Universitas Adelaide Australia, Jaffa Foundation dan dengan PT. Lembu Jantan Perkasa. 

Dekan Fakultas Peternakan IPB, Dr. M. Yamin menyampaikan bahwa kerjasama dengan Puslitbangnak ini sebetulnya sudah lama dilakukan. “Ini untuk penguatan di administrasi. Kita sudah kerjasama dalam bidang penelitian, pengembangan ternak secara umum, produksi nutrisi dan teknologi hasil. Demikian juga dengan Adelaide University, banyak program magang untuk mahasiswa seperti summer course dan joint degree untuk program master dan sarjana. Semoga banyak mahasiswa yang mampu untuk memanfaatkan potensi akademik di sana. Kerjasama dengan PT. Lembu Jantan Perkasa, untuk kegiatan akademik, penguatan usaha akademik,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Acara, Dr. Despal menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat mengakomodasi aspirasi, harapan dan ide-ide banyak pihak untuk pembangunan berkelanjutan Logistik Peternakan Indonesia. Kegiatan ini melibatkan banyak pemangku kepentingan untuk mengeksploitasi keberadaan FLPI.

Konferensi ini juga diharapkan dapat memberikan masukan dan lahirnya berbagai agenda kerja sama untuk keberlanjutan di FLPI.

“Dengan demikian, FLPI dapat memberikan kontribusi nyata dan manfaat bagi kemajuan logistik hewan Indonesia. FLPI menyelenggarakan konferensi ini tidak hanya perspektif nasional tetapi juga internasional untuk menyelaraskan upaya para ahli logistik dalam meningkatkan keamanan dan distribusi produk hewan. Konferensi ini menjadi salah satu rangkaian pada Seminar Internasional Keempat tentang Industri Peternakan (ISAl) 2018,” terangnya (ipb.ac.id)

Setelah sukses menggelar International Seminar on Animal Industry (ISAI) tahun 2009, 2012 dan 2015, Fakultas Peternakan IPB kembali menggelar International Seminar on Animal Industry (ISAI) pada tanggal 28-30 Agustus 2018. Acara ilmiah yang bertempat di IPB International Convention center Bogor ini bertema  "Harmonizing Livestock Industry Development, Animal Welfare, Environmental and Human Health”. Seminar ini mendatangkan pembicara dari sejumlah negara, Diantaranya Prof Wayne Pitchford dari University of Adelaide, Prof. Dr. Junichi Takahashi (Japan), dan lain lain. Adapun peserta yang hadir diantaranya dari Belanda, Jepang, USA, Polandia, Australia, Mesir, Cina  dan Indonesia.

Dekan Fakultas Peternakan IPB, Mohammad Yamin, menambahkan, seminar internasional ini diharapkan para peneliti, maupun pelaku industri mendapatkan gagasan baru dalam memajukan peternakan di Indonesia dengan segala permasalahan yang ada.

Dr. Despal, selaku selaku Ketua Pelaksana menyebutkan bahwa terdapat dua industri peternakan di Indonesia, yakni industri besar dan kecil, yakni peternakan rakyat. Menurutnya, keberadaan peternakan rakyat membuat industri peternakan di Indonesia unik dari negara lainnya. Keberadaannya sangat kuat, dan jumlahnya sangat banyak, hampir 90 persen. Untuk industri besar, lanjutnya, sudah cukup bagus dan mampu bersaing dengan negara-negara maju. Seminar ini memadukan antara ilmu dan teknologi, lalu ilmu tersebut ditransfer ke industri, lanjutnya.

“Di Indonesia, kita punya segmen lain dibanding negara lain, yakni peternakan rakyat, hampir 90 persen industi peternakan berasal peternakan rakyat,” katanya. Untuk ternak unggas, lebih banyak dari komponen industri, sedangkan beef atau daging sapi jumlah komponen peternakan tradisional juga besar. Walau skala kecil, lanjutnya, peternakan rakyat tersebut mampu bertahan hingga saat ini dengan persaingan yang ada. “Tugas kami, bagaimana membuat mereka mampu bertahan, ketika memasuki globalisasi, meningkatkan taraf hidupnya dan berkontribusi,” Pungkasnya.

Turut hadir pembicara dari Indonesia, Prof. Luki Abdullah, yang memaparkan tentang pengembangan pakan hijauan dari Indigofera. Despal menambahkan, seminar juga membahas berbagai isu terkait masalah peternakan, seperti larangan penggunaan atibiotik pemacu pertumbuhan pada ayam, logistik peternakan, dan rantai pasok. “Jadi, melalui seminar ini, kita berpikir global mencari solusi untuk permasalahan lokal,” katanya.

ISAI adalah forum khusus yang dapat digunakan sebagai ajang pertukaran informasi, pembahasan masalah produksi ternak dan kesempatan untuk menyajikan presentasi ilmiah dan teknis dalam ilmu peternakan. Seminar ini akan menyediakan sarana untuk memperkuat kerjasama antara ilmuwan internasional dan lembaga-lembaga terkait.