News

  • Peneliti IPB Manfaatkan Limbah Tauge untuk Turunkan Kolesterol Daging Domba

    Hiauan pakan merupakan pakan utama ternak ruminansia dan faktor terpenting untuk menunjang budidaya ternak karena berdampak pada peningkatan bobot badan ternak. Namun kendala di Indonesia adalah rendahnya ketersediaan hijauan pada musim kemarau dan berlimpah pada musim hujan. Pemberian hijauan pada saat musim kemarau dapat diatasi dengan pengunaan pakan alternatif dari limbah sayuran pasar seperti limbah tauge.

    Tiga orang peneliti dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (Fapet IPB) yaitu Sri Rahayu, H. Sunando, dan M. Baihaqi melakukan riset untuk melihat tingkah dan pertumbuhan domba garut jantan muda dengan pemeliharaan intensif yang diberi ransum limbah tauge pada waktu pemberian yang berbeda.

    “Potensi limbah tauge di kota Bogor sekitar 1,5 ton per hari. Pakan hijauan yang bergizi dapat menentukan pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ternak. Pakan hijauan dari hasil limbah tauge diharapkan dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh domba garut,” ungkap Sri.

    Peneliti memelihara domba garut jantan yang berumur rata-rata 5-7 bulan dalam kandang perlakuan. Mereka memberi perlakuan pakan berbeda, diantaranya ditambahkan limbah tauge dan waktu pemberian yang berbeda yaitu pagi dan sore hari.

    “Pemberian 40 persen limbah tauge dalam ransum domba Garut dengan waktu pemberian pakan yang berbeda dapat meningkatkan performa pertumbuhan dan pasca panen. Pertambahan bobot badan harian (pbbh) domba dengan ransum limbah tauge (140.94g/ek/h) lebih tinggi dari pada yang diberi ransum rumput (76.61g/ek/hr),” terangnya.

    Performa pasca panen menunjukkan bahwa pemberian ransum limbah tauge memberikan pengaruh yang lebih baik pada kualitas karkas dan daging, kecuali kandungan lemak dibandingkan ransum rumput. Namun waktu pemberian pakan sore hari cenderung menurunkan kadar lemak karkas maupun daging. Kandungan asam lemak, terutama asak lemak tak jenuh (PUFA) lebih tinggi pada domba yang diberi ransum rumput, sebaliknya asam lemak jenuh SFA lebih tinggi pada domba yang diberi limbah tauge.

    “Kadar kolesterol daging domba yang diberi ransum limbah tauge pada sore hari cenderung lebih rendah pada daging domba yang diberi ransum limbah tauge pagi hari dan yang diberi ransum rumput pada pagi dan sore hari,” ungkapnya.

    Secara ekonomi, pemberian ransum limbah tauge dengan waktu pemberian pakan sore hari pada domba Garut mampu menekan biaya pakan, tenaga kerja dan biaya lainnya. Sehingga secara keseluruhan mampu  meningkatkan pendapatan maupun keuntungan. 

    “Limbah tauge secara fisik maupun kandungan nutrien berpotensi sebagai pakan ternak yang baik, terutama untuk ternak domba. Pemanfaatan limbah tauge dalam ransum dengan waktu pemberian pakan sore hari, mampu meningkatkan produktivitas domba garut tanpa mengurangi tingkat kesejahteraannya,” tandasnya.(ipb.ac.id)

  • Peneliti IPB Tambahkan Gambir dalam Pakan Puyuh untuk Tingkatkan Produktivitas

    Tim peneliti dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB) yang beranggotakan Prof. Dr. Ir. Sumiati, M.Sc, Arif Darmawan, SPt, M.Si, dan Ahmad Nurfaid melakukan penelitian tentang pengaruh penambahan ekstrak gambir dalam pakan sebagai sumber antioksidan dan antibiotik alami terhadap performa puyuh periode layer.

    Prof. Sumiati mengatakan bahwa puyuh merupakan salah satu unggas yang prospektif untuk dikembangkan karena daging dan telurnya dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan sumber protein. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas puyuh salah satunya adalah pakan. Oleh karena itu, keseimbangan nutrien dalam menyusun ransum harus diperhatikan. Kondisi suhu dan kelembaban lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap performa puyuh. Puyuh dapat bereproduksi optimal pada suhu 20°C-25°C dengan kelembaban 30-80%. Paparan panas yang berlebih pada puyuh dapat menyebabkan stres dan timbulnya radikal bebas, sehingga berdampak pada penurunan produktivitas dan performa puyuh.

    “Biasanya untuk mengatasi radikal bebas tersebut, peternak menggunakan antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik sintetik mulai dilarang karena residu dalam produk tersebut yang akan membahayakan apabila dikonsumsi oleh manusia,” tambahnya.

    Oleh karena itu, penggunaan antioksidan alami merupakan salah satu cara alternatif untuk menekan radikal bebas. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai alternatif sumber antioksidan dan antibiotik adalah gambir. Ekstrak gambir mengandung senyawa polifenol, yang salah satunya adalah flavonoid. Ekstrak gambir ini juga sudah banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi, pewarna tekstil, biopestisida, maupun kosmetik.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak gambir dapat digunakan sebagai sumber antioksidan dan antibiotik alami pada puyuh. Penambahan ekstrak gambir 0.2% dalam pakan menunjukkan hasil performa yang lebih baik dibandingkan dengan penambahan ekstrak gambir 0.1% dan 0.3%. Penambahan ekstrak gambir dalam pakan sebanyak 0.2% menghasilkan produksi telur yang lebih tinggi, produksi massa telur yang lebih tinggi, serta bobot telur yang lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan tanpa pemberian ekstrak gambir.(ipb.ac.id)

  • Peneliti IPB University Masuk dalam Saintist Paling Berpengaruh di Dunia

    Peneliti IPB University, masuk dalam saintist paling berpengaruh di dunia. Ia adalah Prof Anuraga Jayanegara, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University.
     
    Ia masuk dalam salah satu ilmuwan asal Indonesia yang terdaftar dua persen saintis paling berpengaruh di dunia tahun 2022. Daftar ini dirilis Elsevier BV yang diperbarui tiap tahun.
     
    Ranking dihitung berdasarkan lebih dari 100 ribu peneliti di seluruh dunia. Elsevier memberi informasi terstandarisasi atas sitasi, h-index, citation to paper in different authorship positions, co-authorship adjusted hm-index, dan composite indicator.
     
    Pemeringkatan juga berlandaskan pada c-score atau jumlah sitasi publikasi yang tidak termasuk sitasi oleh diri sendiri.
     
    Peneliti yang juga Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) Fakultas Peternakan ini menyampaikan rasa syukurnya dapat menjadi Top 2 persen Scientists versi Stanford University yang berbasis pada sitasi ini.
     
