News

  • IPB Kembangkan Budidaya Telur Semut Rangrang

    Bogor - Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan budidaya telur semut rangrang (kroto) bernilai tinggi. Petani bisa mendapat laba bersih hingga 50 persen dengan harga jual berkisar dari Rp 30.000 - Rp 50.000.


    Mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB Abdul Rachman menerangkan, bahan yang digunakan yaitu bibit semut rangrang penghasil kroto sebanyak 10 koloni (5 kilogram). Adapun dua jenis pakan yang dipakai adalah cacing tanah dan tulang sapi serta air gula. Ketiganya diberikan secara rutin sebagai sumber energi semut rangrang.

    "Setelah 100 hari, kita dapat memanen setiap hari sekitar 3 kilogram kroto dan bisa dijual Rp 30.000 per kilo. Dan, budidaya semut rangrang tersebut relatif mudah serta tidak menyita waktu banyak," kata Abdul di Bogor, Rabu (13/8).

    Kroto adalah nama yang diberikan orang Jawa untuk campuran larva dan pupa semut penganyam Asia (terutama Oecophylla smaragdina). Campuran ini terkenal di kalangan pencinta burung dan nelayan di Indonesia, karena larva semut populer sebagai umpan ikan, dan juga sebagai makanan tambahan untuk meningkatkan ketrampilan burung berkicau.

    Budidaya semut rangrang penghasil kroto masih jarang dilakukan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penelitian dan pengetahuan mengenai pengembangbiakkan semut rangrang.(Sumber:Jakarta Globe)
  • IPB Tawarkan Pengembangan SPR di Kabupaten Sukabumi

    Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2019, kembali meningkatkan kerjasama dengan Kabupaten Sukabumi dalam Pengembangan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR).  "Melalui kegiatan lapang di bidang peternakan, dalam hal ini membuka SPR  merupakan langkah awal dalam memajukan sektor peternakan, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya di daerah Sukabumi," kata Wakil Kepala LPPM IPB Bidang Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Sugeng Heri Suseno  dalam acara diskusi dengan Bupati Sukabumi, H. Marwan Hamami di Pendopo Sukabumi, Jumat (8/3).

    Lebih lanjur Prof. Sugeng mengatakan, LPPM IPB memiliki program pengabdian kepada masyarakat untuk mahasiswa, dosen, dan alumni. Untuk mahasiswa, selain KKN juga ada kegiatan tematik seperti IPB Goes to Field, SUIJI-SLP, KKN-Kebangsaan, dan ASEAN-SLP.  "Sementara untuk dosen dan alumni, selain SPR juga ada program Klinik Pertanian Nusantara, Stasiun Lapang Agro Kreatif (SLAK), Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), IPB Cyber Extension-Tani Center, IPB Peduli Bencana, dan Kemitraan Lingkar Kampus," tutur Prof. Sugeng. Lebih lanjut dikatakannya, SPR yang merupakan program pengabdian dosen dan alumni bertujuan untuk mencerdaskan peternak melalui sekolah rakyat.

    Menanggapi hal tersebut, Bupati Sukabumi, H. Marwan Hamami menyampaikan, di wilayah Kabupaten Sukabumi banyak lahan yang belum termanfaatkan secara efektif. Dengan potensi tersebut, SPR dapat berkembang dengan baik dan membantu para peternak dalam meningkatkan kapasitas usahanya. Marwan akan melakukan penetrasi untuk menggali potensi tersebut melalui Dinas Peternakan.  “Mudah-mudahan  sekolah lapangan seperti Sekolah Peternakan Rakyat bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat, khususnya peternak dengan potensi yang ada di Kabupaten Sukabumi,” ujar Marwan.

    Marwan menambahkan, pemerintah daerah telah berupaya mendorong terwujudnya beberapa program peternakan di lahan perkebunan yang tidak terpakai. Salah satunya dengan mendirikan agrowisata yang di dalamnya terdapat peternakan sapi perah. Harapannya, dengan adanya kerja sama pengelolaan Sekolah Peternakan Rakyat dengan IPB dapat menjadi langkah awal dalam memajukan sektor peternakan. Melalui SPR diharapkan ke depan Kabupaten Sukabumi bisa menjadi sentra peternakan untuk sapi potong. Turut hadir dalam acara tersebut Ketua SPR LPPM IPB, Prof. Muladno (ipb.ac.id)

  • IPB University Berikan Pelatihan Peningkatan Produksi Ternak dengan Inovasi Wafer Pakan untuk Peternak Se-Indonesia

    Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengadakan pelatihan peningkatan capability stakeholder dalam bidang industri pakan dan peternakan secara hibrid di Ruang Sidang Departemen INTP, Sabtu (15/10). Kegiatan yang mengambil tema “Meningkatkan Produksi Ternak dengan Inovasi Wafer Pakan” ini ditujukan bagi mitra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) IPB University, khususnya peternak se-Indonesia.

    Dalam pelatihan yang digelar Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) ini, Dr Idat Galih Permana, Dekan Fapet IPB University mengatakan pelatihan ini dalam rangka sosialisasi dan memperluas dampak positif atas inovasi para peneliti di Divisi Industri Pakan, INTP.

    “Tentu kegiatan ini tidak hanya berhenti sampai dengan produksi. Kita juga harus terus memperluas dan mensosialisasikan hasil inovasi ini kepada masyarakat guna mengatasi permasalahan penyediaan pakan yang berkualitas, baik hijauan maupun konsentrat,” ujar Dr Idat dalam sambutannya.

    Dalam pelatihan ini, hadir Prof Yuli Retnani, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan yang menggembangkan inovasi wafer pakan berbasis limbah pangan dari pasar. Ia menjelaskan bahwa inovasi ini dilatarbelakangi oleh ketersediaan pakan bersih berkualitas yang kurang memadai di daerah rawan pakan. Inovasi yang telah dikembangkan sejak 2009 ini dinilai mudah diolah, mudah didapat sepanjang musim, harga bersaing dan mampu mengurangi masalah lingkungan.

    “Kini produksi wafer pakan menggandeng PT Warbis sebagai solusi hilirisasi yang ditawarkan dengan izin edar terstandar. Solusi ini ditawarkan kepada para peternak, koperasi, asosiasi sebagai peternak binaan IPB University,” jelasnya.

    Prof Luki Abdullah, Guru Besar Fapet IPB University turut menjelaskan terkait sistem pengendalian yang terpadu pada produksi ternak melalui manajemen nutrisi dan pakan. Ia menilai perlu mengimplementasikan sistem ini karena salah satu komponen penting dalam sistem produksi ternak adalah pakan.

    “Sistem ini adalah pengendalian yang terintegrasi, mulai dari perencanaan produksi, manajemen nutrisi dan pakan, hingga pengawasan produk ternak, karena ketiganya saling berhubungan,” ujar Prof Luki.

    Ir Budi Hariyanto dari PT Lembu Jantan Perkasa menjelaskan bahwa pakan berkualitas berperan penting untuk meningkatkan produksi ternak. Pakan berkualitas dapat menghasilkan pertambahan berat badan yang baik, terutama pada anakan.  “Permodalan untuk pakan ternak sendiri dapat memakan biaya hingga 80 persen, sehingga inovasi wafer pakan dapat memangkas biaya ini,” ujarnya.

    Dr Heri Ahmad, Dosen IPB University dari Fakultas Peternakan menambahkan, pakan yang berkualitas juga memegang peranan dalam logistik ternak. Konsumsi pakan ternak selama perjalanan perlu diperhitungkan jumlah dan kualitasnya agar dapat memenuhi kebutuhan ternak.  “Pakan ini perlu melalui proses pengendalian dan jaminan mutu dalam rantai pasok pakan,” terangnya.

    Dalam mempromosikan inovasi ini, strategi digital marketing memegang peranan esensial. R Agung Nugraha, Founder Warbis mengatakan strategi ini akan memberikan dampak yang baik untuk kemajuan usaha promosi dari produksi pakan ternak.  “Jika sistem ini dijalankan dengan baik maka dapat meningkatkan pangsa pasar di kalangan peternak hingga memperbaiki rantai suplai,” katanya (ipb.ac.id)

  • IPB University dan Belanda Bentuk Animal Logistics Indonesia Netherland (ALIN) Pertama di Indonesia

    Fakultas Peternakan IPB University dengan Konsorsium  Belanda yaitu Nuffic, MSM : Maastricht School of Management, Wageningen dan Aeres groep ini membentuk proyek yang diberi nama Alin (Animal Logistics Indonesia Netherlands).  Kerjasama tersebut diumumkan dalam National Animal Logistics Seminar dengan tema ‘Optimizing the Use of Camara Ships to Improve Efficiency of Livestock Transportation Systems’ di Swiss-Bell Hotel, Bogor,  Kamis (4/7). Seminar ini digelar Fakultas Peternakan IPB bekerjasama dengan Konsorsium  Belanda (Nuffic, MSM : Maastricht School of Management, Wageningen University dan Aeres groep) melalui platformnya yaitu Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI).

