News

  • Himasiter Selenggarakan Training Formulasi Pakan

    Keresahan sering terjadi pada peternak yaitu pada masalah PAKAN, terkait dengan ketersediaan dan harga pakan.  Sering kali peternak menanyakan ketersediaan pakan, terutama pada saat musim kemarau. Tanpa kita sadari, sebenarnya pakan tersebut tersedia berlimpah, hanya saja banyak peternak belum menyadari terkait kekayaan tersebut.

    Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor mencoba menjawab keresahan yang terjadi selama ini yaitu pengetahuan terkait POTENSI BAHAN PAKAN LOKAL, dengan menyelenggarakan Feed Formulation Training 2016 (FFT-2016) pada tanggal 24-25 September 2016. Training yang bertempat di Ruang Sidang Fapet dan Gedung Pusat Komputer IPB ini merupakan salah satu kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahun oleh HIMASITER.  Peserta training banyak yang berasal dari kalangan professional baik dari industri pakan maupun industri peternakan, disamping itu pelatihan ini juga diikuti oleh mahasiswa yang berasal dari Bogor dan Jakarta. Tema pelatihan  pada tahun ini adalah "Formulasi Ransum Ruminansia Berbasis Bahan Pakan Lokal".

    Acara dibuka pada pukul 10.30 oleh Dr. Widya Hermana, dengan membunyikan angklung sebagai peresmian pembukaan. Pelatihan pada tahun ini menghadirkan trainer yang ahli di bidang pakan, diantaranya: Prof. Nahrowi Ramli, Prof. Luki Abdullah, Dr. Idat Galih Permana dan Dr. Heri Ahmad Sukria. Materi pelatihan yang dipaparkan adalah: Strategi Pengolahan Pakan lokal,  manajemen penyediaan hijauan pakan, dan formulasi pakan dengan least cost balance nutrition ration dengan menggunkan winfeed.

    Himasiter (Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak) merupakan salah satu lembaga kemahasiswaan non struktural yang berada di bawah naungan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor yang berbentuk organisasi kemahasiswaan yang mewadahi kegiatan profesi mahasiswa di lingkungan IPB pada umumnya dan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan  pada khususnya serta memiliki karakteristik pengembangan keahlian dan keterampilan teknis di bidang nutrisi dan makanan ternak.

  • Himpunan Alumni Fakultas Peternakan IPB University Launching Pakan HANTER

    Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (HANTER) IPB University meluncurkan Pakan HANTER IPB University secara daring, 10/9.  Ketua Umum HANTER IPB University, Audy Joinaldy menjelaskan, langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk turut meningkatkan aktivitas perekonomian alumni Fapet IPB University. “Program ini diharapkan dapat bermanfaat dan meningkatkan perkonomian antar alumni, terutama bagi mereka yang memiliki bisnis di sektor peternakan,” ujar alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumatera Barat ini.  

    Sementera itu, Dekan Fakultas Peternakan IPB University Dr Idat Galih Permana sangat mendukung kehadiran Pakan HANTER. Hal ini karena pakan yang digunakan berbasis kearifan lokal. 

    “Kami berharap, kehadiran program ini dapat mendukung penyediaan pakan di kandang Fakultas Peternakan IPB University,” tegas Dr Idat Galih. 

    Ketua HANTER Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Bogor, Riza Haerudin mengungkapkan bahwa ide Pakan HANTER bermula dari diskusi dengan para pengusaha anggota HANTER. Ia menyebut, Pakan HANTER yang sudah dibuat dan telah dimanfaatkan adalah pakan untuk ayam broiler.

    “Untuk pakan ayam petelur dan ruminansia bisa dibuatkan sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing peternakan. Pakan HANTER memiliki harga yang lebih murah dengan kecupukan nutrisi yang lengkap,” jelasnya.
     
    CEO AS Putra Group, Aif Arifin Sidhik turut memberikan testimoninya karena telah menggunakan Pakan HANTER. Ia mengatakan, “Biaya penyediaan Pakan HANTER lebih murah dibanding pakan dari pabrik. Ketika ada permasalahan di lapangan, tim Pakan HANTER segera mengevaluasi pakan sehingga tim tersebut terbuka mengenai kualitas dan formula,” ujarnya.

    Adapun, I Wayan Suadnyana, Anggota HANTER DPD Bogor, mengungkapkan, konsep Pakan HANTER ini merujuk kepada ilmu dasar yang diajarkan ketika kuliah. Ia menjelaskan, ada pakan HANTER-1 sebagai pakan prestarter, HANTER-2 sebagai pakan dan HANTER-3 sebagai pakan finisher. 

    “Selain harga pakan HANTER lebih murah dibanding pakan komersil lainnya, saya telah mencoba menggunakan day old chick (DOC) grade B. Hasilnya sangat membanggakan, dengan menggunakan Pakan HANTER, ayam dengan grade B dapat memiliki performa dan harga jual yang bagus,” ujar I Wayan. 

    Dengan demikian, katanya, penggunaan Pakan HANTER dapat menguntungkan pengusaha ayam broiler. Baik sekala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) maupun skala besar.

    Sekretaris Jenderal HANTER yang juga dosen   IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Iyep Komala menyampaikan bahwa saat ini pakan HANTER masih terbatas untuk anggota HANTER saja. “Semoga ke depannya bisa diakses oleh para pengusaha lainnya dari luar HANTER,” tutupnya (ipb.ac.id)

  • Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan IPB University adakan pelatihan akbar tentang ternak dan olahannya

    Sabtu (13/03) Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan  IPB University atau disingkat Himaproter IPB  University mengadakan pelatihan akbar tentang ternak dan olahannya dengan tujuan agar mahasiswa lebih terampil dalam praktek dan juga menyampaikan keilmuan yang telah didapat kepada masyarakat umum. Acara pelatihan akbar diisi oleh mahasiswa pengurus dari tiga divisi pemeliharaa Himaproter yaitu divisi unggas, divisi ruminansia, dan divisi non ruminansia da satwa harapan dari divisi pengolahan produk peternakan. Pemaparan materi yang diberikan oleh pengurus divisi tersebut diberikan melalui video lalu diadakan diskusi dengan pengurus divisi tersebut. Pada pelatihan akbar ini diikuti oleh 200 peserta melalui zoom meeting yang berasal dari berbagai macam kalangan, yaitu dinas, masyarakat umum, peternak, mahasiswa dan juga pelajar. Kegiatan dimulai dari sambutan oleh ketua Himaproter Aldo Febriano dan  pembina Himaproter Dr. Mochammad Sriduresta Soenarno, S.Pt. M.Sc lalu dilanjutkan dengan materi.