    “Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa menjadi Top 2 persen Scientists versi Stanford University yang berbasis pada sitasi ini. Hasil ini bukan hanya karya pribadi, tapi hasil kolaborasi bersama dengan para mahasiswa bimbingan, kolega dosen dan peneliti serta grup riset AFENUE (Animal Feed and Nutrition Modelling Research Group) dan IPB University, sehingga dapat menghasilkan berbagai karya bersama yang berkualitas," ucapnya.
     
    Selain Prof Anuraga, ada nama-nama peneliti lain dari perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam daftar ini (ipb.ac.id)

  • PENERAPAN ASPEK KESRAWAN PADA RANTAI PASOK SAPI POTONG

    Penanganan ternak dengan memperhatikan kesejahteraan hewan (kesrawan) akan menghasilkan kinerja yang efisien, aman bagi sapi dan operator, serta meningkatkan kualitas daging yang dihasilkan. Dengan demikian, penanganan hewan yang apik akan terwujud pula kesejahteraan hewan yang baik.

    Hal itu disampaikan Neny Santy Jelita dalam sebuah pelatihan daring yang diselenggarakan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB. Pelatihan berlangsung selama dua seri dan dilakukan selama dua hari waktu pelatihan, yakni pada 13-14 Mei 2020 dengan mengangkat topik “Penerapan Animal Welfare pada Rantai Pasok Sapi Potong”.

    Neny memaparkan, prinsip dasar kesrawan yakni ternak harus bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit dan cedera, bebas dari rasa takut dan tertekan, serta bebas untuk menampilkan perilaku alaminya.

    Saat berada di rumah penampungan, sapi harus diberikan penerangan yang baik agar operator bisa melakukan penanganan dengan optimal.

    “Kami terbiasa ke rumah pemotongan hewan (RPH) dan melihat perlunya edukasi dan bantuan penyediaan fasilitas yang memadai. Penanganan sapi di RPH ini merupaan fase akhir yang tidak kalah penting untuk diperhatikan. Stres pada saat pemotongan akan menyebabkan daging akan berwarna kehitaman, bukan merah,” kata Neny.

    Ia menambahkan, pada saat yang dijadwalkan di RPH juga harus seminimal mungkin, agar sapi tidak mengalami stres. Neny menyarankan supaya ternak harus segera disembelih secara cepat, baik menggunakan metode pembiusan ataupun tidak. Proses penyembelihan ini akan menentukan kualitas daging yang akan dibeli oleh konsumen.

    Neny pun mengingatkan bahwa dalam hal kesrawan pada peternakan sapi potong ini harus bisa diterapkan pada lima hal utama, yakni pada saat penanganan hewan ternak, transportasi, penanganan di feedlot, penerapan di RPH, serta pada saat penyembelihan dengan pemingsanan (majalahinfovet.com)
  • Penerapan Cara Penyembelihan yang Baik (GSP), Syarat Penting RPH Modern

    Good Slaughtering Practices (GSP) merupakan sebuah pedoman tertulis mengenai tata cara atau prosedur produksi pemotongan ternak yang baik, higienis dan halal. GSP merupakan menjadi syarat untuk mendapatkan sertifikasi nomor kontrol veteriner (NKV) agar keamanan daging yang dihasilkan dapat terjamin. Dalam Permentan nomor 13/2010, izin pendirian usaha rumah potong hewan (RPH) akan dicabut jika belum memiliki NKV pada jangka waktu yang ditentukan. RPH dikatakan sebagai RPH modern jika telah menerapkan standard GSP secara menyeluruh dan memiliki fasilitas yang memadai, serta minimal memiliki sertifikasi NKV diatas level 2.

    “Sehingga GSP merupakan prasyarat paling dasar dan wajib dilaksanakan dalam industri pemotongan hewan ternak (RPH),”kata Manager Produksi PT Cianjur Arta Makmur (Widodo Makmur Group) Mukhlas Agung Hidayat S,Pt dalam
    pelatihan online yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB. Acara yang berlangsung selama dua hari, yakni pada 13-14 Mei 2020 tersebut mengangkat tema tentang penerapan kesejahteraan hewan pada rantai pasok sapi potong.

    Mukhlas menjelaskan, penerapan GSP di RPH modern diaplikasikan pada proses pra pemotongan, pada saat pemotongan, dan pasca pemotongan. Sebelum dipotong, sapi ditempatkan pada kandang istirahat, lakukan pendataan sapi dan pengecekan kesesuaian sapi dengan dokumen, pengaturan sapi pada setiap pen kandang pengistirahatan, dan pengelompokan berdasarkan jenis dan waktu pemotongan. Lakukan juga, “Pengecekan kondisi dan kesehatan sapi, penentuan layak tidaknya sapi untuk dipotong, pemisahan sapi pada hospital pen jika ditemukan syarat-syarat tidak layaknya sapi dipotong,” papar Mukhlas.

    Adapun pada saat proses pemotongan sapi, dilakukan secara islami dan berdasarkan syarat-syarat pemotongan halal, yakni penyembelihan dengan memutus saluran makanan (mari’/esophagus), saluran pernafasan (hulqum/trakea), dan dua pembuluh darah (wadajain/vena jugularis dan arteri carotid).

    Setelah proses penyembelihan dijalankan, untuk meningkatkan kualitas daging, maka dilakukan proses penyimpanan karkas pada suhu 0°C – 4°C selama minimal 18 jam untuk menyempurnakan proses biokimia daging atau rigormortis (agropustaka.id)

  • Pengaruh Murottal Al-Quran Terhadap Produksi Susu Sapi

    Ghulam Halim Furqoni, mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB), meneliti pengaruh produksi susu sapi dengan perlakuan mendengarkan murottal Al-Quran. Penelitian yang dilakukan ini dilatarbelakangi oleh penelitian sebelumnya yang meneliti tentang pengaruh musik klasik terhadap produksi susu sapi perah. Pada pemutaran musik klasik hanya dilakukan sekira tiga jam sebelum pemerahan, sehingga disarankan waktu pemutaran musik diperpanjang supaya hasil yang diperoleh lebih optimal.

    Akhirnya, berawal dari diskusi dengan dosen pembimbing, tercetuslah judul awal yaitu pengaruh musik klasik 24 jam terhadap produktivitas susu sapi perah. Di sisi lain Ghulam berfikir, adakah pilihan lain selain musik klasik yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas susu sapi perah?

    Musik klasik mozart mulai dikenalkan pada tahun 1993 di Universitas California untuk penelitian pada para mahasiswa di sana dalam upaya peningkatan tingkat IQ. Hasilnya, musik klasik mozart dapat meningkatkan 8-9 poin IQ pada mahasiswa-mahasiswa tersebut (Bowers 2002). Sejak saat itu musik klasik mozart mulai berkembang di Eropa dan digunakan di dunia peternakan untuk tujuan meningkatkan produktivitas ternak.

    Pada kasus lain, terang Ghulam, banyak penelitian yang dilakukan menggunakan treatment murottal Al-Quran terhadap manusia yang sedang sakit, ibu hamil, dan lain sebagainya yang mayoritas pengambilan datanya banyak dilakukan di rumah sakit. Terbukti murottal Al-Quran memiliki efek ketenangan (relaksasi) dan menimbulkan kenyamanan psikologis.