    Rektor IPB University, Dr. Arif Satria dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap kerjasama ini. Rektor  IPB University mengungkapkan kolaborasi merupakan salah satu upaya untuk merespon situasi terkini terkait perkembangan teknologi industri 4.0. “IPB University mendorong Riset dan Inovasi IPB  University 4.0 yang dicirikan dengan agromaritim presisi tinggi melalui penggunaan teknologi drone, robotika, kecerdasan buatan di hulu sektor pertanian dan kelautan,  agroindustri untuk masa depan, sistem agrologistik digital, dan sistem e-commerce cerdas yang diyakini mampu beradaptasi di era 4.0,” kata Dr. Arif.

    Direktur Netherlands Consortium, Mr. Meinhard Gans  sangat merespon positif apa yang disampaikan Rektor IPB University. Ia menekankan bahwa  kegiatan yang dilakukan ini untuk kemajuan logistik peternakan Indonesia ke depan.

    Direktur proyek ALIN yang merupakan Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof. Luki Abdullah menyampaikan bahwa proyek ALIN digagas atas kerjasama pemerintah Indonesia dan Belanda melalui Kementerian Pertanian dengan Kedutaan Besar Belanda. Pada saat itu  Indonesia dianggap mempunyai masalah mengenai logistik. Masalah tersebut antara lain masih kurangnya fasilitas dan prasarana serta penanganan hewan ternak yang buruk. Ini berdampak pada: (1) biaya logistik dan transportasi yang tinggi, (2) penurunan berat badan yang lebih tinggi, (3) kinerja ternak, (4) kesejahteraan hewan. Faktor ini menyebabkan harga produk yang lebih tinggi bagi konsumen, tetapi juga harga yang lebih rendah untuk produsen, sehingga mengurangi margin mereka. 

    Upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan rantai pasokan ternak sapi domestik terutama dari wilayah timur Indonesia kepada konsumen. Kapal ternak yang dibangun pertama kali diluncurkan pada bulan Desember 2015 bernama Camara Nusantara 1, dan yang kedua, Camara Nusantara 3, diluncurkan pada 2018. Jumlah total akan ditingkatkan menjadi enam unit. Kapal dibangun oleh pemerintah Indonesia dan dioperasikan oleh PT Pelni, sebuah perusahaan pelayaran besar domestik.

    Kapal dirancang untuk memenuhi prinsip kesejahteraan hewan, sehingga penurunan berat badan selama pengangkutan akan diminimalkan dan kinerja meningkat. Selanjutnya, kapal ternak diharapkan untuk meningkatkan rantai pasokan ternak sapi serta untuk mempersingkat rantai distribusi dari produsen ke akhir konsumen. Namun, ada keraguan mengenai dampak proses transportasi dengan menggunakan kapal Camara Nusantara pada aspek kinerja ternak dan kesejahteraan hewan. (ipb.ac.id)

    Sementara Animal Logistics Indonesia Netherlands (ALIN), proyek  ini pertama di Indonesia terkait logistik peternakan. Terdapat beberapa fokus yang telah dilakukan dalam proyek yaitu bagaimana mengembangkan sumberdaya manusia dalam bidang logistik peternakan.  Program ini dikembangkan melalui kurikulum  logistik peternakan pada program master (S2) Logistik Peternakan. Program kedua yaitu Sarjana Plus berupa pendidikan selama 6 bulan setelah lulus sarjana, mendapat materi logistik peternakan. Keunggulannya dari S1 plus ini akan memperoleh sertifikat  kompetensi yang  sudah ditetapkan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), dan Kementerian Tenaga kerja. “Program S1 Plus dapat diikuti oleh lulusan sarjana bidang apa saja, mereka akan di-training melalui 17 unit kompetensi yang sudah dibakukan oleh BNSP. Selama enam bulan mereka dibina dan dididik untuk mendapatkan sertifikat kompetensi,” ucap Prof Luki.

    Pada kegiatan seminar ini  para peneliti menyampaikan hasil penelitiannya terkait Traceability, Live Animal Transportation Feed Logistics, Animal Products dan Human Resources dengan narasumber  diantaranya adalah jajaran peneliti IPB seperti Prof Kudang Boro Seminar,  Dr.Rudi Afnan,  Dr. Despal, Prof. Irma Isnafia Arief,  Prof. Asnath M Fuah, Dr. Yunus Triyonggo, Dr. Epi Taufik dan Dr. Moh Yamin. Penelitian ini melibatkan dan didukung oleh anggota FLPI baik dari kalangan bisnis, pemerintah, asosiasi serta komunitas.

  • IPB University dan CV Nuansa Baru Kerjasama Hilirisasi Ransum Indigofera

    Ransum Indigofera merupakan hijauan pakan yang berasal dari daun pilihan tanaman indigofera. Ransum ini merupakan teknologi alternatif yang dapat menjadi pengganti bahan hijauan pakan lainnya yang cenderung sulit diperoleh. Teknologi ini telah memiliki patent granted dengan nomor IDP000056252.

    Teknologi produksi biomassa indigofera sendiri telah dikembangkan oleh inventor sejak tahun 2015 bekerja sama dengan masyarakat atau level Usaha Kecil dan Menengah (UKM), namun proses produksi pakan ternaknya belum dilakukan.

    Prof Erika B Laconi, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) selaku Wakil Rektor Bidang Inovasi dan Bisnis IPB University/Kepala LKST IPB University dalam sambutannya menyampaikan kerjasama ini merupakan langkah maju untuk pengembangan inovasi peneliti perguruan tinggi menuju komersialisasi produk.

    “Dalam dua tahun terakhir, LKST telah menghasilkan 19 inovasi yang telah bekerjasama dengan industri dan memiliki kualitas yang baik. Bermitra merupakan kekuatan IPB University dalam melakukan komersialisasi. Dan pada hari ini IPB University telah berhasil kembali bekerja sama dengan mitra dalam bidang peternakan,” tutur Guru Besar di Fakultas Peternakan IPB University ini.

    Terkait kerjasama ini, inovator ransum indigofera IPB University, Prof Luki Abdullah merasa bangga dengan adanya kerjasama antara IPB University dengan CV Nuansa Baru.

    “Hari ini terasa istimewa karena mendapatkan fasilitasi dari LKST IPB University untuk kerjasama dengan mitra. Terima kasih kepada mitra atas kepercayaan yang diberikan. Hasil akhir dari penelitian bukan hanya sekedar output, tetapi outcome,” ujarnya.

    CV Nuansa Baru merupakan perusahaan yang baru berdiri sejak 2013 dan bergerak di bidang penjualan bahan baku seperti sawit serta pakan jadi. “Kerjasama dengan IPB University ini difokuskan untuk meningkatkan pakan sehingga dapat bermanfaat khususnya bagi pelaku ternak. Saat ini kebutuhkan pakan ternak dinilai sangat tinggi dan menjadi peluang yang cukup baik,” ujar Direktur CV Nuansa Baru, Ifan Nur Irfana, SPt (ipb.ac.id)

  • IPB University Jalin Kerjasama Lisensi Inovasi Sorinfer dengan PT Prima Agrostis Nusantara

    IPB University melalui Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST) menjalin kerja sama lisensi inovasi sorinfer dengan PT Prima Agrostis Nusantara. Penandatangan lisensi inovasi dilakukan oleh Wakil Rektor bidang Inovasi dan Bisnis/Kepala LKST IPB University, Prof Erika B Laconi dengan Direktur PT Prima Agrostis Nusantara, Bogor (21/4).
     
    Dalam sambutannya, Prof Erika B Laconi mengatakan bahwa IPB University tidak bisa berkembang banyak tanpa adanya para mitra. Ia menyebut, dosen IPB University akan terus mengembangkan di bidang keilmuannya dan tentunya mitra yang mempunyai peran melihat market di lapangan.
     
    Prof Erika berharap, dengan adanya kerjasama ini dapat terus dikembangkan ide maupun temuan baru. “Perusahaan yang sudah berjalan akan mengembangkan riset berdasarkan market driven sehingga akan timbul sebuah kekayaan intelektual yang terintegrasi,” tambahnya.
     