    Peserta mengikuti pelatihan ini dengan antusias di setiap sesi divisi menyampaikan materi. Di dalam materi yang disampaikan oleh  divisi ruminansia, mereka membahas tentang perawatan domba dari mulai cara memandikan, cara memotong kuku, cara mencukur rambut/wool hingga cara membuat pakan sendiri. Dari divisi unggas mereka memberikan materi tentang cara pembuatan inkubator telur tetas sederhana menggunakan kardus, pada sesi diskusi berjalan dengan lancar yang mana cukup banyak peserta yang bertanya. Setelah itu dari divisi non ruminasia dan satwa harapan memaparkan materi tentang pembuatan pupuk organik cair dari urin kelinci dan juga cara grooming kelinci. Sedangkan dari divisi pengolahan produk peternakan menyampaikan video tentang tata cara membuat pempek ayam dan juga susu goreng, pempek ayam yang dibuat oleh divisi pengolahan produk peternakan dapat menjadi alternatif bagi seseorang yang alergi terhadap ikan namun ingin mencoba pempek.

    Dengan diadakannya pelatihan akbar diharapkan dapat membuka wawasan baru bagi masyarakat umum. Selain itu pelatihan akbar juga diharapkan dapat menjadi ajang silaturahmi bagi sesama peternak maupun sesama mahasiswa.

  • HMI Fapet IPB University Santuni Anak Yatim di Panti Asuhan Al-Munawwar Bogor

    Bulan suci Ramadan menjadi momentum yang tepat untuk berlomba-lomba dalam menebar kebaikan dan kebermanfaatan. Momen ini turut dimanfaatkan oleh mahasiswa IPB University dari Fakultas Peternakan (Fapet) untuk mengadakan kegiatan santunan anak yatim, (16/4).

    Para mahasiswa IPB University yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) serahkan bantuan sembako dan uang tunai kepada sejumlah anak yatim di Panti Asuhan Al-Munawwar, Bogor.

    Donasi dihimpun dari para kader hingga alumni dan langsung diserahkan ke pengurus Panti Asuhan Al-Munawwar dalam bentuk sembako dan uang tunai.

    Bantuan diserahkan langsung oleh Ketua Umum HMI Komisariat Fapet IPB University. "Alhamdulillah, bantuan ini merupakan program puncak dari rangkaian Ramadan Series. Tentunya program ini sebagai bentuk ikhtiar dan komitmen kami dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT,” ujarnya.

    Ia menambahkan, “Dalam hal ini kami mengambil esensi positif dari surah Al Ma’un sehingga muncul keinginan untuk memberikan santunan. Kami juga mengucapkan kepada seluruh donatur dan pihak-pihak yang ikut membantu dalam pelaksanaan program ini.”

    “Mudah-mudahan melalui langkah kecil ini, HMI Komisariat Fapet IPB University dapat menjadi role model bagi organisasi lain untuk terus berkontribusi dalam membangun bangsa,“ tambah Dodi selaku sekretaris umum.

    Penyerahan bantuan disambut baik oleh Ibu Yus selaku pengurus panti asuhan. Ia menyampaikan ucapan terima kasih kepada HMI Komisariat Fapet IPB University dan kepada pihak yang terlibat sebagai donatur.

    “Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat dan membantu jalannya panti ini untuk terus mewadahi anak-anak hingga mereka mampu berkarya untuk agama, bangsa dan negara,” imbuhnya (ipb.ac.id)

  • Hobi Berkuda, Mahasiswa IPB Ini Raih Medali Emas

    Reza Aulia Putra, mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB), mewakili Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Berkuda IPB meraih mendali emas dalam Djiugo Final (equestrian show jumping). Dalam kompetisi yang diadakan oleh Djiugo ini Reza berhasil melewati rintangan setinggi 70 cm kategori senior yang diadakan di Arthayasa Stable, Depok (14-15 /4). Peserta yang ikut berkompetisi sebanyak 28 club dari berbagai daerah di Indonesia.

    Reza sudah menekuni hobi berkudanya sejak tahun pertama perkuliahan (2015). Ia bercerita bahwa rasa sukanya terhadap aktivitas berkuda tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Ia tidak bisa melewati satu hari tanpa melihat kuda.

    “Saya senang kalau lihat kuda, senang merawatnya, senang menungganginya. Orang lain tidak akan tahu apa yang kita rasakan saat naik kuda. Bagi saya kuda adalah sahabat saya,” ujar Reza.

    Reza juga menceritakan bagaimana pengalamannya saat jumping dengan menunggangi kuda equestrian  dengan ketinggian 70 cm saat perlombaan.

    “Kuda equestrian itu sejenis kuda berdarah hangat dan kuda silangan antara kuda lokal dengan kuda dari luar negeri. Biasanya kudanya memiliki langkah yang bagus dan kuat. Saat saya jumping melewati rintangan 70 cm itu, rasanya seperti melayang di udara bersama kuda. Rasanya senang sekali apalagi bisa meraih medali emas,” jelas Reza.

    Tidak hanya sekedar hobi, Reza juga bercita-cita menjadi penunggang kuda yang profesional. Sedari awal memasuki UKM Berkuda di IPB, Reza sudah rajin berlatih, mengikuti berbagai ajang perlombaan kuda dan magang di beberapa sekolah berkuda untuk menambah pengalamannya berinteraksi dengan berbagai jenis kuda, salah satunya kuda equestrian. 

    “Di daerah saya tinggal, tidak ada kuda equestrian. Saya ingin mengembangkannya di sana untuk semua kalangan masyarakat,” harap pemuda asal Aceh ini.(ipb.ac.id)

  • Ikhsan Suhendro, Marbot Masjid Jadi Lulusan Terbaik Wisudawan IPB

    Ikhsan Suhendro, marbot Masjid Al Hurriyyah Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) asal Lampung sukses menorehkan prestasi gemilang sebagai wisudawan terbaik bulan ini.Hal itu terungkap dalam upac ara wisuda tahap VI Program Sarjana, Profesi Dokter Hewan, dan Pascasarjana tahun akademik 2017/2018 di Graha Widya Wisuda, Kampus IPB Dramaga Bogor, Rabu (21/3/2018).

    Ikhsan yang dinobatkan sebagai lulusan terbaik Fakultas Peternakan IPB menuturkan, kampusnya adalah 'Kampus Rakyat' bagi pemuda daerah yang tidak cukup biaya untuk berkuliah. Putra kelahiran Lampung 12 Desember 1994 ini mengatakan mahasiswa itu punya tiga pilihan, sambil menunjukkan jarinya, yaitu akademik, organisasi dan istirahat.  "Tapi dari tiga pilhan itu kita hanya bisa memilih dua. Yang dua akan kita dapatkan dengan baik, tetapi yang satu tentu harus dikorbankan. No problem, no pain no gain, karena istirahat sesungguhnya adalah ketika sudah mati," ujarnya.