    “Berangkat dari hal tersebut, tanpa berniat sedikitpun membawa sensitifitas agama, saya usulkan menambahkan murottal Al-Quran sebagai perlakuan dalam penelitian saya. Alhamdulillah dosen saya menyetujui dan lahirlah judul untuk skripsi saya ‘Produksi Susu Sapi Perah yang Mendengarkan Musik Klasik dan Murottal Al Quran Selama 24 Jam’," ujarnya.

    Ghulam berharap hasil penelitiannya ini dapat bermanfaat dan mudah diaplikasikan oleh peternak-peternak di Indonesia sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas susu sapi perah dalam negeri. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Afton Atabany dan Dr. Bagus P Purwanto.(MM - http://ipb.ac.id)

    Kontak:
    Ghulam Halim Furqoni
    Email : halimghulam93@yahoo.com
    Phone : 081283136643

  • Pentingnya Efisiensi Logistik Pakan

    Produksi jagung untuk pakan di Indonesia telah meningkat secara nyata dalam kurun 25 tahun terakhir. Pada 1993 produksi jagung hanya 6,36 juta ton, pada 2018 tercatat produksinya telah mencapai 30,06 juta ton. Produksi sebanyak itu secara relatif telah terjadi pergeseran wilayah produksi, dimana pada 1993 Pulau Jawa berkontribusi 62% terhadap total produksi jagung, dan pada 2018 menurun menjadi 41%. Hal itu merupakan dampak dari pengembangan sentra produksi jagung baru, terutama di lahan areal di luar Pulau Jawa.

    Hal itu disampaikan oleh Diner Y.E Saragih, Kasubdit Bahan Pakan, Direktorat Pakan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam sebuah pelatihan tentang manajemen logistik pakan yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) di Kampus IPB Darmaga, Kabupaten Bogor, pada 26-27 Maret 2019. Diner menambahkan, pada sisi lain, pabrik pakan sebagai pengguna jagung ternyata masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Hal itu membawa konsekuensi perlunya penerapan secara ketat manajemen logistik yang baik untuk dapat meningkatkan efisiensi produksi pakan, sehingga memiliki daya saing yang baik di pasar.

    Dalam hal logistik ini, efisiensinya diukur dengan logistics performance index (LPI), dimana untuk wilayah Asean, Indonesia menempati peringkat 5 di bawah Singapura, Thailand, Vietnam dan Malaysia. Diner menjelaskan, LPI merupakan indeks kinerja logistik negara-negara di dunia yang dirilis oleh Bank Dunia setiap dua tahun sekali. Saat ini terdapat 160 negara yang masuk dalam penilaian tersebut.

    Untuk dapat meningkatkan performa sistem logistik nasional, perlu dilakukan pembenahan dalam hal efisiensi bea cukai, kualitas infrastruktur perdagangan dan transportasi, kemudahan pengaturan pengiriman internasional dengan harga bersaing, peningkatan kompetensi dan kualitas jasa logistik, serta frekuensi pengiriman yang tepat waktu. (poultryindonesia.com)

  • Penyambutan Kepulangan Delegasi SPR dari Wina, Austria

    Institut Pertanian Bogor (IPB) menyambut kepulangan delegasi Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) IPB dalam perhelatan 62nd International Atomic Energy Agency General Conferences di Wina, Austria pada 17-21 September 2018. Delegasi tersebut dipimpin langsung oleh Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA, pendiri Sekolah Peternakan Rakyat. Dua orang peternak yang menjadi delegasi yaitu Juanto sebagai Ketua Gugus Perwakilan Pemilik Ternak (GPPT) SPR Tunas Barokah, Temayang, Kabupaten Bojonegoro dan Wagiman, selaku Ketua GPPT SPR Maju Bersama, Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin. Pada saat konferensi tersebut juga turut hadir Prof. Dr. Ir Dodik Ridho Nurrochmat M.Sc F.Trop, Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Sistem Informasi IPB. Acara penyambutan tersebut berlangsung pada Senin, 24 September 2018 di Restoran Bumi Aki, Bogor, Jawa Barat.

    Acara penyambutan tersebut dihadiri oleh jajaran pimpinan  Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB antara lain Prof. Dr. drh. Agik Suprayogi, M.Sc.Agr  sebagai Wakil Kepala Bidang Penelitian LPPM IPB serta Prof. Dr. Sugeng Heri Suseno, S.Pi,  M.Si, Wakil Kepala Bidang Pengabdian, LPPM IPB. Dalam sambutannya  Prof. Agik Suprayogi menyampaikan,  “Kami sangat mendukung program Sekolah Peternakan Rakyat yang kini sukses hingga kancah internasional. Ke depan kami akan turut mengembangkan program pengabdian masyarakat di fakultas lain dan menjadikan SPR sebagai Role Model-nya,” lanjutnya.

    Prof. Agik juga turut menyampaikan pesan-pesan kepada tim Sekolah Peternakan Rakyat IPB. “Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, dan Program Sekolah Peternakan Rakyat inilah contohnya, bahkan kini sudah go international dengan menghadiri konferensi di Austria,” katanya.

    Kedua peternak binaan SPR, yaitu Juanto dan Wagiman juga turut menceritakan kisah perjalanan hingga mampu berangkat ke Austria. Juanto menceritakan proses yang ia lalui cukup panjang “Ketika pertama kali saya mendengar peluang ini, saya pun mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti tahapan seleksi-seleksinya, tahap pertama kami mengirimkan portofolio GPPT kami. Ketika kami sudah lolos tahap pertama, kami pun harus melewati serangkaian training untuk mempersiapkan diri menghadapi konferensi tersebut,” jelas Juanto.

    Wagiman pun mengisahkan perjalanannya selama di Austria. “Sebenarnya, konferensi yang dilaksanakan di Austria itu kan tentang pemanfaatan nuklir. Untungnya saya dijelaskan terkait hal tersebut oleh Guru Besar kita, Prof. Muladno terkait manfaat nuklir bagi peternak yang ternyata sangat beragam, sehingga ketika ditanya oleh  Duta Besar, saya bisa menjawab. Namun, ada satu pesan kami untuk IPB. Walau kami sekarang sudah sampai di titik ini, kami harap IPB terus senantiasa memberikan bimbingan kepada kami terutama di bidang keilmuan dan administrasi,” ungkap Wagiman dalam suasana hangat diskusi  bersama pimpinan LPPM dan Tim SPR IPB. (ipb.ac.id)

  • Penyesuaian Baru Rumah Potong Hewan Ternak (RPH) Unggas di Era New Normal

    Hingga saat ini vaksin COVID-19 belum ditemukan. Kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat harus mengalami perubahan selama masa pandemi. Penyebaran virus ini sangat cepat bahkan berdasarkan hasil penelitian, virus ini mampu bertahan pada permukaan benda selama waktu tertentu. Hal ini membuat banyak perusahaan meningkatkan standar sistem manajemen mutunya.