    Sementara, Prof Luki Abdullah, Dosen Fakultas Peternakan IPB University menjelaskan bahwa teaching factory IPB University yang bekerjasama dengan PT Prima Agrostis Nusantara sudah sah untuk meningkatkan skala usahanya. Ia mengatakan, kemitraan dengan masyarakat di sekitar Jonggol terus berkembang dengan adanya mitra industri dan Corporate Social Responsibility (CSR) yang mensuplai bahan baku.  "Kawasan Jonggol ini sudah termanfaatkan dengan baik dari segi sosial, ekonomi maupun edukasi,” kata Prof Luki.
     
    Adam Mirza, Direktur PT Prima Agrostis Nusantara mengatakan bahwa perusahaannya sudah membina dua stakeholder di kawasan Jonggol. “Stakeholder pertama yaitu petani yang menanam sorgum yang mampu menghasilkan panen sebanyak 50 ton per hektar dalam 65 hari. Stakeholder selanjutnya adalah peternak tentang animonya bahwa dengan menggunakan pakan sorinfer itu beternak menjadi lebih mudah,” kata Adam.
     
    Dr Sri Suharti, Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan, IPB University mengapresiasi gebrakan proses hilirisasi inovasi Sorinfer yang berjalan lancar. Ia berharap, akan tercipta inovasi-inovasi baru dari Fakultas Peternakan IPB University yang bisa diterapkan dan dirasakan langsung oleh masyarakat. 
     
    “Ini akan menjadi satu hal yang luar biasa dan menjadi legasi dan lisensi untuk inovasi Sorinfer ke depannya,” tutupnya (ipb.ac.id)

  • IPB University Launching Program Wakaf Water Station dan 1000 Beasiswa Bagi Mahasiswa

    Ini juga salah satu bentuk ikhtiar IPB University dalam mengembangkan kemandirian keuangan. Dengan berkembangnya dana sosial dan wakaf, diharapkan dapat memiliki sumber-sumber pembiayaan.
     
    Program water station dikembangkan demi memenuhi kebutuhan air minum mahasiswa beserta seluruh warga IPB University. Serta demi mendukung gaya hidup ramah lingkungan karena dapat mengurangi pengeluaran air minum dalam kemasan. Hal ini sejalan dengan IPB University sebagai Green Campus yang telah konsisten dalam menggalakkan program pengurangan sampah plastik selama tiga tahun terakhir.

    Sedangkan program 1000 beasiswa mahasiswa IPB University akan disalurkan pada mahasiswa yang membutuhkan.

    Rektor IPB University diwakili oleh Sekretaris Institut, Dr Aceng Hidayat dalam sambutannya saat secara resmi meluncurkan program tersebut mengatakan, terdapat dua aspek yang terkait dengan program tersebut. Kedua aspek tersebut yakni aspek kebermanfaatan dan kemuliaan. Program beasiswa ditujukan pada sejumlah besar mahasiswa yang terdampak COVID-19. Diharapkan mahasiswa dapat melanjutkan studi tanpa rasa cemas sehingga menjadi sumber daya manusia yang unggul.  Sedangkan program water station dapat membantu IPB University untuk mengurangi sampah plastik terutama dari air kemasan.

    “Program BPIDS ini yakni program 1000 beasiswa dan pemasangan water station di masing-masing fakultas merupakan program yang sangat mulia dan sangat bermanfaat bagi warga IPB University. Saya ingin berterimakasih khususnya pada alumni yang telah berkontribusi,” ungkapnya.    

    Dr Idat Galih Permana, Dekan Fakultas Peternakan IPB University memberikan testimoni. Selaku penerima manfaat atas penyelenggaraan program BPIDS, ia sangat mengapresiasi program tersebut. Menurutnya, fakultas di IPB University memang membutuhkan uluran tangan terkait kesejahteraan mahasiswa. "Terjadi peningkatan jumlah mahasiswa yang perekonomiannya terdampak COVID-19,” ujarnya.  

    Hal senada disampaikan Dr Berry Juliandi, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) IPB University yang mengatakan bahwa ia selalu memiliki visi bahwa warga IPB University harus selalu memberi dan melayani terutama bagi mahasiswa. Ia menyadari betapa besarnya potensi dana yang dihimpun oleh masyarakat terutama yang terkait dengan wakaf dan hal tersebut disambut baik oleh BPIDS. Ia menyebutkan bahwa penggunaan water station tidak akan mengenal fakultas. Sehingga dapat dinikmati oleh seluruh warga IPB University walaupun lokasi peletakannya di Fakultas Peternakan dan FMIPA.

    “Saya sangat mendorong pada seluruh warga IPB University termasuk mahasiswa sebagai yang akan menerima manfaat untuk juga memberi wakaf pada program ini. Bisa jadi kita berpikir bahwa potensi besar hanyalah di dosen, alumni, dan staf penunjang, padahal mahasiswa dapat juga berwakaf untuk menyukseskan program ini walaupun hanya dengan dana yang tidak terlalu besar,” ungkapnya.

    Dengan program tersebut yang didorong adalah semangat kebersamaan dan berbagi. Ia turut mendorong pula program 1000 beasiswa sebagai contoh bagi alumni untuk melakukan mobilisasi horisontal sehingga strata sosialnya lebih baik. Karena bukan hanya berpengaruh pada pemberi manfaat, namun juga lingkungan masyarakat secara umum.

    Pada kegiatan tersebut diadakan pula pernyataan dukungan dari para alumni IPB University yang hadir seperi Ir R Fathan Kamil, Ketua Umum Himpunan Alumni (HA),  Audy Joinaldy, Ketua Umum Himpunan Alumni Peternakan (HANTER) yang juga Wakil Guburner Sumatera Barat, serta Dr Adnan Nursal, Ketua Umum HA  FMIPA. Juga diadakan sekapur sirih dari donatur oleh Anton Sukarna, Direktur Distribusi dan Sales PT Bank Syariah Indonesia (BSI), yang merupakan alumni Fapet IPB University.

    Pada kegiatan ini juga diadakan penggalangan dana wakaf yang dipimpin oleh Iyep Komala, dosen IPB University dari Fakultas Peternakan sekaligus Sekjen HANTEr dan Nelly Oswini, Wakil Ketua Umum DPP HA IPB University.

    “Dana yang terkumpul sampai dengan 6 Mei 2021, dari Bank Syariah Indonesia (BSI) memberikan sponsor satu water station yang akan ditempatkan di Fakultas Peternakan senilai 300 juta rupiah. Dari Direktur Eksekutif Laznas BSM Umat, Suko Riyanto Saputro yang merupakan alumni dari Fakultas Pertanian menyatakan Laznas BSM Umat memberikan beasiswa sebesar 200 juta rupiah,” jelas Iyep.

    Selain itu, pada penggalangan dana wakaf terkumpul dana untuk Fakultas Peternakan sebesar Rp 40.401.121, untuk FMIPA sebesar Rp 32.000.000 (untuk water station) dan Rp 2.300.000 untuk beasiswa.

    “Terkumpul juga dari para alumni yaitu dari Angkatan 32 Juara,  alumni Fapet angkatan 25,  Aninsya Farm dan alumni INMT 32.  Arga Citra 23 berkomitmen akan memberikan sponsor satu water station. Komitmen lainnya yaitu Himpunan Alumni Statistik akan menggalang wakaf untuk FMIPA dan Zoom Komputer akan support untuk program wakaf water station dan 1000 beasiswa. Penggalangan dana wakaf akan terus kami lanjutkan,” terangnya.

    Para alumni IPB University sangat mengapresiasi program tersebut dan berharap agar dapat berjalan dengan sukses ke depannya

  • IPB University Launching Sorinfer dan Herbal Mineral Blok (HMB), Inovasi Peneliti Nutrisi dan Pakan Ternak dari Fakultas Peternakan IPB untuk pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

    Bertempat di Gedung Rektorat Andi Hakim Nasution, Rektor IPB University, Prof Arif Satria me-launching SORINFER dan Herbal Mineral Blok (HMB) yang merupakan produk hasil inovasi peneliti dari Fakultas Peternakan IPB yang dapat membantu untuk meningkatkan produksi dan imunitas ternak dan mencegah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hari Rabu 29 Juni 2022.

    Sorinfer merupakan formulasi pakan komplit berbahan sorgum dan indigofera dengan tim peneliti diketuai oleh Prof Luki Abdullah dan anggota tim yang terdiri dari Prof Panca Dewi Manu Hara Karti, Prof Rudy Priyanto, Dr Adi Hadianto. Ketua Tim Peneliti, Prof Luki Abdullah mengatakan bahwa inovasi ini diharapkan bisa menjadi penentu keberlanjutan usaha peternakan.  Pasalnya, industri pakan komplit untuk ternak ruminansia di Indonesia masih belum berkembang karena terlalu kompleks dalam penyediaan bahan pakan sumber serat.  “Umumnya hijauan pakan diproduksi secara tradisional dan dalam skala kecil oleh peternak bukan produsen khusus, “ ungkapnya.

