News

  • Prof Ronny Rahman Noor: Teknologi Pengenalan Suara Berbasis AI Penentu Keberhasilan Budidaya Ayam Masa Depan

    Di era tahun 1990-an, studi tentang pengenalan jenis suara ayam sudah secara intensif dilakukan. Hal ini diungkapkan oleh Prof Ronny Rahman Noor, Ahli Genetika Ternak IPB University. Dalam tulisannya yang diterima Humas IPB University, 30/6, Prof Ronny menerangkan peran Artificial Intelligent (AI) atau kecerdasan buatan dalam mendorong produktivitas ternak dengan optimal. 
     
    "Saya masih ingat ketika mengunjungi salah satu lembaga penelitian di Jerman pada era 1990-an. Ada kelompok peneliti yang memfokuskan topik penelitiannya untuk menganalisa suara ayam. Tujuannya untuk mengidentifikasi jenis suara ayam yang dapat menggambarkan apakah ayam tersebut sedang dalam keadaan senang, gelisah atau dalam keadaan stress," ujarnya.
     
    Walaupun di era tersebut perkembangan teknologi masih terbatas, tambahnya, namun peneliti sudah berhasil membedakan perbedaan jenis suara ayam yang ditempatkan pada kondisi yang berbeda.  "Dalam pemeliharaan ayam yang dilakukan secara intensif, manajemen pemeliharaan ayam memegang peran dalam menentukan keberhasilan produksinya. Artinya jika manajemen pemeliharaan baik, maka dapat diharapkan produktivitas ayamnya juga tinggi," ungkap Prof Ronny. 
     
    Menurutnya, salah satu jenis suara ayam yang berhasil diidentifikasi adalah suara jenis panggilan darurat (distress call) yang dapat dijadikan indikator bahwa ayam tersebut sedang stres.  Prof Ronny menjelaskan, "Jika nantinya hasil analisa suara ini menunjukkan adanya suara jenis panggilan darurat yang frekuensi di luar batas normal, maka akan menjadi tanda bagi peternak bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam kandang dan harus segera diperbaiki agar produktivitas ayam yang dipeliharanya tidak terganggu". 
     
    Namun begitu, Prof Ronny menegaskan bahwa keberadaan teknologi pengenalan suara berbasis kecerdasan buatan ini memang tidak dimaksudkan mengganti tugas manusia sepenuhnya dalam budidaya ayam modern.  "Peran manusia dalam melakukan inspeksi harian dalam budidaya ayam masih sangat vital. Paling tidak keberadaan teknologi pengenalan suara ini dapat membantu meringankan tugas peternak dan meningkatkan penghasilannya," tutupnya (ipb.ac.id)

  • Prof Sumiati: Telur Itik Fungsional Tingkatkan Imun Tubuh

    Pada kondisi pandemi Covid-19saat ini, imun tubuh harus kuat. Salah satu solusi dan yang paling utama adalah mengkonsumsi makanan yang dapat mendukung atau meningkatkan  imunitas tubuh. Telur itik fungsional merupakan salah satu pangan yang sangat baik dikonsumsi untuk meningkatkan imunitas tubuh.  

    "Telur itik fungsional adalah telur yang telah didesain melalui rekayasa nutrien pakan untuk menghasilkan telur dengan kandungan nutrien/zat nutrisi tertentu lebih tinggi atau lebih rendah dari telur asalnya.  Hal ini bertujuan untuk mendukung kebutuhan konsumen akan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat, yang dimulai dari imun yang kuat," kata Prof Dr Sumiati dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (6/5).

    Prof Sumiati adalah dosen Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) yang juga Dekan Fakultas Peternakan IPB Universitysebagai peneliti itik fungsional.  Ia menyebutkan, telur itik ini tinggi antioksidan, tinggi vitamin A, tinggi asam lemak omega 3 dan rendah kolesterol. “Selain itu, yang paling utama adalah telur itik ini mengandung protein dan asam asam amino esensial berkualitas tinggi,” ujarnya.  