    “Hingga kini vaksin belum ditemukan sehingga kita harus hidup berdampingan dengan virus. Perusahaan pangan khususnya peternakan kami merespon dengan membuat penyesuaian baru. Ada risiko virus ini mampu menular melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi,” ungkap Alamsyah, Deputi General Manager (DGM) Production, PT Charoen Pokphand Indonesia.

    Alamsyah menyampaiakan hal ini saat menjadi pemateri dalam kegiatan pelatihan online Sistem Manajemen Ternak Unggas, (23/7). Pelatihan daring ini diadakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) bekerja sama dengan Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University. Kegiatan yang digelar melalui aplikasi zoom ini mengambil tema “Manajemen dan Sistem Penjaminan Mutu Rumah Potong Hewan Unggas”.

    Alamsyah mengungkapkan selama masa pandemi, ada protokol khusus penangan COVID-19 di perusahaan. Salah satunya adalah membuat tim gugus tugas covid di setiap level karyawan. Selain itu ada penyesuaian lainnya seperti pengukuran jarak antar karyawan harus lebih dari satu meter. Lalu dipersiapkan dokter dan ambulan yang siap siaga di perusahaan.

    “Penyemprotan disinfektan dilakukan setiap 30 menit sekali dan seluruh karyawan diwajibkan memakai masker yang berbeda di area produksi dan luar produksi. Bahkan karyawan yang ketahuan tidak memakai masker di luar area kerja akan mendapatkan teguran hingga sanksi. Sistem manajemen yang ketat ini untuk mencegah penularan virus,” ungkap Alamsyah.

    Pelatihan daring ini mengajak peserta untuk mengetahui perubahan sistem manajemen perusahan Rumah Potong Hewan (RPH) Unggas selama masa pandemi. Peserta juga diajak untuk mempelajari persyaratan, standar mutu, hingga praktik pengelolaan ayam hingga siap dijual kepada konsumen. Bahkan peserta juga diajarkan strategi mengelola pemotongan ayam untuk skala ekspor.

    “Era new normal membuat banyak sekali perbedaan. Perusahaan pangan harus tegas dalam penanganan COVID-19. Hal ini untuk menjaga kesehatan dan mencegah penularan virus,” tutup Alamsyah (ipb.ac.id)

  • Perawatan kulit wajah dengan kokon sutera

    oleh : Yuni Cahya Endrawati (D-IPTP Fapet IPB)

    Tidak dapat dipungkiri pandemi Covid-19 telah merubah gaya hidup kita. Kita yang tadinya tidak terlalu perduli dengan kebersihan  kini sudah mulai terbiasa dengan mencuci tangan secara rutin dan juga menjaga kebersihan rumah dan lingkungan kita. Di sisi lain pembatasan pergerakan dan aktivitas keseharian kita tentunya membuat kita harus menyesuaikan pola hidup kita walaupun tentunya sangat berat.

    Stress dan perubahan gaya hidup

    Sebagai orang yang terbiasa aktif tentunya perubahan gaya hidup terutama pembatasan pergerakan dan aktivitas ini dapat saja membuat frustrasi karena ada sebagian dari kebiasaan rutin kita yang berkurang intensitasnya atau bahkan tidak dapat dilakukan lagi. Tidak banyak yang mengetahui bahwa dari segi kumunikasi ternyata kaum wanita tingkat stress nya lebih tinggi akibat pembatasan komunikasi yang kini sebagian besar hanya dapat dilakukan melalui media sosial tanpa berkomunikasi secara langsung.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam satu hari rata rata wanita mengucapkan  kata kata sebanyak 20.000 kata sebaliknya kaum laki laki hanya sekitar 7.000 kata kata per hari. Perbedaan jumlah kata kata yang diucapkan oleh wanita dan pria ini menurut hasil penelitian  yang dipublikasikan di Journal of Neuroscience erat kaitannya  dengan keberadaan protein FOXP2. Level protein FOXP2 di otak wanita lebih tinggi dibanding dengan laki laki.  Hal inilah yang mendasari wanita lebih banyak mengungkapkan perasaannya melalui ucapan.

    Kondisi saat ini memaksa wanita agar dapat terbiasa  lebih  pendiam karena adanya keterbatasan lawan bicara yang tentunya secara emosional akan berbeda.

    Saat berkomunikasi tidak langsung kita hanya dapat mengartikan ekspresi lawan bicara atas dasar ucapannya saja. Namun sebaliknya melalui komunikasi langsung emosi dan tingkat hormon yang diproduksi oleh otak kita saat berkomunikasi akan lebih dinamis karena disamping mendengarkan kata juga dapat melihat dan mengartikan bahasa tubuh lawan bicara kita.

    Bagi orang yang terbiasa aktif baik secara sosial maupun aktif di tempat kerja dan melakukan pergerakan fisik yang cukup dalam kesehariannya maka level dopamine di otak akan meningkat.  Dopamine ini bermanfaat bagi otak  kita karena termasuk kategori sistem reward yang akan membuat kita lebih  segar, lebih senang dan lebih ceria.

    Di masa pandemi dimana aktivitas dan pergerakan kita  akan sangat terbatas maka tubuh kita kurang dalam memproduksi dopamine.

    Gejala penurunan kesehatan otak itu sebenarnya dapat dengan mudah kita deteksi seperti misalnya  jika kita sudah merasakan sering lupa, kelelahan  dan sangat mudah terpicu emosinya. Masalah kesehatan otak  dikategorikan dalam tahap yang membahayakan jika sudah  terkait dengan mulai melemahnya fungsi kognitif.

    Hubungan antara stress dan penurunan fungsi kognitif ini  bukanlah sesuatu yang baru namun   sudah mulai terindentifkasi dan dipelajari ratusan tahun yang lalu dan dengan semakin berkembangan ilmu kesehatan rahasianya sudah mulai terkuak.

    Stress yang berlanjutan akan sangat berdampak pada wanita tidak saja secara emosional namun juga secara fisik.

    Salah satu dampat stress yang paling ditakuti kaum wanita adalah perubahan elastisitasitas dan struktur kulit wajah yang berdampak pada munculnya kerutan.

    Stress pada wanita  memicu munculnya kerutan pada wajah ini  tentunya sangat tidak diharapkan oleh kaum wanita karena akan menyebabkan penampilannya tampak jauh lebih tua.

     Bagaimana cara Mengatasinya?

  • Percepat Penggemukan dengan Pemandulan Sapi Jantan

    Swasembada daging tidak akan terjadi dalam waktu dekat karena banyak kendala. Kendala tersebut diantaranya adalah para peternak masih beternak secara tradisional, kepemilikan sapi per peternak hanya 2-3 ekor, rendahnya pendidikan, lemahnya pengetahuan teknologi, dan kurangnya keberpihakan pemerintah kepada sektor ini.
     