    Dengan kondisi seperti ini, sebutnya, beternak menjadi lebih sulit dan tidak efisien, padahal di sisi lain minat beternak masyarakat terutama generasi milenial semakin tinggi, karena keuntungan yang menjanjikan dari bisnis ini. “Perusahaan peternak yang pemiliknya kaum milenial cenderung lebih menyukai cara beternak yang mudah, praktis namun harus menguntungkan, “ jelasnya.

    Ia menambahkan, berdasarkan testimoni di lapangan, Sorinfer disukai ternak. "Sebagian besar ternak yang memulai mengkonsumsi Sorinfer akan langsung memakannya. Hal ini disebabkan oleh aromanya yang wangi seperti aroma tape dan tekstur yang mewakili pakan hijauan berkualitas tinggi perpaduan sorgum dan Indigofera yang dipanen pada waktu yang tepat, sehingga disukai oleh ternak" tuturnya. Dengan kondisi tersebut, sebutnya, peternak tidak perlu repot-repot untuk mengarit atau mencari hijauan pakan, karena produk ini dapat disimpan hingga satu tahun selama plastik kemasannya tidak bocor, sehingga saat musim kemarau pun akan tetap tersedia bagi ternak.

    Keunggulan lain adalah kemasan Sorinfer terdiri dari dua jenis, yaitu menggunakan kantong ganda dengan bagian dalam (inner) kedap udara dan air, dan kantong bagian luar yang melindungi kantong bagian dalam. Dengan segala keunggulan yang ada, diharapkan Sorinfer bisa menjadi solusi permasalahan pakan bagi peternak dan memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat perdesaan dalam memasok biomassa sorgum dan Indigofera.

    Selain Sorinfer, inovasi menarik dan solutif untuk mengatasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) juga diperkenalkan pada kegiatan tersebut yaituHerbal Mineral Blok (HMB). HMB ini ditemukan oleh para peneliti dari departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi pakan, Fakultas PeternakanProf Dewi Apri Astuti dan Dr Sri Suharti .  Bahan herbal yang telah dicoba untuk dicampurkan dalam pakan antara lain kunyit, jahe, dan lerak. Bahan herbal tersebut digunakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan mineral sekaligus untuk  meningkatkan imunitas.   Penelitian ini telah dimulai sejak tahun 2008.

    Prof Dewi Apri Astuti, Anggota Tim Peneliti HMB IPB University mengatakan, “Pada masa merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) saat ini, kami dari pasukan bidang peternakan mencoba mengantisipasi dalam bentuk usaha preventif/pencegahan dengan pemberian pakan yang dapat meningkatkan imunitas ternak’’ jelasnya.  Selain itu dijelaskan oleh Prof Dewi bahwa pola pemeliharaan ternak ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba pada peternakan rakyat yang masih mengandalkan rumput sebagai pakan utama, sering menyebabkan ternak kekurangan nutrien. Kekurangan nutrien tersebut seperti energi, protein dan mineral.

    “Mineral merupakan unsur nutrient yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis ternak. Mineral dibutuhkan bagi ternak yang sedang tumbuh dan untuk pembaharuan sel-sel yang berlangsung terus-menerus, serta untuk keperluan berproduksi. Apabila ternak kekurangan mineral, dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis yang disebut defisiensi mineral, “ ungkapnya.

    Dr Sri Suharti, anggota Tim Peneliti lainnya turut menambahkan, salah satu pencegahan defisiensi mineral adalah dengan pemberian mineral blok. Menurutnya, mineral Blok Herbal mengandung mineral baik makro maupun mikro serta bahan herbal. “Bahan herbal tersebut seperti kunyit, temulawak dan bahan anti cacingan.  Bahan lain yang ditambahkan antara lain pollard/dedak sebagai sumber energy, maggot/BSF sebagai sumber protein, molasses sebagai sumber energi dan meningkatkan palatabilitas, garam serta kapur sebagai pengikat sekaligus sumber kalsium. Bahan-bahan tersebut dipres sehingga berbentuk padat yang berfungsi sebagai suplemen pakan untuk menjaga kesehatan ternak dan performa ternak meningkat, “ jelasnya.

    Lebih lanjut dikatakannya, pemberian Herbal Mineral Blok untuk dikonsumsi ternak dan diberikan dengan cara digantung di kandang sejajar dengan kepala sapi dan diusahakan agar dapat dijilati atau dijangkau oleh ternak. “Saat sapi menjilat-menjilat, sapi akan mengeluarkan air liur yang efektif sebagai buffer untuk menstabilkan pH rumen. Pada ternak ruminansia, pasokan nutrien lebih banyak bergantung pada mikroba rumen dan produk fermentasinya, “ jelasnya.

    Selain itu, lanjutnya, bahan-bahan yang terdapat pada suplemen blok dapat dijadikan tambahan nutrien dan mineral sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi. “Dalam produk Mineral Herbal Blok ini juga ada tambahan herbal berupa kunyit yang berfungsi sebagai antibakteri patogen alami, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan nafsu makan, “ tambahnya.

    Ia menyebut, pemberian HMB berbahan baku herbal kunyit yang dilengkapi dengan protein asal tepung black soldier fly (BSF) serta mineral Ca, P, Zn, Cr dan Se dapat meningkatkan imunitas. Produk dikemas dalam bentuk pakan blok dengan berat 2,5 sampai 3,0 kilogram per blok. Blok tersebut diberikan pada ternak sapi untuk dijilat sampai habis yang memakan waktu sekitar satu bulan.  Ia berharap dengan pemberian HMB dan pakan utama berupa konsentrat dan hijauan yang kaya vitamin A dan C dapat meningkatkan imunitas ternak sehingga terhindar dari serangan virus PMK.

    “Pakan blok ini dapat diformulasikan sesuai kebutuhan, contoh kasus defisiensi Yod, Fe, Mg, Zn ataupun dengan mencampurkan herbal untuk meningkatkan ketahanan tubuh. Herbal Mineral Blok merupakan campuran herbal dan mineral fungsional yang dibuat dalam bentuk pakan padatan (blok/pres), “ jelasnya. (SSI/Femmy)

  • IPB University Mengembangkan Pakan Ternak dan Hewan Kesayangan Berbasis Larva Black Soldier Flies

    Black Soldier Flies (BSF) yang diperoleh dari proses biofermentasi limbah organik memiliki potensial sebagai bahan pakan ternak karena memiliki kandungan protein yang tinggi (42 persen), lemak tinggi (37 persen) dan kandungan asam laurat sebagai antimikroba yang tinggi pula (40 persen). Larva BSF telah banyak diproduksi dan dikembangkan menjadi salah satu bahan pakan ternak, baik untuk unggas, hewan air, ruminansia dan hewan kesayangan. 

    Tim dosen IPB University dari Divisi Nutrisi Ternak Pedaging dan Kerja (NTDK), Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan (Fapet) berhasil mengembangkan pakan berbasis BSF, antara lain BSF-Milk Replacer (susu pengganti), BSF-Starter Complete Feed dan BSF-Cat Food.

    Ketiga produk tersebut telah melalui kajian riset BSF sejak tahun 2014 hingga sekarang dilanjutkan dengan produksi pakan berbasis BSF serta aplikasi di lapang. Program ini di bawah kolaborasi riset tim dosen Divisi NTDK Fapet IPB University, antara lain untuk produk Milk Replacer (Prof Dewi Apri Astuti dan Kokom Komalasari, SPt MSi bekerjasama dengan PT Biocycle Indonesia), produk BSF-Starter Complete Feed (Prof Dewi Apri Astuti, Dr Didid Diapari dan Dr Dilla M bekerjasama dengan PT Biocycle Indonesia) serta produk BSF-Cat Food (Prof Dewi Apri Astuti dan Dr Sri Suharti bekerjasama dengan PT Bahagia Satwa Indonesia).

    “Pakan berbasis BSF ini memiliki keunggulan sebagai pakan anti diare yang dikhususkan untuk anak domba/kambing dan kucing. Produk pakan BSF-Milk Replacer dan BSF-Starter complete Feed ini diharapkan dapat turut menyelesaikan permasalahan pada peternakan ruminansia kecil,” kata Prof Dewi Apri Astuti saat Launching Inovasi Unggulan IPB Batch 8 yang digelar Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University di Kampus Dramaga, Bogor, 4/10.