    Untuk memenuhi hasratnya berorganisasi, Ikhsan memilih mendaftar sebagai marbot Masjid Al Hurriyyah di Kampus IPB Dramaga. Alasannya adalah selain menjadi wadah pengembangan bakat dan pengembanan amanah, Ikhsan mendapatkan mess atau asrama gratis.

    "Tanpa pikir panjang langsung mendaftar. Singkat cerita akhirnya lolos dan diterima menjadi marbot Masjid Al Hurriyyah, alhamdulillah. Hal yang menjadi pembeda dari menjadi marbot di maskam (masjid kampus) IPB dibanding maskam lain adalah kepengurusan kelembagaan masjid dan tim pembersih yang sudah ada orangnya dan sudah tersusun rapih, sehingga tugas kami sebagai marbot adalah menjadi panitia di hari besar agama Islam, pemakmur masjid, pengelola kajian rutin, dan pengembangan bakat diri," tuturnya.

    Saat menjadi marbot, rutinitas sehari-hari Ikhsan salat tahajud sebelum salat subuh, dilanjutkan syuro (musyawarah), lalu mengikuti kajian rutin di Aula Masjid Al Hurriyyah sebelum berangkat kuliah.

  • Industri Logistik Peternakan Membutuhkan Teknologi Digital Lebih Banyak

    Menanggapi hadirnya era Revolusi Industri 4.0, Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) menggelar Konferensi Nasional yang bertemakan “Aplikasi Teknologi Digital pada Industri Logistik Peternakan 4.0” yang digelar di ICE BSD Tangerang, Rabu (18/9).

    Prof. Yandra Arkeman, narasumber pada acara tersebut, mengatakan bahwa penerapan teknologi 4.0 pada bidang peternakan sangat memungkinkan untuk dilakukan, misalnya mengenai sapi yang diberi anting untuk memudahkan penelusuran (tracking). Penerapan Elektronik ID (E-ID) yang merupakan bentuk digitalisasi peternakan akan memudahkan pembeli untuk mengetahui riwayat sapi tersebut.

    “Memang untuk saat ini penerapannya masih belum mudah, harga sapi yang memiliki anting justru murah karena dianggap merupakan sapi bantuan pemerintah. Akan tetapi ke depannya, sapi yang memiliki anting yang justru akan mahal karena riwayat pemeliharaanya jelas, dari keturunan jenis apa, diberi pakan apa dan sebagainya,” ungkap Peneliti di Blockchain, Robotics, and Artificial Intelligence Network IPB (BRAIN IPB) ini.

    Penerapan teknologi 4.0 pada peternakan unggas pun juga bisa dilakukan, misalnya mengenai teknologi menentukan jenis kelamin DOC jantan dan betina. Melalui gradasi suara tertentu misalnya, mana DOC jantan dan betina akan bisa diketahui dengan jauh lebih cepat.

    “Kecanggihan teknologi ini sangat memungkinkan diterapkan di semua bidang, hanya saja mau dilakukan apa tidak. Selain karena berbiaya tinggi, tentu butuh dukungan semua pihak baik pemerintah, akademisi, pengusaha dan juga masyarakat,” jelasnya.

    Sedangkan Audy Joinaldy, dalam paparannya mengatakan tidak dipungkiri bahwa teknologi 4.0 sangat memungkinkan diterapkan pada sektor perunggasan. Misalnya, bagaimana mengukur tingkat kematian saat distribusi DOC dari pabrik penetasan (hatchery) hingga menuju ke kandang budi daya.

    “Sejauh ini hanya berdasarkan perkiraan saja, memang sudah seharusnya ada teknologi digital yang mampu mendeteksi penyebab kematian itu karena apa. Hal ini merupakan tantangan bersama untuk mewujudkannya” jelas Chairman of Perkasa Group yang juga merupakan Ketua Umum Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (poultryindonesia.com)

  • Ingin Jadi Raja Ternak? Ayo Kuliah di Program Studi Teknologi Produksi Ternak IPB University

    Sektor peternakan memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani di Indonesia. Oleh sebab itu dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten guna menyumbangkan teknologi untuk menghasilkan produk ternak yang sehat dan berkualitas. Sebagai upaya menciptakan SDM berkualitas unggul di bidang peternakan, IPB University memiliki program studi Teknologi Produksi Ternak (prodi TPT).

    Prof Dr Irma Isnafia Arief, Wakil Dekan Fakultas Peternakan mengatakan pada tahun 1963, IPB University mendirikan fakultas peternakan dengan program studi Ilmu Produksi Ternak. Saat ini nama prodi tersebut telah berganti menjadi Teknologi Produksi Ternak.

    “Kami terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menekankan pada kemampuan menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan inovasi kepada mahasiswa kami,” katanya.

    Sampai saat ini, prodi TPT telah mendapatkan akreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) pada tahun 2018 dan tersertifikasi internasional dari Asean University Network-Quality Assurance (AUN-QA) pada tahun 2013.

    “Lulusan Prodi TPT diarahkan untuk memiliki kompetensi utama agar dapat bersaing di dunia global.  Adapun kompetensi utama yang dimiliki para lulusan adalah kemampuan berpikir analitis, kewirausahaan, teknologi, dan komunikasi secara efektif,” lanjutnya Prof Irma.

    Prof Irma mengaku, kegiatan belajar dan mengajar di prodi TPT didukung oleh tenaga pendidik lulusan perguruan tinggi dalam dan luar negeri yang berkualitas. Saat ini sedikitnya ada 36 dosen dengan komposisi delapan professor, 21 doktor, dan 7 bergelar master yang sedang melanjutkan studi doktoral.
     
    Lebih lanjut Prof Irma menjelaskan lingkungan belajar juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti ruang kuliah yang nyaman, laboratorium modern, rumah pemotongan hewan, unit evaluasi karkas, unit analisa molekuler, hotspot area, perpustakaan, dan unit usaha komersil peternakan sebagai tempat latihan para mahasiswa.

    Di samping itu, prodi TPT juga telah menjalin kerjasama akademik berupa pertukaran mahasiswa dengan perguruan tinggi di Taiwan, Jepang, Malaysia, Thailand, Australia, New Zealand, Jerman, dan negara-negara lain. Selain itu, sebagai upaya dalam meningkatkan kesempatan mengenyam pendidikan tinggi, terdapat banyak beasiswa yang ditawarkan.

    “Banyak beasiswa yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang memiliki prestasi akademik maupun yang tidak mampu secara ekonomi,” pungkasnya.

    Ia menyebutkan, bagi mahasiswa yang menginginkan beasiswa, dapat mencari informasi di Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir IPB University. Puluhan sponsor beasiswa menawarkan berbagai jenis beasiswa.

    “Di departemen IPTP sudah ada lima dosen promotor beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana (PMDSU). Saat ini sedang diusulkan lima dosen promotor lagi sehingga ada sepuluh dosen promotor PMDSU,” terang Prof Irma.