    Demikian dikatakan Guru Besar Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof.Dr Muladno dalam Dialog Pakar di RRI Bogor, belum lama ini. Namun demikian, ia menegaskan Indonesia sebagai bangsa yang besar tidak boleh berpangku tangan. 
  • Perkuliahan Perdana Program Sarjana Plus Logistik Peternakan

    Program Sarjana Plus Logistik Peternakan batch ke-1 telah diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan IPB pada tanggal 01 Agustus 2017. Kegiatan sambutan mahasiswa baru pada perkuliahan perdana dibuka oleh Prof.Dr.Ir. Sumiati,MSc selaku Wakil Dekan Fakultas Peternakan IPB beserta sejumlah tenaga pengajar lainnya. Agenda kegiatan tersebut antara lain perkenalan antara mahasiswa dengan para tenaga pengajar, gambaran mata kuliah dan perkenalan lingkungan kampus IPB secara umum. Hal ini diperlukan,mengingat para mahasiswa program Sarjana Plus Logistik Peternakan berlatarbelakang pendidikan Sarjana tidak hanya dari IPB tetapi juga dari beragam perguruan tinggi,antara lain Universitas Pajajaran, Universitas Andalas, Universitas Jambi, dan lain-lain. Para mahasiswa ini terdiri dari fresh graduate dan sudah bekerja  dengan status mendapatkan izin/tugas belajar dari instansi pemerintah maupun swasta.

    Jumlah mahasiswa aktif dalam program Sarjana Plus Logistik Peternakan Batch 1 ini sejumlah 13 orang setelah lolos seleksi administrasi dan interview dari total 50 orang pelamar. “Setiap batch nya memang hanya menerima maksimal 15 orang mahasiswa, mahasiswa yang memenuhi kriteria lulus diterima pada batch ke-1 ini sebanyak 13 orang”, jelas Dr. Despal, Spt, MscAgr selaku Koordinator Program Sarjana Plus Logistik Peternakan.

    Kegiatan perkuliahan menggunakan sistem modul dengan jadwal kuliah reguler hari senin s.d. jumat. Jadwal kuliah pada tiga bulan pertama akan dilaksanakan di dalam kelas. Sedangkan tiga bulan berikutnya akan dilaksanakan magang di perusahaan terkait logistik peternakan. Penyaluran mahasiswa untuk magang dapat dilakukan sesuai permintaan mahasiswa yang difasilitasi oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI). Mahasiswa dapat melakukan permintaan tempat magangnya di industri/perusahaan yang tergabung dalam member FLPI. Kegiatan perkuliahan dilakukan berdasarkan sistem modul.  Modul ke-1 telah dimulai pada perkuliahan hari pertama yaitu Production System For Safe Animal Products yang diampu oleh Dr.Irma Isnafia Arief, Spt , MSi. Kegiatan perkuliahan juga termasuk praktikum laboratorium , para mahasiswa sangat antusias. “Akhirnya setelah sekian tahun,bisa praktikum kembali di laboratorium”,ujar Etik, salah satu mahasiswa. Dalam mata kuliah ini ini juga turut mengundang dosen tamu dari praktisi yang menjelaskan peranan QA/QC dan manajemen keamanan pangan di industri pangan, khususnya produk olahan ternak. “Kegiatan ini sebenarnya merupakan rangkaian dari setiap mata kuliah dalam  Program Sarjana Plus Logistik Peternakan IPB mengundang praktisi sebagai dosen tamu, agar manfaatnya dapat dirasakan lebih luas maka kuliah dosen tamu ini diadakan dalam bentuk Studium General yang turut mengundang para mahasiswa Pascasarjana di Fakultas Peternakan IPB sebagai peserta”, jelas Irma.

    Kegiatan Studium General ini telah dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2017 yang bertempat di Ruang Sidang Dekanat Fakultas Peternakan, Kampus IPB Darmaga. Dosen tamu yang diundang adalah Dwi Rizki Tirtasujana, S.TP , alumni IPB dari program studi Teknologi Pangan dan Gizi yang telah berpengalaman di industri pangan selama 17 tahun. Kegiatan Studium General  diikuti secara antusias oleh 30 peserta yang terdiri dari mahasiswa Sarjana Plus Logistik Peternakan dan mahasiswa Pascasarjana Fakultas Peternakan IPB. “Meskipun sudah bekerja sebagai supervisor produksi di salah satu perusahaan ternak,namun saya ingin mengetahui lebih jauh tentang peranan Quality Control agar bisa dapat tercipta kesepahaman antar peran dalam pekerjaan”, jelas Visista salah satu mahasiswa Sarjana Plus Logistik Peternakan. (FLPI-Alin.net)

  • Perlu Upaya Ekstra untuk Memanfaatkan Limbah Pertanian sebagai Pakan Ternak

    Berdasarkan hasil penelitian Prof. Erika B Laconi, Guru Besar Tetap Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan tim, limbah pertanian dan perkebunan memiliki faktor pembatas jika dijadikan sebagai pakan ternak. Yaitu komponen lignoselulosa yang sulit dicerna dalam saluran pencernaan ruminansia dan menyebabkan produktivitas hewan rendah. Oleh karena itu, penting untuk melakukan teknik pengolahan tertentu pada limbah untuk meningkatkan kualitas nutrisi dan pada gilirannya akan berkontribusi pada peningkatan produktivitas hewan. Teknik pengolahan untuk limbah pertanian dan perkebunan sendiri terdiri dari teknik fisik, kimia dan biologi. 

    Salah satu riset mahasiswa program doktoral IPB, Sari Putri Dewi, berjudul Increasing the Quality of Agricultural and Plantation Residues Using Combination of Fiber Cracking Technology and Urea for Ruminant Feeds ini terungkap bahwa teknologi yang bernama Fiber Cracking Technology (FCT) mampu menurunkan fraksi serat dan meningkatkan kecernaan pada ternak ruminansia. 

    Menurut lulusan Terbaik Doktor pada wisuda Januari 2019 ini, penurunan fraksi serat ditunjukkan dari kerusakan ikatan lignoselulosa jelas terbukti pada metode Scanning Electron Microscopy (SEM), X-Ray Difraction (XRD) dan metode spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR). 

    Sari dan tim pembimbing yang terdiri dari Dr. Anuraga  Jayanegara,  Dr. M. Ridla, Prof. Erika B Laconi ini membuat inovasi baru berupa teknologi FCT. Alat ini berguna untuk memecah serat pada bahan berserat tinggi yang biasanya terdapat dalam produk hasil ikutan pertanian dan perkebunan. Seperti jerami padi, pelepah sawit, tandan kosong sawit, kulit buah kakao, kulit kopi, jerami jagung klobot jagung, tongkol jagung, pucuk tebu dan ampas tebu. 

    “Eksperimen ini bertujuan untuk mengevaluasi efek teknologi FCT dan penambahan urea pada nilai gizi jerami padi, daun kelapa sawit, tandan kosong kelapa sawit, kakao dan sekam kopi,” ujarnya. 

    Dalam penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa kombinasi antara suhu tinggi, tekanan tinggi dan urea telah terbukti meningkatkan nilai gizi jerami padi dan tandan kosong kelapa sawit. Urea lebih disukai daripada amonia karena aman, mudah digunakan dan mudah diperoleh. 