    Ia menjelaskan, salah satu permasalahan ternak ruminansia kecil, diantaranya tingkat kematian anak pra-sapih yang cukup tinggi hingga mencapai 20 persen. Di samping itu, ketersediaan pakan kucing yang didominasi produk impor dapat dikurangi dengan menghadirkan pakan kucing produk lokal.

    Dalam kesempatan itu, Prof Dewi menerangkan, BSF-Milk Replacer terbuat dari bahan BSF meal, minyak BSF, skim, tepung kuning telur, full krim, minyak bunga matahari, premix, CaCO3 dan DCP. Formula tersebut menciptakan susu pengganti yang menyerupai kandungan susu kambing/domba dengan kandungan protein 27 persen, lemak 20 persen, kalium 1,50 persen dan fosfor 0,70 persen, sesuai rekomendasi Food and Agriculture Organization (FAO) kandungan nutrient susu pengganti. 

    “Cara pemberian susu pengganti bagi ternak pra-sapih mulai umur satu minggu sebanyak 6 kali sehari dan berkurang terus hingga umur menjelang sapih, yaitu 8 minggu sebanyak 2 kali sehari. Pemberian susu pengganti ini dengan cara dilarutkan pada air hangat dengan perbandingan susu dan air sebanyak 1: 4 dan dimasukkan ke botol yang telah disterilkan,” ungkapnya.

    Lebih lanjut ia menguraikan, ternak akan mengkonsumsi susu tersebut sejumlah kurang lebih 3 persen bahan kering dari bobot badan ternak tersebut. Minyak BSF yang digunakan, memiliki kandungan asam laurat yang tinggi dan telah terbukti dapat mematikan bakteri e-coli. “Karena itu, produk BSF-Milk Replacer ini dijamin dapat mencegah diare, salah satu penyebab tertinggi pada kematian anak pra-sapih ruminansia,” sebut dia.

    Produk ini telah didaftarkan paten dengan nomor PID201806537 dan mendapatkan penghargaan karya inovatif 113.  BSF-Milk Replacer juga telah dikerjasamakan dengan pihak Industri PT Biocycle Indo yang selanjutkan akan memasarkan produk tersebut secara komersial.

    Lebih lanjut Prof Dewi menuturkan, BSF-Starter Complete Feed merupakan pakan pemula untuk anak ruminansia lepas sapih. Pakan ini terbuat dari bahan BSF meal, minyak BSF, dedak halus, tepung jagung, polard, bungkil kedelai, minyak sawit, premix, CaCO3 dan garam. Formula pakan starter ini mengandung 17 persen protein, 7 persen lemak, 75 persen Total Digestible Nutrient (TDN), 0,5 persen kalsium, 0,6 persen phosphor serta glisin dan methionine yang mencukupi untuk pertumbuhan anak domba/kambing fase starter. 

    Pakan starter ini, sebutnya, diberikan pada anak yang lepas sapih untuk mengawal pertumbuhan yang cepat dan menekan kematian. Kehadiran minyak BSF ditujukan untuk menekan kematian akibat diare yang sering terjadi pada anak lepas sapih, terutama di musim hujan.

    “Data menunjukkan anak domba lepas sapih yang diberi pakan BSF-Starter Complete Feed mengalami pertumbuhan 112 -120 g/ekor/hari. Pertumbuhan ini sangat mendukung program pemenuhan daging asal lokal dengan target bobot potong umur 5 bulan (balibu  atau kalibu) sebesar 21 kilogram.  Produk ini dalam tahap pengajuan paten dan selanjutnya akan dikerjasamakan dengan pihak industri terkait,” ulasnya.

    Sementara itu, untuk mengurangi ketergantungan dengan luar negeri, maka IPB University menghadirkan BSF-Cat Food untuk mengurangi kelangkaan pakan hewan kesayangan lokal. Pasalnya, selama ini pakan hewan kesayangan yang beredar di Indonesia kebanyakan merupakan produk impor. 

    “Kandungan nutrient dari BSF-Cat Food ini cukup mendukung pertumbuhan kucing, bulu yang halus dari kehadiran taurine didukung kehadiran protein sebesar 25 persen, fat 11 persen, serat 5 persen dan vitamin dan mineral yang mendukung pertumbuhan tulang yang kuat,” imbuh Prof Dewi.

    BSF-Cat Food terbuat dari bahan BSF meal, minyak BSF, tepung jagung, dedak halus, tepung udang, tepung daging ayam, meat bone meal, squid oil, bubuk saripati ayam, sari pati keju, pet basemix, taurine dan minyak ayam. 

    Produk BSF-Cat Food ini telah dikerjasamakan produksi komersilnya dengan PT Bahagia Satwa Indonesia (BSI) dengan pemasaran dibantu oleh kolega para dokter hewan praktik di sekitar Jabodetabek (ipb.ac.id)

  • IPB University Perpanjang Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara

    IPB University kembali memperpanjang kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Banjarnegara. Dalam lawatannya itu, tim IPB University diwakili oleh Muhamad Baihaqi, SPt, MSc, Dr Iwan Prihantoro dan Edit Lesa Aditia, MSc. Tim IPB University diterima oleh Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Baperlitbang) yang diwakili oleh Sekretaris Dinas dr Junita Prasetyaningsih, MPh beserta jajarannya. 

    Dalam kunjungan kali ini, IPB University dan Pemerintah kabupaten Banjarnegara sepakat untuk terus memperpanjang kerjasama. IPB University berkomitmen akan terus mendorong kemajuan bidang pertanian secara umum di Kabupaten Banjarnegara. Upaya tersebut akan diwujudkan melalui beragam kegiatan, salah satunya adalah kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik yang akan dilakukan pada tahun 2022 dan kegiatan penelitian maupun pengabdian masyarakat lainnya.

    Muhamad Baihaqi menjelaskan bahwa kegiatan KKNT IPB university memiliki keunikan tersendiri sehingga menjadi pembeda dengan kegiatan sejenis dari perguruan tinggi lain. Dosen IPB University itu menyebut, KKNT IPB University dirancang sesuai dengan tema-tema spesifik di bidang pertanian secara umum yang menjadi core competence IPB University. Dengan demikian, kemanfaatan program ini dapat dirasakan lebih besar oleh mitra. 

    Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara juga berharap bisa terus menjadi wilayah binaan IPB University.  “Terdapat dua isu utama di Kabupaten Banjarnegara yaitu pengentasan kemiskinan ekstrem dan stunting, harapannya keberadaan sivitas akademika IPB University dengan reputasi di bidang pertanian mampu membuat terobosan dan inovasi untuk mengatasi hal ini,” ungkap dr Junita.  

    Di akhir pertemuan disepakati bahwa kerjasama antara IPB University dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara akan ditindaklanjuti dengan pembuatan surat perjanjian kerjasama (ipb.ac.id)

  • Jadi Pembicara, Alumni Fapet IPB University Beri Semangat ke Mahasiswa Baru

    Serangkaian kegiatan Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) dilaksanakan oleh IPB University, Selasa, 8 Agustus 2023 pagi hingga selesai. Sebanyak 386 mahasiswa yang mengambil Fakultas Peternakan (Fapet IPB University) Angkatan 60 yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti MPKMB yang diadakan IPB University.

    Dalam kegiatan ini, Fapet IPB University mendatangkan alumninya yang sukses di bidang masing-masing. Pembekalan Soft skill bagaimana Membangun Jejaring Secara luas dengan tema "Connection Empowering" diberikan oleh Dr. Ir. Audy Joinaldy,S.Pt, M.Sc, MM, IPM, ASEAN.Eng selaku Wakil Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) dan juga Ketua Dewan Pembina HANTER IP.

    Audy Joinaldy mengatakan, para calon mahasiswa baru IPB University harus mampu memperluas jaringan atau koneksi dengan baik, didalam maupun diluar kampus dan mampu mengembangkannya secara luas. Sebagai sosok alumni yang sukses, Audi juga mengakui awalnya ia masuk fapet IPB sempat merasa kesalahan dalam memilih jurusan.

    “Semuanya bermula dari kesalahan, tetapi kesalahan tersebutlah yang membawa saya menuju kesuksesan. Perbanyak networking dan jadilah bagian dari ikatan alumni peternakan IPB yang berpengaruh dilingkungan masyarakat, negara dan dunia,” kata Audy Jonialdi.

    Tema lainnya “Communication Skills dan Personal Branding” dibawakan oleh alumninya yang sukses dalam industri media massa, Rachmawati, S.Pt selaku Founder Polri TV dan Pemimpin Redaksi PMJ News.com yang juga menjabat sebagai CEO PT. Dunia Kreatif Indonesia.

    Seluruh calon mahasiswa baru antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan ini. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa baru Fakultas Peternakan angkatan 60 memahami etika berkomunikasi yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam kampus maupun diluar kampus, kemudian memiliki kemampuan komunikasi yang efektif dan memiliki personal branding yang baik.