    Kandungan nutrien telur itik fungsionaladalah 12,81 persen protein,  13,77 persen lemak, 5,10 persen omega 3 dari total asam lemak, 10,18 persen omega 6 dari total asam lemak, rasio omega 3 : omega 6 adalah 1:3. Kandungan vitamin A sebesar 1675 IU per 100 gram telur, mengandung 7,63 miligram kolesterol per gram kuning telur (lebih rendah dari telur itik pada umumnya). “Di samping itu, telur itik ini juga mengandung banyak vitamin dan mineral yang sangat diperlukan tubuh,” tuturnya.

    Kenapa telur itik fungsional dapat meningkatkan imun tubuh? Menurut Prof Sumiati,  protein dan asam amino sangat diperlukan untuk pertumbuhan jaringan dan memperbaiki sel-sel yang rusak dalam tubuh, pengaturan imun tubuh, bahan pembuat enzim, bahan pembuat hormon. Berbagai jenis protein dalam telur berfungsi sebagai antimikroba, anti bakteri pathogen dalam saluran pencernaan, sehingga memperkuat imunitas tubuh. Ada beberapa jenis protein yang dikandung telur (lysozyme, cystatin, ovomucin, ovotransferrin), selain berfungsi sebagai anti bakteri, juga sebagai anti virus.  

    "Kedua, manfaat asam lemak omega 3 di antaranya adalah untuk meringankan gejala depresi, mencegah kerusakan otak seperti demensia pada lansia, untuk perkembangan otak pada anak-anak, meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) untuk mencegah plak pada pembuluh darah," ujarnya.

    Prof Sumiati menambahkan bahwa kandungan vitamin A yang tinggi dalam telur itik fungsional sangat diperlukan untuk menjaga fungsi penglihatan, memperkuat sistem imun, menjaga kesehatan tulang. “Dan masih banyak lagi manfaat zat nutrisi yang ada dalam telur itik untuk meningkatkan imunitas tubuh,” tuturnya. (republika.co.id)

  • Prof Sumiati: Telur Itik Fungsional Tingkatkan Imun Tubuh Di Kala Pandemi COVID-19

    Pada kondisi pandemi COVID-19 saat ini, imun tubuh harus kuat. Salah satu solusi dan yang paling utama adalah mengkonsumsi makanan yang dapat mendukung atau meningkatkan  imunitas tubuh. Telur itik fungsional merupakan salah satu pangan yang sangat baik dikonsumsi untuk meningkatkan imunitas tubuh.  

    "Telur itik fungsional adalah telur yang telah didesain melalui rekayasa nutrien pakan untuk menghasilkan telur dengan kandungan nutrien/zat nutrisi tertentu lebih tinggi atau lebih rendah dari telur asalnya.  Hal ini bertujuan untuk mendukung kebutuhan konsumen akan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat, yang dimulai dari imun yang kuat," kata Prof Dr Sumiati, dosen Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) yang juga Dekan Fakultas Peternakan IPB University sebagai peneliti itik fungsional.  

    Telur itik ini tinggi antioksidan, tinggi vitamin A, tinggi asam lemak omega 3 dan rendah kolesterol. Selain itu, yang paling utama adalah telur itik ini mengandung protein dan asam asam amino esensial berkualitas tinggi.  

    Kandungan nutrien telur itik fungsional adalah 12,81 persen protein,  13,77 persen lemak, 5,10 persen omega 3 dari total asam lemak, 10,18 persen omega 6 dari total asam lemak, rasio omega 3 : omega 6 adalah 1:3. Kandungan vitamin A sebesar 1675 IU per 100 gram telur, mengandung 7,63 miligram kolesterol per gram kuning telur (lebih rendah dari telur itik pada umumnya). Di samping itu, telur itik ini juga mengandung banyak vitamin dan mineral yang sangat diperlukan tubuh.

    Kenapa telur itik fungsional dapat meningkatkan imun tubuh? Menurutnya protein dan asam amino sangat diperlukan untuk pertumbuhan jaringan dan memperbaiki sel-sel yang rusak dalam tubuh, pengaturan imun tubuh, bahan pembuat enzim, bahan pembuat hormon. Berbagai jenis protein dalam telur berfungsi sebagai antimikroba, anti bakteri pathogen dalam saluran pencernaan, sehingga memperkuat imunitas tubuh. Ada beberapa jenis protein yang dikandung telur (lysozyme, cystatin, ovomucin, ovotransferrin), selain berfungsi sebagai anti bakteri, juga sebagai anti virus.  