    Dengan bekal penguasaan prinsip-prinsip ilmu peternakan, kecakapan profesional dan kecakapan manajerial membuat para lulusan prodi TPT mampu bekerja di berbagai bidang. Baik di instansi pemerintah, swasta, tenaga pendidik atau peneliti, maupun menjadi pengusaha di bidang industri produk peternakan (ipb.ac.id)

  • Ingin Tahu Tentang Program Studi Teknologi Hasil Ternak IPB University, Yuk Intip Informasinya

    Program Studi Teknologi Hasil Ternak (Prodi THT), Fakultas Peternakan IPB University merupakan akar keilmuan produksi peternakan yang ditopang oleh dua bidang yaitu produksi ternak dan produksi hasil ternak. Program Studi Teknologi Hasil Ternak berperan sebagai perluasan dan pelengkap hulu-hilir keilmuan di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP).

    Penyelenggaraan program studi THT ditetapkan melalui Surat Keputusan Rektor IPB University Nomor 106/IT3/PP/2016 tentang Pembukaan Program Studi Teknologi Hasil Ternak pada Program Pendidikan Sarjana di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan.

    Ketua Departemen IPTP, Prof. Dr. Irma Isnafia Arief menyampaikan bahwa program studi THT IPB University telah terakreditasi B dari BAN PT dengan Nomor 3209/SK/BAN-PT/Akred/S/VIII/2019.

    “Kami terus berupaya menjadi program studi unggulan yang menghasilkan sarjana kompeten dalam bidang teknologi hasil peternakan,” kata Prof Irma.

    Mahasiswa Teknologi Hasil Ternak IPB University dibekali tiga keilmuan utama yakni komoditas ternak yang terintegrasi pada proses hulu hingga hilir, penerapan teknologi untuk peningkatan nilai tambah, dan mengoptimalkan produk hasil ternak sebagai sumber pangan hewani yang berkualitas.

    Selain itu lulusan  Prodi THT tidak hanya dibekali kecakapan profesional berupa kemampuan dalam menerapkan teknologi penanganan dan pengolahan produk hasil ternak. Namun juga kecakapan manajerial yakni kemampuan dalam mengembangkan potensi diri untuk bekerja secara profesional sesuai dengan norma dan etika serta dapat beradaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    “Untuk menunjang kehidupan pasca kampus, mahasiswa THT IPB University juga dibekali mata kuliah yang bersifat sosial seperti inovasi dan komersialisasi, penyuluhan dan kewirausahaan, serta pelatihan soft skill seperti public speaking,” lanjutnya.

    Dosen pengajar di dalam Prodi THT IPB University merupakan pengajar kompeten lulusan perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Para dosen memiliki gelar doktor, master, hingga guru besar (profesor). Prodi THT juga dilengkapi dengan fasilitas laboratorium yang lengkap mulai dari laboratorium pengolahan hasil ternak hingga laboratorium organoleptik.

    “Kami memiliki penggajar yang handal, materi yang terstandar internasional, fasiltas yang sangat memadai, dan suasana kampus asri yang mendukung dalam belajar,” jelasnya.

    Selain itu untuk meningkatkan mutu pembelajaran, Prodi THT IPB University menjalin jejaring yang kuat dengan berbagai universitas di berbagai negara. Mulai dari Singapura, Jepang, hingga Jerman. Hal tersebut dilakukan karena Prodi THT IPB University bertekad untuk menghasilkan lulusan yang mampu menerapkan serta membangun inovasi teknologi dalam proses penanganan dan pengolahan hasil peternakan. Tujuannya untuk menghasilkan produk hasil ternak yang aman, berkualitas serta mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

    Prospek lapangan kerja bagi lulusan Prodi THT IPB University sangat luas mulai dari bidang akademik (tenaga pendidik), profesional (penyuluh, peneliti, dan industri peternakan), hingga wirausahawan.

    IPB University merupakan perguruan tinggi yang sangat mendorong mahasiswanya untuk berinovasi dalam lapangan pekerjaan sehingga tidak hanya membuka lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri namun juga lapangan pekerjaan bagi orang lain (ipb.ac.id)

  • Ini 6 Alasan Memilih Prodi Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB University

    Salah satu program studi (prodi) di IPB University yang selalu menjadi incaran calon mahasiswa adalah Prodi Nutrisi dan Teknologi Pakan. Prodi sarjana ini dikelola oleh Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University. Sedikitnya, ada enam alasan mengapa banyak calon mahasiswa yang tertarik kuliah di prodi ini. Yuk intip ulasannya.

    1. Satu-satunya di Indonesia
    Prodi Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB University merupakan satu-satunya prodi bidang ilmu nutrisi dan teknologi pakan di Indonesia. Prodi ini menghasilkan ahli nutrisi dan pakan yang mampu bekerja di berbagai perusahan, instansi atau mengembangkan usaha.

    2. Terakreditasi Nasional dan Internasional
    Prodi Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB University telah terakreditasi nasional dari Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan nilai A dan terakreditasi internasional The Accreditation Agency for Study Programmes in Engineering, Informatics, Natural Sciences and Mathematics (ASIIN).

    3. Menggunakan Kurikulum Terbaru
    Perkuliahan di Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB University sudah menggunakan kurikulum terbaru, yaitu Kurikulum 2020 (K-2020) yang sesuai dengan sasaran pendidikan IPB 4.0, yaitu powerful agile learner. K-2020 adalah kurikulum yang memadukan soft skills dan hard skills dengan metode blended learning. Kurikulum ini selaras dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

    4. Banyak Hal di Sekitar Erat dengan Prodi Ini
    Menurut mahasiswa Prodi Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB University, Sekar Ayu Hawatama Ramadhani, prodi ini membukanya banyak wawasan. Banyak hal di kehidupan sekitar yang erat kaitannya dengan keilmuan di Prodi Nutrisi dan Teknologi Pakan.

    “Contohnya kualitas makanan/pangan dari hewani yang selama ini kita konsumsi itu tergantung dari pakan yang diberikan sebelumnya kepada ternak. Di Prodi Nutrisi dan Teknologi Pakan, kita akan belajar cara meracik formula yang tepat untuk menghasilkan pangan yang berkualitas,” kata Sekar, mahasiswi IPB University semester 8 ini.

    Berkuliah di Prodi Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB University juga akan mendapat banyak ilmu dari berbagai aspek seperti nutrisi pakan, nutrisi ternak, kesehatan ternak, manajemen ternak, dan produk hasil ternak.

    “Selama kita masih mengonsumsi pangan hewani, maka selama itu pula program studi ini sangat dibutuhkan,” ungkapnya.

    5. Ada Program Fast Track, S1-S2 Hanya 5 Tahun
    Mahasiswa Prodi Nutrisi dan Teknologi Pakan bisa lulus dari IPB University dengan dua gelar sekaligus, yakni gelar sarjana dan magister. Hal ini karena prodi ini memiliki Program Sinergi S1-S2 (fast track) dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Mahasiswa program ini ditargetkan lulus S1 hingga S2 IPB University dalam waktu lima tahun.