    "Kemampuan komunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal menjalin relasi, melakukan pengembangan usaha, melakukan promosi dan PERSONAL BRANDING," kata Rachmawati usai menyampaikan pemaparannya.

    “Membangun personal branding sendiri itu sangat penting. Apalagi kita memadukannya dengan komunikasi yang baik dan networking yang luas. Kita juga harus menggali apa yang menjadi passion kita, contohnya adalah menggali dan melatih soft skill kita. Karena semua boleh salah jurusan, tetapi semua tidak boleh salah tujuan,” sambungnya.

    "Kerja tidak sekedar mengejar uang atau penghasilan, tapi berkaryalah yang punya manfaat untuk orang banyak,” tutup Rachma.

    Kegiatan ini dihadiri oleh Dekan Fakultas Peternakan IPB sekaligus Selayang Pandang Fakultas Peternakan IPB (Kegiatan LKMM Fakultas Peternakan) Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr.

    Hadir juga Ketua Umum HANTER IPB Aif Arifin Sidhik, S.Pt., M.Sc dan Sekjen HANTER IPB Dr. Iyep Komala, S.Pt., M.Si, serta Pengenalan Department dimoderatori oleh Dr. Ir. Widya Hermana, MSi.. Termasuk kehadiran Ketua Departemen IPTP dan INTP Prof. Dr. Asep Gunawan, S.Pt, MSc dan Dr. Ir. Heri Ahmad Sukria, MSc.Agr yang juga menyampaikan materi Pengenalan Departemen IPTP dan INTP.

    Diakhir acara ditutup dengan sesi tanya jawab terkait pengenalan department dan juga ramah tamah antara mahasiswa baru bersama dengan alumni dan juga dosen serta senior dari Fakultas Peternakan IPB Universty (pmjnews)

  • Joint general lecturers: Prof. Hiroshi Takagi PhD dan Berry Juliandi, PhD

    Pada hari Kamis, 18 Desember 2014, diselenggarakan joint general lecture di Ruang Sidang Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Dalam kesempatan ini hadir dua dosen tamu, Prof. Hiroshi Takagi, PhD dari Nara Institute of Science and Technology dan Berry Juliandi, PhD dari Departemen Biologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

    Berry Juliandi, PhD memberikan paparan yang berjudul "Stem cells biology and its application in biomedicine". Berry Juliandi, PhD menjelaskan mengenai dasar-dasar biologi sel punca atau sel batang. Sel punca memiliki fungsi untuk sistem perbaikan penggantian sel-sel tubuh. Sel punca telah digunakan untuk percobaan pengobatan biologis pada tikus penderita paralisis dalam skala laboratorium. Untuk selanjutnya sedang dikembangkan penelitian yang aplikatif untuk manusia.

    Prof. Hiroshi Takagi memaparkan "Overexpression of the yeast transcription activator msn2 confers stress resistance in industrial yeast". Dalam paparannya, Prof. Hiroshi Takagi menjelaskan mengenai penggunaan yeast dalam industri roti dan berbagai usaha lain. Penggunaan aktivator msn2 mampu menekan efek stress akibat pemanasan, pengeringan dan pembekuan. Sistem ini dapat diterapkan pada berbagai industri lain, termasuk industri pakan. Prof. Hiroshi Takagi juga menjelaskan mengenai ruang lingkup Nara Institute of Science and Technology serta kesempatan beasiswa untuk belajar di sana.

    Dalam kesempatan ini hadir sekitar 30 mahasiswa pasca sarjana dari Fakultas Peternakan dan Fakultas Teknologi Pangan IPB. Mahasiswa tampak antusias mengikuti perkuliahan dan aktif bertanya kepada kedua dosen undangan.(sumber: intp.fapet.ipb.ac.id)

  • Jurnal Internasional TASJ berhasil menembus Q2 Scopus

    Jurnal Internasional Tropical Animal Science Journal (TASJ) yang dikelola Fakultas Peternakan, IPB University berhasil mencapai ranking Quartil 2 (Q2) berdasarkan Scimago Journal & Country Rank, pada kategori Animal Science and Zoology dengan nilai SJR 0.39. Pada Peringkat Asia di bidang Animal Science and Zoology, TASJ menempati peringkat 13 dari 50 jurnal, sedangkan di bidang veteriner TASJ menempati peringkat 7 dari 27 jurnal.

    SJR dihitung berdasarkan jumlah kutipan rata-rata per artikel yang diterbitkan dalam suatu jurnal dalam tiga tahun terakhir dari database Scopus. Dalam menilai jurnal, Scopus membuat klasterisasi kualitas jurnal yang terbagi menjadi empat Quartile, yaitu Q1, Q2, Q3 dan Q4. Q1 adalah klaster paling tinggi dari segi kualitas jurnal, kemudian diikuti Q2, Q3, dan Q4. Berdasarkan Science and Technology Index SINTA dari Kementerian Riset dan Teknologi RI, saat ini Indonesia memiliki 4.985 jurnal. Jika ditelusuri dengan SJR, hanya 58 jurnal dari Indonesia yang terindeks Scopus sebagai jurnal bereputasi internasional dengan ranking Q1-Q4 serta Q Unindexed.

    Hasil pemeringkatan tersebut dapat diakses pada laman https://www.scimagojr.com/journalsearch. Scopus menggunakan parameter pemeringkatan yang disebut Scimago Journal and Country Rank atau SJR.

    Tropical Animal Science Journal (TASJ) sebelumnya bernama Media Peternakan adalah jurnal ilmiah yang mencakup aspek luas dari ilmu hewan tropis. Mulai tahun 2018, Media Peternakan berubah namanya menjadi Tropical Animal Science Journal dengan tujuan untuk mengembangkan dan memperluas distribusi serta meningkatkan visibilitas jurnal. TASJ diterbitkan EMPAT kali setahun pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember dimulai dari tahun 2020 oleh Fakultas Peternakan, IPB University. Edisi pertama dengan judul TASJ baru diterbitkan pada edisi April 2018 (Vol 41 No 1 2018), sedangkan edisi sebelumnya (hingga 2017) masih menggunakan nama Media Peternakan sebagai judul dan dapat diakses di situs web lama (http: //medpet.journal.ipb.ac.id/).

    TASJ ini telah diakreditasi oleh Akreditasi Jurnal Nasional (ARJUNA) yang dikelola oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Republik Indonesia dengan Kelas Satu (Sinta 1) sejak tahun 2018 hingga 2022 sesuai dengan keputusan No. 30 / E / KPT / 2018.

    TASJ telah diindeks dan diabstraksi dalam produk-produk Elsevier (Scopus, Reaxys), produk-produk Analisis Clarivate (Indeks Kutipan Sumber Muncul), Peringkat Jurnal Scimago, Indeks Kutipan ASEAN, DOAJ, Dimension Digital Science, CABI, EBSCO, SINTA, Google Scholars, dan basis data ilmiah lainnya. Jurnal ini juga menggunakan Pemeriksaan Kesamaan untuk mencegah dugaan plagiarisme dalam naskah.

    Tropical Animal Science Journal menerima manuskrip yang mencakup beragam topik penelitian dalam ilmu hewan tropis: pembiakan dan genetika, reproduksi dan fisiologi, nutrisi, ilmu pakan, agrostologi, produk hewan, bioteknologi, perilaku, kesejahteraan, kesehatan dan kesehatan hewan, sistem peternakan, sosial-ekonomi, dan kebijakan.

     

     

  • Kembangkan Sekolah Peternakan Rakyat,IPB Teken Kerjasama dengan PT. Surya Agro Pratama dan Infrabanx

    Institut Pertanian Bogor (IPB) dan PT. Surya Agro Pratama serta Infrabanx sepakat mengadakan kerjasama dalam bidang peningkatan kapasitas peternak, pemanfaatan ilmu dan teknologi, serta penerapan bisnis kolektif melalui program Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) di seluruh Indonesia. Kesepakatan disahkan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) seluruh pihak di Ruang Sidang Rektor Kampus IPB Dramaga (22/5). MoU ini berlaku selama 10 tahun. 

    Rektor IPB, Dr.Arif Satria berharap dengan adanya kerjasama IPB dan PT Surya Agro Pratama, inovasi kelembagaan yang telah diciptakan oleh tenaga ahli IPB dapat memecahkan problem social capital yang biasanya ada dalam usaha peternakan. Apa yang  dikembangkan dapat  mengarah pada penguatan sistem.

    “Ini dapat menjadi kekuatan kita ke depan. Semoga dengan hadirnya Infrabanx akan lebih masif, lebih baik lagi dan dapat meningkatkan kesejahteraan para peternak,” ujar rektor.