    “Eksperimen ini adalah kelanjutan dari studi sebelumnya untuk menjelaskan mekanisme lebih dalam mengenai peningkatan nilai gizi limbah pertanian dan perkebunan menggunakan kombinasi suhu tinggi, tekanan tinggi dan urea. Berdasarkan hasil penelitian dalam disertasi saya, saya yakin inovasi ini akan berguna bagi masyarakat bahwa hasil ikutan (by-product) pertanian dan perkebunan dapat digunakan sebagai pakan alternatif bagi ternak ruminansia,” imbuhnya. (ipb.ac.id)

  • Perlunya Penerapan Animal Welfare pada Rantai Pasok Daging Sapi

    Bertempat di ruang diskusi Program Studi Logistik Peternakan Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) tanggal 14 Mei 2018, Forum Logistik Peternakan Indonesia menggelar Pelatihan Penerapan Animal Welfare pada Rantai Pasok Sapi Potong. Acara ini dibuka Dekan Fapet Dr Ir Mohamad Yamin MAgrSc.

    Kegiatan pelatihan ini diikuti secara antusias oleh para peserta pelatihan yang berasal dari berbagai instansi, antara lain dari tim PT Cianjur Artha Makmur, tim Asuransi Ternak Jasindo, RPH Kota Cilegon, Asosiasi Distributor Daging Indonesia, member sapibagus.com dan mahasiswa S2 Logistik Peternakan IPB.

    Pelatihan dilaksanakan dalam 2 sesi, sesi pertama menerima materi, video dan diskusi yang dilaksanakan di Ruang Sidang Fakultas Peternakan IPB. Narasumber dalam sesi ini antara lain drh.Helen Fadma dari Meat & Livestock Australia. Helen menyampaikan materi tentang pentingnya penerapan kaidah Animal Welfare baik di holding ground feedlot maupun di RPH. Helen menyampaikan akan pentingnya menerapkan konsep animal welfare, baik di holding ground feedlot maupun di RPH.

    “Sangat penting diterapkan, mengingat bahwa sekecil apapun jenis kekerasan yang diterima ternak sesaat sebelum dipotong, jelas akan berdampak pada produk yang dihasilkan,” kata Helen.

  • Persiapan Ujian Kompetensi dan Sertifikasi Perunggasan, Fakultas Peternakan IPB University Berikan Pembekalan Sistem Penetasan dan Pencampuran Pakan Perunggasan

    Fakultas Peternakan (Fapet IPB University) menyelenggarakan webinar tetang sistem perunggasan telur tetas dan pencampur pakan, 21/5. Penyelenggaraan webinar bekerjasama dengan PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CP) dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)
    Agribisnis Ambissi – Bogor. Kegiatan ini merupakan pembukaan dari rangkaian acara bimbingan teknis dan pelatihan dalam rangka persiapan ujian kompetensi dan sertifikasi operator telur tetas dan pencampur pakan untuk para peserta sertifikasi khususnya, namun webinar ini terbuka untuk umum bagi siapa saja yang ingin mengetahui dunia perunggasan serta pentingnya sertifikasi kompetensi.

    Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr menyampaikan “Bisnis perunggasan di Indonesia adalah salah satu bisnis yang sangat luar biasa, melibatkan banyak pihak dari hulu ke hilir serta banyak proses dan input yang dibutuhkan untuk mendukung bisnis tersebut” ungkapnya. Dr. Idat lalu menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun ini Fapet bekerjasama dengan LSP Ambissi yang melakukan sertifikasi terhadap kompetensi calon lulusan. “Dengan melakukan sertifikasi, diharapkan peserta memiliki kemampuan yang lebih kuat sehingga memiliki daya saing yang lebih tinggi pada saat bekerja”pungkasnya.

    Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, M.S turut hadir memberikan sambutan dan gambaran mengenai sertifikasi perunggasan tersebut. Guru Besar Fapet IPB tersebut menjelaskan bahwa rencana untuk sertifikasi ini merupakan bagian dari SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah) dan untuk IPB sendiri karena di pendidikan bisa diakomodir untuk dijadikan SKS dengan MBKM yaitu 2 SKS mata kuliah. Program ini merupakan suatu tawaran dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) ke LSP, ada satu bantuan yang bisa kita manfaatkan untuk mahasiswa sebagai pendamping ijazah. Untuk sertifikasi telur tetas maupun pencampur pakan, kompetensi terdiri dari kompetensi inti yaitu K3 dan biosecurity dan kompetensi pilihan untuk telur tetas yaitu mengelola telur tetas, menetaskan telur tetas, dan pemanenan anak unggas. Kemudian untuk pencampur pakan, kompetensi pilihan yatiu mencampur bahan pakan, menghitung jumlah pakan  dan menyimpan bahan pakan dan pakan, semuanya diikuti  dengan keputusan akhirnya kompeten atau belum kompeten. “Saya harap dengan penyegaran dari Dr. Maria Ulfah dan Dr. Rita Mutia pada webinar ini, akan membuat refresh kita untuk mengikuti sertifikasi dan kegiatan ini”harapnya.

    Dalam webinar ini, dihadirkan beberapa narasumber yang memberikan materi sesuai keahliannya. Narasumber pertama yaitu Dosen Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fapet Dr. Maria Ulfah, S.Pt., M.Sc.Agr. memaparkan sejumpah materi dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kapasitas individu terkait penetasan telur unggas. Beberapa hal yang disampaikan meliputi tahapan penetasan telur unggas, kualitas telur tetas, metode evaluasi keberhasilan penetasan dan kualitas anak unggas.

    Selanjutnya dihadirkan narasumber yang juga Dosen Fapet dari Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan  Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr menyampaikan materi pencampuran pakan unggas. “Mengapa pakan merupakan hal penting yang harus kita perhitungkan? Karena pakan merupakan biaya terbesar dalam structure cost sebuah bisnis peternakan, bisa mencapai 80%. Kita harus menyiapkan pakan dengan baik dengan gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan ternak, hal tersebut akan menjamin produktivitas ternak yang baik”urainya

    Dari kalangan industri, hadir pula alumni Fapet IPB Moh Jamaludin Malik S.Pt  yang kini menjabat sebagai GM QC Hatchery & Technical PT. Charoen Pokphand Indonesia (CP). Pria yang sudah bergabung selama lebih dari 26 tahun di CP ini menjelaskan latar belakang perkembangan teknologi penetasan perunggasan serta menyampaikan beberapa tren alat-alat yang akan digunakan di penetasan baik ayam broiler maupun layer serta berbicara tentang perubahan-perubahan teknologi yang berkembang di dunia penetasan.