    6. Lulusan Unggul dan Luasnya Lapangan Pekerjaan
    Prodi Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB University mengarahkan lulusan menjadi ahli dalam bidang ilmu nutrisi dan makanan ternak yang mampu mengidentifikasi bahan-bahan pakan berkualitas tinggi dan memproduksinya dengan baik.

    “Lulusan juga akan diarahkan untuk menjadi ahli dalam menghitung kebutuhan nutrisi serta memformulasikan ransum yang tepat dengan kebutuhan ternak,” kata Ketua Departemen INTP IPB University, Dr Heri Ahmad Sukria. (ipb.ac.id)

  • Ini Cara Tarik Minat Siswa Sumatera Barat Kuliah di Fapet IPB University

    “Kami ingin menginspirasi dan memotivasi siswa-siswa SMA/K yang hadir untuk melanjutkan studi di Fapet IPB University sehingga menjadi sumber daya manusia yang madani. Sebelum menjadi politisi, saya sering berkiprah dan berbisnis di bidang peternakan. Selain itu, sebagai Ketua Umum Hanter periode 2018-2022, saya berharap banyak siswa-siswi SMA di Sumatera Barat yang melanjutkan studi ke Fapet IPB University,” ujar Alumnus Fapet IPB University ini.  

    Menurutnya, kehadiran sarjana peternakan itu penting, untuk menjawab tantangan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia yang masih rendah. Padahal dengan jumlah penduduk Indonesia, potensi bisnis peternakan sangat besar dan dapat membuka lapangan pekerjaan. Peluang bisnis yang besar di bidang peternakan tidak hanya terbatas pada daging sapi, namun juga ruminansia lainnya dan protein hewani alternatif. Untuk memahami cara bisnis tersebut berjalan tentunya harus memiliki pengetahuan dasar yang diperoleh dari pendidikan terutama jurusan peternakan.

    Dr Idat Galih Permana, Dekan Fapet IPB University mengatakan bahwa selain menjadi perguruan tinggi terbaik menurut Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) pada tahun 2020 lalu, IPB University juga memiliki Fakultas Peternakan yang unggul.

    “Belajar ilmu peternakan itu menjanjikan. Potensi dan tren bisnis peternakan meningkat dan akan terus berkembang. Fakultas Peternakan IPB University memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dan modern. Kualitas pendidikannya bahkan telah terakreditasi “A” bertaraf internasional oleh AUN-QA (ASEAN University Network-Quality Assurance). Artinya, program studinya setara dengan universitas lain di ASEAN. Tahun ini kami sedang mengajukan untuk mendapatkan akreditasi International ASIIN (Accreditation Agency For Degree Programs In Engineering, Informatics/Computer Science, The Natural Sciences And Mathematics),” ujarnya.

    Mahasiswanya pun berkesempatan untuk mendapatkan credit earning, magang, seminar internasional, dan pengembangan softskill. Permintaan sarjana peternakan dalam dunia kerja dan industri dan pun semakin meningkat, tambahnya.

    Ciri lulusan yang dibangun Fapet IPB University adalah memiliki skill 4C. Yakni complex problem solving, critical thinking, creative communication dan collaboration network. Begitu pula dengan diterapkannya kurikulum K2020. Goal pendidikan IPB 4.0 untuk mencetak lulusan yang tangkas juga semakin terwujud. Dengan demikian, kompetensi sarjana peternakan menjadi semakin unggul.

    “Seorang sarjana peternakan memiliki kemampuan dasar dalam prinsip-prinsip pengelolaan peternakan. Mulai dari budidaya, genetika, pemuliaan dan bagaimana me-manage produksi ternak termasuk ke dalamnya memanfaatkan teknologi dan mengembangkan diri,” jelasnya.

    Jalur masuk yang tersedia bagi siswa SMA pun banyak di antaranya SBMPTN, SNMPTN, Ujian Tulis Mandiri Berbasis Komputer (UTMBK), Prestasi Internasional dan Nasional (PIN) dan Beasiswa Utusan Dearah (BUD). Sumber daya tenaga pendidiknya pun sangat berkualitas dan kompeten. Bahkan salah satu dosennya menjadi dosen berprestasi tingkat nasional, sehingga kualitas dosen dan tenaga pendidik di Fapet IPB University tidak perlu diragukan lagi.

    Ir Sunaedi Sunanto, SPt, MBA, IPU, alumnus Fapet IPB University yang kini menjabat Presiden Direktur PT Nutricell Pacific juga berbagi inspirasi dan pengalaman mengenai bisnis pakan ternak yang dijalaninya. Menurut Ketua Hanter DPD Jakarta Raya ini, sarjana peternakan memiliki potensi yang besar terutama sebagai entrepreneur. “Banyak lulusan dari Fakultas Peternakan IPB University yang menjadi pengusaha hebat dan bahkan menjadi direktur di perusahaan nasional maupun internasional,” tuturnya (ipb.ac.id)

  • Ini Kata Dr Afton Atabany Soal Budidaya Kambing Peranakan Etawah

    Dr Afton Atabany, Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan (IPTP-Fapet) berbagi tips terkait kepakarannya dalam budidaya kambing perah khususnya kambing peranakan Etawah.

    Indonesia mempunyai kambing lokal yaitu kambing kacang. Kambing jenis ini sedikit memproduksi susu dan lebih diutamakan untuk ternak penghasil daging. Bangsa-bangsa kambing tersebut yang berasal dari Eropa dan India sudah banyak dipelihara di Indonesia dan memproduksi susu. Akan tetapi perkembangannya kurang bagus karena iklim di Indonesia adalah beriklim tropis dengan suhu lingkungan panas dan lembab. 

    “Kambing kacang dikawin tatar (up grade) dengan kambing Etawah dari India menjadi kambing peranakan Etawah (Etawah Grade) yang bertujuan untuk menghasilkan susu. Kambing peranakan Etawah telah banyak dipelihara oleh peternak karena kambing jenis ini lebih mudah beradaptasi dan produksi susu yang dihasilkan lebih menguntungkan. Kambing oeranakan Etawah tergolong kambing dwiguna karena mampu memproduksi susu dan daging yang baik,” tutur Dr Afton.

    Budidaya kambing perah terdiri atas pembibitan, pembiakan, pembesaran dan penggemukan. Budidaya ternak kambing perah akan memproduksi susu dan anak. Ternak untuk memproduksi susu adalah ternak betina dan akan memproduksi susu setelah induk ternak beranak. Produk susu menjadi pendapatan harian dan anak kambing menjadi pendapatan tahunan. Pada budidaya kambing perah ternak yang paling banyak dipelihara adalah ternak betina.