    Selain itu menurut rektor, SPR dapat menjadi learning center, pusat pembelajaran dan penyuluhan yang berbasis pada riset. Kemudian prinsip sosial capital dapat terus dikembangkan dan dapat menjadi solusi dari problem baik di bidang sumbedaya alam, hubungan  antar kelompok, hubungan peternak dengan pihak luar atau investor.

  • Kenali Karakteristik Produksi Jangkrik

    Budidaya jangkrik merupakan alternatif usaha peternakan yang menguntungkan, karena selain sangat dibutuhkan oleh pasar khusus, juga pemeliharaannya relatif mudah, ramah lingkungan, serta tidak terlalu membutuhkan lahan yang luas. Namun demikian, sebelum memulai usaha salah satu satwa harapan potensial ini, perlu diketahui karakteristik dan cara budi daya jangkrik yang baik.

    Habitat jangkrik adalah pada lingkungan dengan intensitas cahaya rendah bersuhu 20-32°C dan kelembapan 65-80%, menyukai tempat persembunyian, dan hidup berkoloni atau bergerombol. Dalam sebuah training online bertajuk “Satwa Harapan, Harapan Satwa Jangkrik” yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB melalui aplikasi daring pada Sabtu, 8 Agustus 2020 lalu, Dosen Fapet IPB Dr. Yuni Cahya Endrawati, SPt., MSi menjelaskan tentang beberapa perbedaan karakter berbagai jenis jangkrik yang dipelihara di Indonesia.

    Jangkrik cliring atau Gryllus mitratus memiliki sifat gerakannya yang lincah, warna tubuh cokelat, ukuran tubuh lebih kecil daripada jangkrik kalung, tubuh tidak banyak mengandung air, tahan terhadap cuaca, dan masa panen 35 hari. Adapun jangkrik cendawang atau Gryllus testasius bisa dilihat dari gerakannya yang agak lamban, warna tubuh cokelat terang, ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan jangkrik kalung, ovipositor lebih pendek, rentan terhadap perubahan cuaca, dan masa panen 30 hari.

    Sedangkan jangkrik kalung atau Gryllus bimaculatus, gerakannya juga agak lamban, dengan warna tubuh yang cenderung hitam atau gelap dan ada garis kuning melingkar di pangkal sayap. Ukuran tubuh jangkrik kalung lebih besar dari jangkrik alam, tubuh banyak mengandung air, rentan terhadap perubahan cuaca, dan masa panen 25-28 hari.

    Siklus hidup jangkrik adalah mulai dari telur, nimfa, grower, dan kemudia menjadi induk. Pada media bertelur, Yuni mengingatkan untuk menyiapkan media bertelur dari pasir halus yang steril dengan kelembapan media tepat.

    “Terlalu basah telur berjamur dan busuk, terlalu kering telur dehidrasi,” kata Yuni. Ketika sudah menjadi nimfa, maka biarkan hidup dalam kotak penetasan sampai berumur 15 hari agar tidak stres, dan diberi konsentrat yang digiling halus.

    Baru setelah berumur 15 hari, nimfa bisa dipindahkan ke kandang grower, dan diberi pakan hijauan serta konsentrat yang halus. Ketika memasuki fase grower, berikan pakan yang cukup, baik hijauan dan konsentrat, dan jaga kepadatan dan persembunyian yang cukup.

    Hindarkan pula dari predator seperti semut, cicak, tikus, tokek, atau laba-laba; agar jangan sampai masuk ke kandang. “Rasio jantan adalah 1:5 untuk indukan,” kata Yuni Cahya Endrawati (agropustaka.id)

  • Ketua Umum HANTER IPB University Resmi Dilantik Jadi Wakil Gubernur Sumatera Barat

    Ketua Umum Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (HANTER), Dr (cand) Ir Audy Joinaldy, SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN Eng secara resmi dilantik menjadi Wakil Gubernur Sumatera Barat, 25/2. Ia bakal mendampingi Mahyeldi sebagai Gubernur Terpilih Sumatera Barat selama lima tahun mendatang.

    Kehadiran Audy Joinaldy di kancah politik di tanah air terbilang baru. Pasalnya, Audy sempat menolak tawaran dari Mahyeldi untuk maju di pilihan gubernur (Pilgub) Sumbar sebanyak lima kali. Ia menolak tawaran tersebut karena menurutnya dunia politik serba tidak pasti.

    Sebelum terjun ke dunia politik, Audy telah dikenal sebagai pebisnis sukses di bidang pertanian dan peternakan. Tercatat bahwa dirinya pernah menjadi Komisaris PT Benindo Perkasa Utama, Komisaris Utama PT AA Perkasa Bersaudara, Direktur Keuangan PT Berau Usaha Mandiri, Komisaris Utama PT Makassar Aro Nusa, Direktur Utama PT Lintas Agro Niaga, Komisaris Utama PT Mega Satwa Perkasa, Komisaris Utama PT Sinar Terang Madani dan Manager Feed Technology PT Charoen Pokphand Indonesia. Meskipun sudah disibukkan dengan dunia industri, Audy juga pernah menjadi dosen di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.

    Dengan latar belakang bisnis yang mumpuni, Audy dinobatkan sebagai Wakil Gubernur terkaya dengan laporan kekayaan ke KPK sebanyak Rp 58,11 milyar. Tidak hanya itu, ia juga dinobatkan sebagai wakil gubernur termuda dalam sejarah Provinsi Sumatera Barat dan memiliki gelar akademik terbanyak. Ia juga menjadi satu-satunya Alumni S1 IPB University dan Insinyur Peternakan di Indonesia yang menjadi Wakil Gubernur di Indonesia.

    Sebagai alumnus Fakultas Peternakan IPB University tahun 2005, Audy telah aktif berorganisasi sejak masih kuliah. Dirinya pernah menjadi Kepala Divisi Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (BEM TPB) IPB University periode 2001-2002. Ketika melanjutkan studi Master di Wageningen University, Audy dipercaya untuk menjadi Presiden Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Wageningen Netherlands.

    Di tanah Minang, Audy juga pernah dipercaya menjadi Wakil Ketua Umum Perhimpunan Alumni Pelajar Mahasiswa Minang, Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) Saudagar Minang Raya dan anggota Tim Bisnis Saudagar Minang Raya. Di samping itu, Audy juga menjadi anggota Persatuan Insinyur Indonesia dan anggota ASEAN Federation of Engineerin Organisations pada tahun 2019

  • Kick Off Meeting Prodi Animal Logistic Fapet IPB

    Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Fapet IPB) menyelenggarakan pertemuan bertajuk “Kick Off Meeting Capacity Building in Animal Logistic of Poultry and Livestock”, Selasa (24/2) di IPB International Convention Center (IICC) Bogor. Kegiatan ini menjadi acara perdana dalam rangka penyelenggaraan Program Studi (Prodi) baru Fapet dalam bidang Animal Logistic. Dalam hal ini IPB bekerjasama dengan Nuffic Belanda untuk pengembangan capacity building di bidang animal logistic terutama untuk livestock dan poultry. 
  • Kiprah Prof Ronny Rachman Noor Berbagi Ilmu di Dunia Maya

    Prof Dr Ir Ronny Rachman Noor adalah salah satu Guru Besar Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University. Selain menjadi pengajar dan peneliti, Prof Ronny pernah menjadi Atase Pendidikan di Australia. Karena kecintaannya di dunia tulis menulis, Prof Ronny sering membagi ilmu dan pengalamannya di Kompasiana (https://www.kompasiana.com/rrnoor) dengan berbagai topik seperti konservasi lingkungan, sosial, pendidikan, budaya, gaya hidup dan lain-lain.  Hingga akhir Mei 2020, tulisan Prof Ronny telah mencapai 1.063 judul tulisan dan telah dibaca sebanyak 1.881.412 kali.

    “Pertama kali menulis di Kompasiana pada tanggal 10 Oktober 2014 lalu. Saat itu saya sedang mengemban tugas sebagai Atase Pendidikan di Australia. Saya juga tidak pernah membayangkan bahwa Kompasiana akan menjadi wahana tulisan ilmiah popular saya untuk masyarakat umum. Tulisan pertama saya berjudul “Lonceng Kematian Penghuni Kebun Binatang”. Tulisan ini memberikan informasi ilmiah bagaimana penghuni kebun binatang di Indonesia pada umumnya mengalami stres yang ditandai dengan tidak dapat bereproduksinya satwa liar. Hal ini penting untuk disampaikan, karena jika pengelolaan kebun binatang tanpa memperhatikan ilmu genetika ekologi, niat baik untuk melakukan konservasi justru akan berakibat fatal bagi satwa liar,” ujarnya.