    Materi terakhir disampaikan oleh Ir. Sunarbowo dari LSP Agribisnis Ambissi mengenai pentingnya Sertifikasi Kompetensi bagi mahasiswa. “Selama ini masih terjadi gap yang cukup besar antara produk hasil pendidikan formal dengan kebutuhan di dunia usaha maupun industri, kondisi ini membuat pemerintah akhirnya menerbitkan UU No 12 tahun 2012 mengenai keharusan setiap perguruan tinggi untuk memberikan sertifikat kompetensi pada setiap lulusannya” ujar pria yang akrab disapa Pak Bowo ini.  Lebih lanjut ditegaskan bahwa mahasiswa ataupun lulusan jangan terpaku pada satu sertifikat kompetensi saja, namun bekali juga dengan sertifikat yang lainnya untuk bertarung di dunia industri. (Femmy). 

  • Peternak Itik di Jatim Dibantu Lepas dari Ketergantungan Pakan oleh Tengkulak

    Prof Sumiati dari Fakultas Peternakan IPB University menjelaskan bahwa permasalahan yang dihadapi peternak itik di Desa Ringinanyar Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar, Jawa Timur yaitu peternak masih tergantung pakan dari tengkulak yang selama ini beredar. Mereka terikat kontrak dengan tengkulak yakni peternak diberikan pakan oleh tengkulak kemudian telurnya dibeli lagi oleh tengkulak. Akibatnya peternak tidak dapat berdikari, kemerdekaan peternak direnggut oleh tengkulak.

    Menjawab permasalahan tersebut, pihaknya melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University melakukan penyuluhan pembuatan ransum suplementasi maggot untuk pakan itik petelur di Balai Desa Ringinanyar Kecamatan Ponggok. Dengan penyuluhan yang dilakukan kepada peternak, dirinya berharap peternak tidak tergantung lagi dengan pakan dari tengkulak. Telurnya juga bisa dimanfaatkan menjadi tepung telur sehingga mendapatkan nilai lebih dalam produk telur.

    “Pakan yang digunakan adalah pakan dengan suplementasi maggot. Selain protein maggot yang tinggi, maggot juga bermanfaat untuk mengurangi sampah rumah tangga. Media yang digunakan dalam budidaya maggot di desa ini adalah sampah rumah tangga. Pakan sudah diujikan ke salah satu peternak di Desa Ringinanyar dan didapatkan hasil telur yang produksinya stabil bahkan cenderung naik dibandingkan dengan pakan dari tengkulak. Bobot telur yang dihasilkan juga sama dengan pakan dari tengkulak. Artinya pakan ini telah berhasil untuk diproduksi secara massal dan dapat digunakan di Desa Ringinanyar,” ujarnnya.

    Sementara itu, Dr Prayoga menjelaskan mengenai produk pertanian seperti cabai yang merupakan salah satu komoditas pertanian masyarakat Desa Ringinanyar. Pemanfaatan cabai yang masih kurang menjadi salah satu permasalahan masyarakat Desa Ringinanyar.

    Permasalahan ini dapat diatasi dengan cara mendirikan koperasi cabai. Koperasi berperan sebagai jembatan penghubung antara petani dengan pembeli. Sehingga harga cabai lebih stabil dibandingkan dengan sebelumnya.

    “Selain itu, warga juga bisa membuat produk olahan seperti tepung cabai dan bumbu instan. Tepung cabai dapat diproduksi dengan melewati beberapa tahapan antara lain penyortiran, pencucian, pengeringan, pengilingan, penyaringan dan pengemasan. Sedangkan bumbu instan diproduksi dengan cara cabai dilakukan penyortiran, pembersihan, penghancuran, penambahan gula, dipanaskan dalam wajan sampai terbentuk kristan. Selanjutnya disaring dan dikemas,” tuturnya.

    Ia menambahkan untuk bidang peternakan, menurutnya telur dapat diolah menjadi tepung telur. Tepung telur diproduksi secara mengunakan spray dryer atau dengan oven. Tepung telur dapat diolah menjadi brownis, donat, mie, spagheti dan lain-lain.
     
    Sementara itu, Kepala Desa Ringinayar, H Supangat menyampaikan bahwa Desa Ringinanyar mayoritas warganya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Yang mendominasi adalah pertanian cabai, peternakan bebek dan sapi. Berdasarkan potensi sumber daya yang ada di Desa Ringinanyar, desa ini mampu bersaing dengan desa lain, bahkan desa ini tergolong lebih maju daripada desa di sekitarnya.

    “Harapannya ke depan masyarakat bisa menerapkan ilmu yang telah diberikan oleh IPB University kepada warga kami, sehingga potensi di desa bisa dimaksimalkan dan tentunya bisa menjadi sumber penghasilan masyarakat,” tuturnya.

    Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan, Kabupaten Blitar, Drh Adi Andaka menyampaikan bahwa kedatangan IPB University di desa Ringinanyar diharapkan mampu menjawab permasalahan yang sedang dihadapi terutama dalam bidang peternakan. Khususnya pakan dan bidang pertanian khususnya pengolahan paska panen. Dengan demikian Desa Ringinanyar menjadi desa yang mandiri. (new.trubus.id)

  • Peternakan Berperan Pemenuhan Gizi dan Kurangi Malnutrisi

    Guru besar Fakultas Peternakan IPB Prof Ronny Rachman Noor mengatakan peternakan rakyat dengan ternak lokalnya berperan dalam pemenuhan gizi dan pengurangan masalah malnutrisi.

    “Peternakan rakyat dengan memanfaatkan ternak lokal dapat dijadikan andalan dalam mengurangi masalah malnutrisi di Indonesia, terutama wilayah pedesaan,” kata Ronny dalam kegiatan pra orasi guru besar IPB di Kampus Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.

    Untuk itu Ronny mengapresiasi dan mendukung program yang akan diluncurkan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yakni pengentasan kemiskinan berbasis pertanian. Program tersebut diberi nama Bekerja, singkatan dari bedah kemiskinan rakyat sejahtera. Rencananya akan diluncurkan pada tanggl 23 April mendatang di Cianjur. Program pengentasan kemiskinan berbasis pertanian dapat menjadi solusi permanen menyasar jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, serta menjangkau 1.000 desa di 100 kabupaten.

    Untuk jangka pendek, tanaman sayuran dan holtikultura bisa menjadi solusi karena bisa dipanen dalam waktu tiga bukan. Untuk jangka menengah diberikan ayam, dan kambing. Karena ayam dalam waktu enam bulan sudah bisa bertelur, dan dagingnya bisa juga dipanen. Ronny mendukung program tersebut karena sangat cocok untuk mendukung ketahanan pangan di wilayah pedesaan dan wilayah ujung Indonesia.

    “Kalau bisa pemberian ternak ini disesuaikan dengan tradisi dan kebiasaan masyarakat setempat. Jika mereka terbiasa memelihara domba, beri domba, jangan hanya ayam,” katanya.

    Menurut mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan di KBRI Cambera, Australia ini, program Bekerja yang akan diluncurkan oleh Kementan bukan barang baru, tetapi sudah pernah dilaksanakan pada era pemerintahan Presiden Soeharto.

  • Potensi Besar Maggot dalam Formulasi Ransum Pakan Unggas

    Indonesia menghasilkan limbah makanan dengan jumlah melimpah yang perlu dikelola dengan baik. Limbah makanan ini dapat dimanfaatkan sebagai media tumbuh maggot dalam proses biokonversi sampah organik menjadi bahan kaya protein.