    Untuk itu, menurut Dr Afton, dalam beternak kambing perah, sebaiknya memilih program ternak pembibitan. Karena selain produksi susunya tinggi, juga akan menghasilkan anak ternak betina dan jantan untuk peningkatan populasi ternak kambing perah berkualitas tinggi.
    Pemeliharaan kambing Peranakan Etawah harus secara intensif, yaitu dengan memelihara ternak di dalam kandang dan rutin memberi pakan. Peternakan kambing perah secara intensif berguna untuk meningkatkan produksi, karena ternak lebih mudah dikendalikan secara manajemen. Peternakan kambing peranakan Etawah sebagian besar dilakukan di Pulau Jawa, hanya sebagian kecil dilakukan di luar pulau Jawa. Salah satu alasan utamanya adalah karena potensi pasar yang tinggi serta kemudahan dalam penjualan susu kambing serta penjualan bakalan kambing.

    “Beberapa keunggulan berbudidaya kambing perah jika menggunakan kambing peranakan Etawah bila dibandingkan dengan ternak kambing perah lainnya adalah kambing peranakan Etawah lebih adaptif dengan kondisi iklim di Indonesia yang beriklim tropis,” ujarnya.

    Keunggulan lainnya adalah Kambing peranakan Etawah bersifat dwiguna yaitu mampu memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan juga sebagai kambing penghasil daging. Kambing ini juga mempunyai angka kelahiran yang tinggi dan mampu mempunyai anak kembar. Terdapat sekitar 10 persen yang mempunyai anak kembar empat. Selain itu, produksi susunya secara rata-rata adalah 0.99 kilogram per ekor per hari dengan masa laktasi 180 hari (6 bulan). 

    “Kambing oeranakan Etawah mampu mempunyai tinggi pundak 70 sentimeter pada betina dan tinggi pundak 90 sentimeter, sehingga terlihat tinggi. Bobot badannya dapat mencapai 70 kilogram pada ternak betina dan dapat mencapai 120 kilogram pada ternak jantan. Berat tersebut tergolong tinggi, sehingga mempunyai harga jual yang tinggi terutama saat hari raya Iedul Adha. Pemberian pakannya pun tidak sulit karena kambing jenis ini mampu mengkonsumsi pakan hijauan dan macam hijauan yang dikonsumsi lebih banyak jenisnya,” tuturnya.

    Namun menurut Dr Afton, ada beberapa kesalahan umum dilakukan oleh peternak kambing peranakan Etawah antara lain adalah pemilihan bibit untuk dipelihara tidak dilakukan menggunakan pencatatan (recording) tentang silsilah keturunan. Pemilihan lebih banyak menggunakan ciri-ciri dari postur tubuh luar dan tidak menggunakan pengukuran tubuh. Pencatatan oleh peternak sangat jarang dilakukan terutama pencatatan yang berkaitan dengan reproduksi dan produksi susu. Padahal recording ini sangat berguna terutama untuk meningkatkan produktivitas ternak serta untuk memperbaiki managemen pemeliharaan.

    “Melihat keunggulan Kambing peranakan Etawah ini, saya berharap kambing ini bisa menjadi kambing perah lokal asli Indonesia dan menjadi galur tersendiri yang ditetapkan oleh pemerintah dan dapat didaftarkan pada Badan Internasional sebagai kambing perah asli Indonesia dan sebagai hak kekayan asli Indonesia. Selain itu, diharapkan kambing peranakan Etawah dijadikan sebagai sumber bibit ternak kambing perah dan dapat diekspor untuk dikembangkan di negara lain, dengan aturan ekspor yang sudah ditentukan oleh pemerintah,” pungkasnya (ipb.ac.id)

  • Inovasi Kerjasama Peternakan IPB di Kabupaten Bojonegoro

    Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB) berbagi peran dalam implementasi penelitian aksi Agromaritim 4.0 IPB tahun 2019 di Kabupaten Bojonegoro. Dr Aji Hermawan (Kepala LPPM IPB), Prof. Dr. Agik Suprayogi (Wakil Kepala LPPM IPB Bidang Penelitian), Prof Dr. Muladno (Ketua Unit Sekolah Peternakan Rakyat/SPR LPPM IPB), Dr. Asep Gunawan (Koordinator Tim Peneliti IPB) melakukan silaturahmi dan sekaligus mengantarkan peneliti IPB kepada pemerintah Kabupaten Bojonegoro yang diterima langsung Bupati, Dr. Hj. Anna Muawanah. 

    “Penelitian aksi Agromaritim 4.0 IPB pada tahun 2019 dilaksanakan di Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) Mega Jaya, Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini diharapkan dapat  meningkatkan kemampuan sistem usaha peternakan di SPR Mega Jaya di era industri 4.0,” ujar Dr. Aji Hermawan. Dalam kesempatan yang sama, Prof. Agik menyampaikan konsep IPB dalam membangun SPR di Kabupaten Bojonegoro juga sekaligus  mengurai tentang prinsip kerjasama empat-serangkai “Quadriple-Helix” atau (ABGC) yang lebih mengedepankan pada prinsip berbagi peran dan tanggungjawab. Capaian keluaran dari penelitian aksi ini adalah terbangunnya SPR Mega Jaya menuju peternakan unggul dan modern dalam 3-4 tahun ke depan.  “Hal ini dicirikan dengan hadirnya berbagai teknologi inovasi diantaranya e-ID ternak, sistem manajemen peternakan berbasis digital, kecukupan pasokan air dan pakan ternak, dan model lanskap ekowisata pendidikan,” ujarnya.

    Pemilihan SPR Mega Jaya dipilih sebagai lokasi penelitian aksi Agromaritim IPB karena sudah lulus sekolah sesuai standar pembinaan dari LPPM IPB. Kesiapan ini disampaikan Prof. Muladno selaku Ketua Unit SPR LPPM IPB, “SPR Mega Jaya di Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro telah mendapatkan Piagam “Karya Satwasentosa” dari IPB pada tahun 2017 yang berarti SPR ini telah lulus sekolah sesuai standar pembinaan dari LPPM IPB, dan kelulusan SPR ini merupakan modal untuk terus berkembang menuju peternakan unggul dan modern berbasis Agromaritim 4.0-IPB,” jelas Prof. Muladno.

    Bupati Bojonegoro, Dr. Hj. Anna Muawanah menyambut dengan baik rencana penelitian aksi di SPR Bojonegoro dan mengucapkan terima kasih pada IPB yang telah proaktif sejak 2014 sampai sekarang memperhatikan peternak di wilayahnya. “Kami memahami peran IPB sangat besar dalam pengembangan SPR melalui kegiatan penelitian aksi yang akan dilaksanakan, mengingat hal ini memang sudah menjadi program Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bojonegoro, namun belum sempat terlaksana mengingat sumberdaya manusia kami belum siap menghadapi era industri 4.0, dan kami bersyukur bahwa IPB proaktif membantu kami,” lanjutnya. Bupati menyampaikan bahwa Pemda akan mengambil peran dalam upaya pengembangan peternakan unggul dan modern yang digagas oleh LPPM IPB.