    Tulisan lainnya yang pernah menjadi pemberitaan nasional adalah terkait benda purbakala bersejarah Indonesia yaitu berupa patung perunggu kecil yang harganya sangat fantastis yang berakhir di National Gallery of Australia. 
    Tulisan Prof Ronny yang berjudul “Sang Penenun” ini membuat beberapa pejabat kementerian datang ke National Gallery of Australia untuk mencocokkan bukti patung yang berada di Indonesia dan patung yang berada di Australia. Hasil penyelidikan ini membuktikan bahwa patung yang ada di Indonesia merupakan duplikasi dan bukan patung yang asli.

    Tulisan Prof Ronny di Kompasiana banyak dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penulisan skripsi, tesis, disertasi serta buku. Ini karena bentuk tulisannya yang dikemas dalam bentuk ilmiah popular dan mengacu pada berbagai publikasi ilmiah yang diterbitkan di jurnal internasional.
    Contohnya adalah pakar Indonesia yang namanya mendunia, Prof Tim Lindsey dan Dave McRae dari University of Melbourne Australia dalam buku terbarunya yang berjudul "Strangers Next Door?: Indonesia and Australia in The Asian Century". Beberapa pustakanya mengacu pada tulisan Prof Ronny yang terkait dengan penyuapan dan korupsi yang terjadi di Indonesia.

  • Kisah Inspiratif Budi Susilo Setiawan, Berawal dari Makelar Jadi Peternakan Besar

    Kendati menyandang status sarjana peternakan, tak pernah terlintas dalam benak Budi Susilo Setiawan bakal memiliki usaha peternakan dengan omzet miliaran rupiah.Di bawah bendera CV Mitra Tani Farm, ia kini sukses menjadi juragan ternak dengan ribuan ekor kambing dan sapi, lengkap dengan berbagai produk turunannya.

    Sukses besar yang diraihnya ini berawal dari keinginan mencari uang tambahan semasa kuliah di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), sekitar tahun 2002. Saat itu, bersama ketiga temannya, ia mendapat ide untuk coba-coba memasarkan kambing dan domba milik para peternak di Bogor dan sekitarnya.

    “Saat teman-teman liburan, kita main ke pasar kambing,” kenangnya.

    Namun, saat turun ke lapangan memasarkan domba ternyata tidak semudah yang dibayangkannya. Seminggu hingga dua bulan pertama, mereka belum berhasil menjual satu pun hewan ternak. Namun, mereka tak patah arang dan terus mencoba memasarkan door to door, karena dulu di tahun 2002 belum ada media penjualan online seperti saat ini.

    Baru memasuki bulan ketiga ia berhasil menjual dagangannya. Sepanjang tahun pertama, ia mampu menjual 13 ekor domba dan kambing. Tahun berikutnya penjualan mampu meningkat hingga tiga kali lipat.

    “Kami sudah belajar bagaimana metode menjual hewan ini dengan baik,” ujarnya.

    Dari keuntungan penjualan tersebut, pada tahun 2004 ia dan rekan-rekannya mulai memberanikan diri untuk melakukan penggemukan domba sendiri di Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tentu saja langkah ini bukan tanpa perhitungan. Pemilihan usaha domba tak lepas dari dua alasan penting. Pertama, alasan ideologis. Ia mengatakan bahwa dalam ajaran Islam, menjadi peternak domba itu akan melatih seseorang memiliki karakter lembut hati, tekun, rajin, dan mampu belajar menghargai proses. Kedua, alasan peluang. Berdasarkan hitungan Budi, bisnis peternakan – khususnya jenis domba, kambing, dan sapi – sangat prospektif di Indonesia.

    Ia melihat, potensi dan peluang bisnis peternakan ini sangat besar, karena jumlah penduduk di Indonesia sangat besar, sehingga kebutuhan hewan ternak juga tinggi. Di sisi lain, hasil ternak ini tidak hanya untuk kebutuhan pokok, melainkan untuk kebutuhan spiritual atau momen-momen keagamaan. Misalnya, untuk akikah dan kurban bagi umat muslim.

    Budi bilang, di Indonesia ada 260 juta penduduk, sementara populasi kambing hanya 18 juta ekor, domba 17 juta ekor, dan sapi 17 juta ekor per tahun. Artinya, ketersediaan hewan ternak berbanding dengan penduduk Indonesia hanya 1:10. Dengan asumsi itu, jika 10% saja penduduk Indonesia berkurban, maka stok domba dalam negeri sudah habis.

    “Jadi satu kali event hari raya kurban saja sudah habis, maka tak heran Indonesia menjadi target pasar negara lain,” jelasnya.

    Analisis bisnisnya tidak meleset. Terbukti, hanya dalam kurun waktu setahun, bisnisnya telah bertumbuh pesat. Tahun 2005, ia sudah memiliki 500 ekor kambing dan berhasil menjual 800 ekor kambing.

    "Selain dari kocek sendiri, kami juga mendapat bantuan dana dari kampus senilai Rp10 juta,” kenangnya.

    Konsumennya juga tidak hanya sebatas di Bogor, melainkan juga mulai merambah ke luar kota, seperti Jabodetabek dan sebagian Jawa Tengah. Namun, porsi luar kota masih minim, sekitar 10% saja.

    Namun, pada periode 2011–2014, penjualan merosot jadi rata-rata 1.400 ekor per tahun. Penurunan ini dikarenakan pola penjualan menggunakan sistem grosir. Memang, penjualan sekali berangkat bisa banyak, namun kadang pembayaran telat. Maka, Mitra Tani (MT) Farm memutuskan fokus pada ritel atau langsung end user. “Pembayaran lebih nyaman dan kerja lebih ringan,” jelasnya.

    Pasar memang penting. Namun, sektor hulu tak kalah penting buat mengamankan pasokan. Untuk itu, MT Farm pun melakukan sistem kemitraan dengan para peternak. Bahkan, strategi bermitra dengan peternak menjadi kunci keberhasilan Budi dalam mengamankan pasokan. Hingga saat ini, ia sudah bermitra dengan 100 peternak di wilayah Bogor, Lampung, dan Papua. Di Bogor sendiri, sudah ada sekitar 40 peternak yang bergabung dalam sistem kemitraan ini.

  • Kisah Peternak Kambing di Bogor yang Raup Omzet Rp 500 Juta per Bulan

    Bisnis di sektor peternakan masih dianggap menguntungkan, khususnya ternak kambing. Hal ini diungkap oleh Budi Susilo Setiawan, salah seorang peternak kambing dan domba di Desa Tegalwaru, Bogor. Budi merupakan salah satu mitra nasabah mikro Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak tahun 2010. Selain dari investor pribadi, sumber modal utama Budi adalah dari pinjaman mikro di BSM. Modal ini digunakannya untuk mengelola lahan miliknya seluas 12 hektare (ha).

    Lahan milik Budi ini berada di kawasan Agrowisata Waru Farm Land, di desa wisata sentra UKM Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

    “Di lahan ini, selain untuk bisnis ternak kambing, juga ada bisnis ternak sapi dan domba. Saya juga merambah bisnis properti, jual tanah kavlingan,” katanya saat ditemui di peternakannya di Desa Tegalwaru, Bogor, Rabu (26/6).

    Budi bercerita sudah 16 tahun menekuni bisnis ternak kambing dan domba. Awalnya pria lulusan Fakultas Peternakan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) ini hanya menjual kambing titipan petani di tahun 2002 lalu.

    “Dulu tahun 2002 itu mulai jual kambing orang ada sekitar 13 ekor untuk kurban. Lalu, dapat untung dan tahun 2003 mulai ternak 40 ekor kambing dan masih jual sebanyak 86 ekor kambing,” katanya. Setiap tahun, jumlah ternak kambing Budi bertambah. Tahun 2004, tercatat kambing ternak Budi bertambah menjadi 100 ekor dan yang siap dijual sebanyak 106 ekor.

    “Di tahun 2005 itu memutuskan untuk perbesar kandang, dengan begitu jumlah kambing yang diternak sebanyak 500 ekor dan dijual 800 ekor,” kisahnya.

    Lalu, pada 2006 jumlah kambing ternaknya bertambah hingga mencapai 800 ekor dan dijual sebanyak 2.700 ekor kambing. Kemudian, pada 2007 dia merawat 700 ekor kambing, menjual 1.700 ekor kambing.

    Budi juga masuk ke peternakan sapi sejak tahun 2007 dengan menjual sebanyak 7 ekor. Kemudian di tahun 2008, jumlah sapi Budi bertambah menjadi 4 ekor.