    Maggot yang merupakan larva dari serangga Hermetia illucens atau dikenal dengan black soldier fly (BSF), sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara seperti di Jerman, Belanda dan China untuk menghasilkan sumber protein.

    Biokonversi tersebut di Indonesia diharapkan dapat bersinergi dengan masalah lingkungan melalui pengelolaan limbah organik menjadi bahan pakan alternatif pengganti tepung ikan dan MBM yang lebih murah dan berkelanjutan. Hal itu mengemuka dalam sebuah online seminaryang diselenggarakan Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI), Kamis (9/7/2020).

    Kegiatan seminar yang keempat kalinya ini menghadirkan narasumber penting di bidangnya, yakni CEO Biomagg Aminudi, Guru Besar Fapet IPB Prof Dr Dewi A. Astuti dan Prof Dr Sumiati, Dosen FPIK IPB Dr Ichsan Achmad Fauizi dan Ketua umum GPMT Desianto Budi Utomo. Seminar dipandu Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako Palu Prof Ir Burhanudin Sundu MScAg PhD.

    Dalam acara tersebut, Sumiati memaparkan tentang berbagai manfaat budi daya maggot, antara lain mampu mengonversi biomassa berbagai material limbah organik seperti kotoran hewan, limbah organik perkotaan, kotoran manusia segar, maupun limbah sayuran pasar.

    Manfaat berikutnya maggot dapat mereduksi bau potensial limbah sekitar 50-60%, sehingga dapat mereduksi polusi, bakteri patogen, bau dan populasi lalat rumah dengan mengurangi kesempatan lalat rumah untuk oviposisi.

    Maggot juga bisa menjadi sumber nutrien karena memiliki kandungan nutrien yang tinggi (protein, asam amino, lemak, mineral) sebagai pakan ternak,” kata Sumiati.

    Ia menunjukkan beberapa penelitian tentang penggunaan maggot dalam ransum unggas. “Penggunaan maggot sampai 15% sebagai pengganti soya bean meal dan soya bean oil tidak berefek negatif terhadap digestibility, performa produksi, kualitas karkas dan daging puyuh,” jelasnya.

    Penelitian lain juga menunjukkan, pemberian maggot pada ayam petelur dapat mengangkat kualitas telur dan menurunkan angka konversi pakan. 

    “Substitusi tepung kedelai secara sebagian atau menyeluruh dengan tepung maggot tidak mempengaruhi asupan pakan, performa produksi, bobot telur dan efisiensi pakan,” kata Sumiati mengutip sebuah hasil penelitian tentang maggot pada ayam petelur. Dengan demikian, maggot memiliki potensi untuk digunakan sebagai sumber protein alternatif pada hewan unggas petelur. (majalahinfovet.com)

  • Potensi Ulat Hongkong sebagai Sumber Bahan Pakan

    Lahan pertanian padi di Indonesia mencatat ada 500 spesies serangga yang bermanfaat dan 130 spesies hama, dan ada sekitar 97% serangga yang bermanfaat dan kurang dari 1% merugikan. Salah satu serangga yang berpotensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bisnis adalah ulat hongkong atau meal worm.

    Dosen Fakultas Peternakan IPB Dr. Yuni Cahya Endrawati, S.Pt., M.Si dalam sebuah pelatihan online tentang satwa harapan yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB pada 27 Juni 2020 lalu menjelaskan tentang kandungan nutrisi pada ulat hongkong. Pelatihan juga menghadirkan pula narasumber penting lainnya yakni Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof Dr. Asnasth M Fuah, MS, dan Founder PT Sugeng Jaya Group Koes Hendra Agus Setiawa, S.Pt.

    Yuni menguraikan, pada ulat hongkong segar, terkandung 20% protein, 13% lemak, 2% serat, and 62% KA. Adapun jika dalam kondisi kering, mengandung 53% protein, 28% lemak, 6% serat, and 5% KA;47,2-60,3% protein, 31,1-43,1% lemak, 7,4-15% serat, 1-4,5% abu. Asam lemak utama yang terdapat pada ulat hongkong yakni linolenic acid (19.7%), palmitic acid (17.6%), linoleic acid (16.3%), and stearic acid (11.4%).

    Mengutip berbagai hasil penelitian, Yuni menjelaskan ulat hongkong sangat bagus sebagai sumber protein pakan ikan dan hewan peliharaan, dapat menggantikan tepung ikan pada pakan anak ikan, dan autorisasi untuk pakan ikan. Penelitian lain juga menunjukkan, ulat hongkong dapat diberikan sebagai pakan ayam, dan tidak ada dampak negatif. “Penggantian sampai dengan 50% tepung ikan pada pakan tidak menurunkan performa ikan,” kata Yuni Cahya Indrawati (agropustaka.id)

  • Prestasi Membanggakan Dosen dan Tenaga Kependidikan Fakultas Peternakan di Tingkat IPB

    Institut Pertanian Bogor pada tanggal 2 Juni 2016  menyelenggarakan seleksi Dosen, Ketua Program Studi, dan Tenaga Kependidikan Berprestasi Tingkat IPB Tahun 2016. Prestasi membanggakan berhasil diraih oleh dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Peternakan.

    Prof. Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr.  sebagai Dosen Berprestasi Peringkat I dan akan mewakili IPB ke tingkat nasional. Saat ini,  Prof. Luki  bertugas sebagai dosen dan peneliti di Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. 

    Beliau memiliki sejumlah inovasi dalam penyediaan hijauan pakan ternak berkualitas tinggi dari budidaya tanaman hingga upaya pengawetan, salah satunya adalah Indigofera yang dikembangkan dari hulu sampai hilir sehingga menjadi konsentrat hijau (KoHi).

    Irma Nuranthy Purnama, S.Pt., M.Si. sebagai Tenaga Kependidikan Berprestasi Peringkat I untuk Kategori Administrasi Umum. Beliau bertugas sebagai Technical Editor di Media Peternakan, Journal of Animal Science and Technology sejak tahun 2004. Beliau bertanggungjawab dalam kegiatan administrasi, membantu proses manajemen, dan pengembangan jurnal, serta membantu internasionalisasi Media Peternakan sehingga dapat diindeks salah satu lembaga pengindeks bereputasi,  yaitu SCOPUS, sejak tahun 2016.

    Laeli Komalasari, SP, M.Si. sebagai Tenaga Kependidikan Berprestasi Peringkat II untuk Kategori Pranata Laboratorium. Beliau membuat karya inovasi mesin tetas 200 butir yang dilengkapi dengan inverter sehingga mesin tetap beroperasi meskipun listrik padam. Alat ini masih dalam tahap penyempurnaan untuk dapat digunakan secara layak. Beliau bertugas di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB.

    Selamat atas prestasi yang diraih, semoga dapat memacu prestasi-prestasi lainnya dan memajukan Fakultas Peternakan IPB.