  • Inovasi Mahasiswa IPB University, Pelepah Sawit untuk Pakan Ternak di Musim Kemarau

    Indonesia memiliki dua musim yakni musim penghujan dan kemarau. Kedua musim ini cukup memberikan dampak bagi sejumlah sektor pekerjaan. Salah satunya sektor peternakan. Pada musim kemarau, sebagian besar peternak di Indonesia sering mengalami permasalahan terkait pemberian pakan bagi hewan ternaknya. Daerah yang mengalami permasalahan tersebut merupakan daerah yang mengalami kekeringan dan tidak memiliki tanah yang subur di sekitarnya. Guna mengatasi permasalahan tersebut, mahasiswa IPB  University menggagas solusi untuk pakan ternak.

    Mahasiswa IPB University yang terdiri dari: Ananda Putri, Enita Indah, Ika Jenri, dan Farisky Adi Nugroho membuat sebuah produk dari pelepah sawit sebagai pakan ternak. Produk pakan ini berupa olahan pelepah sawit dicampur dengan tumbuhan indigofera yang dibentuk menjadi pellet. Pakan olahan ini merupakan  Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) dengan judul “Pellet Sandiago (Pellet Pelepah Sawit dan Indigofera sp): Solusi Pakan Spesial pada Musim Kemarau” di bawah bimbingan dosen IPB, Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc.

    “Di Indonesia masih mengalami banyak kekeringan saat musim kemarau, sehingga para peternak tidak bisa mencari rumput hijau saat musim. Maka dari itu, muncullah ide untuk membuat pakan ini dari pelepah sawit karena Indonesia memiliki banyak pohon kelapa sawit yang belum diolah dengan baik,” tutur Ananda selaku Ketua Tim Pellet Sandiago ini.

    Guna memperkaya nutrisi dari pelepah sawit, ditambahkan tumbuhan indigofera yang memiliki kandungan protein tinggi. Proses pembuatan yang dilakukan pun dimulai dengan mencacah pelepah sawit dan indigofera, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari dalam jangka waktu sekitar satu minggu untuk selanjutnya digiling menggunakan mesin. Usai digiling, pelepah sawit dan indigofera dicampurkan dengan bahan perekat dan tahap terakhir yang dilakukan adalah proses pelleting.

    “Sejauh ini, sasaran dari produk kami yakni peternak kecil maupun industri besar. Lalu, sistem penjualan kami lakukan dengan cara penjualan langsung kepada para peternak dengan harga Rp 3.000,- per kilogram,” tambah Ananda.

    Bahan utama dari produk ini yakni pelepah sawit yang digunakan karena ketersediaannya sepanjang tahun dan produksinya cukup melimpah di Indonesia. Selain itu, pelepah sawit memiliki kandungan sumber energi yang tinggi bagi hewan ternak. Dengan begitu, produk Pellet Sandiago diharapkan dapat membantu para peternak yang kesulitan mencari pakan saat musim kemarau tiba. “Selain itu, produk ini diharapkan mampu menjadi inovasi dan pakan baru di bidang peternakan untuk memenuhi kebutuhan hewan ternak,” tutup Ananda (ipb.ac.id)

  • Inovasi Pakan Indigofera Raih Penghargaan Gubernur Jabar

    Pakan adalah makanan yang diberikan untuk ternak. Zat terpenting dalam pakan adalah protein. Saat ini bahan pembuatan pakan sebagian besar berasal dari bungkil kedelai yang diperoleh  dari impor. Salah satu dosen Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Luki Abdullah mengembangkan pakan hijauan (green concentrate) berbahan utama berupa daun tanaman indigofera (polong-polongan) sebagai substitusi bungkil kedelai.

    Pakan indigofera mengandung protein tinggi, mampu meningkatkan target produksi ternak, mengurangi biaya produksi dan dapat diberikan pada hampir semua hewan ternak seperti : sapi, kambing, domba, unggas, kelinci serta ikan.

    Prof. Luki  mengungkapkan pemilihan tanaman indigofera sebagai substitusi pakan berbahan bungkil kedelai melalui tahap penelitian panjang untuk mencari bahan yang tepat. Awalnya banyak sekali kemungkinan dari tanaman lain, lalu terpilihlah tanaman indigofera yang  mengandung sekitar 60 persen dari asam amino bungkil kedelai. Selain itu, tanaman indigofera dipilih karena mudah diperoleh, mudah berbiji, mudah menghasilkan benih, mudah dikembangkan dan tersedia di Indonesia, sehingga dapat mengurangi impor.

  • Internalisasi Program Kedaireka: Optimalisasi Produksi Pakan Bersuplemen Omega-3 Menghasilkan Pangan Fungsional

    Tim Program Matching Fund Kedaireka Fakultas Peternakan (Fapet)IPB University yang diketuai oleh Prof Iman Rahayu Hidayati Soesanto menggelar Internalisasi Program Kedaireka Tahun 2022 berjudul ‘Optimalisasi Produksi Pakan Bersuplemen Omega-3 Menghasilkan Pangan Fungsional’. Acara berlangsung di Auditorium Jannes Humuntal Hutasoit (JHH), Fapet IPB University (2/11).

    Wakil Rektor IPB University bidang Inovasi dan Bisnis, Prof Erika Budiarti Laconi dalam sambutannya menyampaikan, Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST) terus berupaya sebaik mungkin memfasilitasi kerjasama antara inventor dengan industri. Hal itu agar hasil inovasi atau karya para inventor bisa dikenang dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

    “Kerjasama antara para inventor IPB dengan dunia usaha (Industri) yang mendapatkan pendanaan Matching Fund Kedaireka harus bisa dirasakan manfaatnya, termasuk telur Omega-3 yang menjadi pangan fungsional dan sumber protein hewani terbaik sekaligus termurah untuk menyehatkan dan mencerdaskan masyarakat," ujarnya.

    Prof Iman Rahayu selaku Ketua Tim Kedaireka mengatakan, Program Optimalisasi Produksi Pakan Bersuplemen Omega-3 didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan mengajak dunia usaha/industri untuk ikut bekerja sama.

    “Program dimulai sejak akhir bulan Juli hingga bulan Desember mendatang, diantara kegiatan yang dilakukan adalah produksi pakan ayam petelur (layer), produksi suplemen omega-3, produksi pakan bersuplemen omega-3, promosi dalam berbagai event diantaranya indolivestock di bulan Juli dan poultry Fashion Week di bulan Oktober,” ungkapnya di hadapan 100 peserta yang hadir.

    Ia menambahkan, pada event ILDEX mendatang (9-11 November), tim Kedaireka akan melakukan soft launching produk pakan bersuplemen omega-3. Selain itu, juga dilakukan kegiatan edukasi berupa webinar, workshop dan internalisasi. Kegiatan Mereka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang melibatkan 11 mahasiswa, 5 dosen pembimbing, 1 praktisi pembimbing dan 4 teknisi pendamping juga menjadi bagian dari program Kedaireka ini.

    Praktisi industri pakan, Indra Perkasa Siregar (Manager Indofeed) yang hadir sebagai narasumber mengungkapkan, krisis pangan saat ini mulai sering dirasakan. Padahal, produk-produk pangan, terutama yang berasal dari ternak sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat.

    “Saat ini masyarakat sudah lebih peduli terhadap pangan yang sehat, pangan fungsional yang tidak hanya mengenyangkan tapi juga menyehatkan. Telur omega-3 menjadi salah satu pangan fungsional yang mudah didapatkan. Selain itu, juga ada domba premium yang diberi pakan berupa pelet. Domba tersebut tidak berisik dan kandangnya pun tidak berbau,” terangnya. 

    Indra juga memberikan motivasi pada para mahasiswa untuk berani mengambil langkah menjadi pengusaha. Ia menekankan, dunia usaha terbuka lebar untuk para sarjana peternakan yang berani mengambil peluang.   “Jadilah yang pertama, jadilah yang membawa inovasi baru. Siapkan pondasi yang mantap dan kuat karena pesaing pasti akan selalu ada dan bermunculan,” pungkas Indra. (ipb.ac.id)

  • IPB dan PT Holcim Gelar Panen Perdana Rumput Gajah (Odot) dan Indigofera

    Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (P2SDM) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerja sama dengan PT. Holcim Indonesia Tbk mengadakan panen perdana kebun pembibitan hijauan pakan ternak, yaitu panen rumput gajah mini (odot) dan indigofera (18/1) di lahan bekas tambang Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal Bogor.

    Sekretaris P2SDM LPPM IPB, Warcito, SP, MM mengatakan bahwa program bertajuk stasiun lapang agrokreatif pembibitan pakan hijauan ternak ini dirintis sejak tahun 2016. Program pendampingan yang dilakukan adalah mendampingi petani pengguna lahan PT. Holcim untuk menanam rumput gajah (odot) dan indigofera, sehingga para peternak sapi dan domba dapat dengan mudah mengambil untuk ternak peliharaannya. Selain itu, IPB juga mengembangkan skala usaha  pembangunan stasiun lapang agrokreatif untuk penggemukan ternak domba di wilayah kerja PT. Holcim Tbk.

    Manajer PT. Holcim Indonesia TbkEdi Prayitno menyampaikan program pembibitan rumput gajah mini (odot) dan indigofera merupakan upaya PT. Holcim Tbk dalam membantu menyediakan pakan ternak bagi peternak di sekitar wilayah kerja PT. Holcim Tbk. “Harapannya peternak dapat dengan mudah mencari dan mendapatkan makanan ternak atau  pakan untuk penggemukan ternaknya,” ujarnya.

  • IPB dan PT. Antam Canangkan Pengembangan Hijauan Pakan Ternak

    Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (Dit. KSKP) Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan Divisi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Antam (Persero) Tbk mencanangkan pengembangan hijauan pakan ternak, Selasa (5/1). Pencanangan yang mengambil tempat di Kebun Bukit Arroyan, Desa Antajaya, Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Bogor ini  diadakan dalam rangka menyongsong swasembada daging dan penguatan potensi ekonomi lokal.
     
    Direktur KSKP IPB Dr. Dodik Ridho Nurrochmat, mengatakan, untuk mendukung program nasional dan menyongsong swasembada daging, IPB mebuat model-model pemanfaatan lahan non-produktif melalui penanaman hijauan pakan ternak skala kecil. Kegiatan ini dilakukan di tiga titik desa yang berada dalam wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi, diantaranya adalah Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya; Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari dan Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug.
     
    “Model ini akan dikembangkan dalam skala 50 hektar yang akan diimplementasikan secara bertahap. Dalam model pengembangan ini, IPB akan mendampingi petani dalam mengembangkan hijauan pakan ternak bekerjasama dengan PT. Antam yang akan memfasilitasi akses petani terhadap permodalan melalui penyaluran dana bergulir kepada petani,” ujar Dr. Dodik.
  • IPB Dirikan Sekolah Peternakan di Bojonegoro

    Bojonegoro (Antara Jatim) - Institut Pertanian Bogor (IPB) mendirikan sekolah peternakan rakyat (SPR) di Kecamatan Kasiman, Kedungadem dan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, sebagai usaha membuat pembibitan sapi dengan memanfaatkan induk lokal.

    "IPB tidak akan mendatangkan induk sapi dari luar negeri, tetapi tetap memanfaatkan induk sapi lokal dalam melaksanakan pendidikan di tiga SPR," kata Guru Besar IPB, Prof Mulatno, dalam deklarasi pendirian tiga SPS di Bojonegoro, Rabu.

    Sesuai persyaratan, katanya, jumlah sapi induk di masing-masing SPR 1.000 ekor, yang dikelola 5.000 peternak, dengan masa pendidikan selama tiga tahun.

    "Sifat pendidikan tidak menggurui, sebab peternak sudah berpengalaman, sedangkan ahli peternakan IPB hanya berdasarkan teori," jelasnya.
  • IPB Kembangkan Budidaya Telur Semut Rangrang

    Bogor - Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan budidaya telur semut rangrang (kroto) bernilai tinggi. Petani bisa mendapat laba bersih hingga 50 persen dengan harga jual berkisar dari Rp 30.000 - Rp 50.000.


    Mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB Abdul Rachman menerangkan, bahan yang digunakan yaitu bibit semut rangrang penghasil kroto sebanyak 10 koloni (5 kilogram). Adapun dua jenis pakan yang dipakai adalah cacing tanah dan tulang sapi serta air gula. Ketiganya diberikan secara rutin sebagai sumber energi semut rangrang.

    "Setelah 100 hari, kita dapat memanen setiap hari sekitar 3 kilogram kroto dan bisa dijual Rp 30.000 per kilo. Dan, budidaya semut rangrang tersebut relatif mudah serta tidak menyita waktu banyak," kata Abdul di Bogor, Rabu (13/8).

    Kroto adalah nama yang diberikan orang Jawa untuk campuran larva dan pupa semut penganyam Asia (terutama Oecophylla smaragdina). Campuran ini terkenal di kalangan pencinta burung dan nelayan di Indonesia, karena larva semut populer sebagai umpan ikan, dan juga sebagai makanan tambahan untuk meningkatkan ketrampilan burung berkicau.

    Budidaya semut rangrang penghasil kroto masih jarang dilakukan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penelitian dan pengetahuan mengenai pengembangbiakkan semut rangrang.(Sumber:Jakarta Globe)