    "Kedua, manfaat asam lemak omega 3 diantaranya adalah untuk meringankan gejala depresi, mencegah kerusakan otak seperti demensia pada lansia, untuk perkembangan otak pada anak-anak, meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) untuk mencegah plak pada pembuluh darah," ujarnya.

    Prof Sumiati menambahkan bahwa kandungan vitamin A yang tinggi dalam telur itik fungsional sangat diperlukan untuk menjaga fungsi penglihatan, memperkuat sistem imun, menjaga kesehatan tulang. Dan masih banyak lagi manfaat zat nutrisi yang ada dalam telur itik untuk meningkatkan imunitas tubuh (ipb.ac.id)

  • Prof Sumiati: Tidak Perlu Lagi Takut, Kini Produk Unggas Bisa Rendah Kolesterol dengan Rekayasa Pangan Fungsional

    Kandungan kolesterol tinggi pada produk telur dan daging unggas seringkali menjadi musuh masyarakat. Belum lagi angka kejadian penyakit kardiovaskular seperti stroke dan jantung semakin meningkat. Diprediksi angka kejadiannya akan meningkat mencapai 23,4 juta kematian di tahun 2030.

    Prof Sumiati, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan (Fapet) mengatakan, kini masyarakat tidak perlu khawatir lagi, produk unggas yang dulunya tinggi kolesterol bisa dikondisikan dengan rekayasa nutrisi pangan fungsional.

    “Selain manfaat dasar, produk unggas fungsional dapat mengatasi beberapa masalah kesehatan seperti menurunkan kolesterol darah dan stroke, mengatasi defisiensi vitamin A dan mengatasi kekurangan protein,” kata dia dalam Webinar Series Himpunan Mahasiswa Nutrisi Ternak (Himasiter) 2023 Unggas dengan topik ‘Inovasi Rekayasa Nutrisi untuk Menghasilkan Produk Unggas Fungsional’.

    Ia menjelaskan, patokannya adalah rasio kandungan asam lemak omega-3 dan omega-6 yang sehat. Pangan sehat mengandung rasio omega-6 terhadap omega-3 senilai 1:1 sampai 1:4. Nilai ini menjadi patokan untuk merekayasa pangan telur dan daging agar mendekati sehat. Rekayasa nutrisi ini dapat dilakukan melalui pemberian pakan khusus.

    “Produk telur dan daging unggas sehat dapat diproduksi melalui fortifikasi sehingga meningkatkan kandungan vitamin dan omega-3. Dengan pemberian pakan khusus rekayasa nutrisi telur atau daging akan menawarkan fungsi sempurna di alam yang telah disediakan dalam produk itu sendiri,” jelasnya. 

    Misalnya, sebut Prof Sumiati, dengan pemberian minyak ikan dari limbah pengolahan ikan atau alga. Hasil penelitian menemukan bahwa dengan fortifikasi tersebut, kandungan omega-3 pada produk unggas meningkat.

    “Hasil produksi telur itik mengandung asam lemak omega-3 yang tinggi dengan pemberian lima persen minyak ikan lemuru dan tepung pucuk daun singkong. Kandungan omega-3 meningkat hingga 78 persen. Di samping tinggi omega-3, rasio omega-3 dan 6 juga bernilai 5,3 atau mendekati sehat,” ungkapnya.

    Sementara, ia melanjutkan, produk unggas kaya vitamin A dapat diproduksi dengan suplementasi seng organik dari tepung daun katuk dan penggunaan minyak sawit dalam pakan. Rekayasa nutrisi ini menghasilkan produk unggas rendah lemak dan kolesterol serta kaya vitamin.

    “Bukti nyata hubungan antara pangan yang dikonsumsi dengan kejadian serangan jantung ditemukan pada rasio kandungan asam lemak omega-3 terhadap omega-6 di berbagai belahan dunia. Bila makanan dengan rasio omega-6 lebih tinggi, kejadian serangan jantungnya juga sangat tinggi,” lanjut dia. Bukti tersebut dapat dilihat dari masyarakat Jepang dan Greenland yang mengonsumsi pangan seperti ikan dengan rasio omega-3 lebih tinggi.

    Saat ini kesadaran akan hidup sehat, memperhatikan nutrisi yang mereka konsumsi dan menghindari terjadinya risiko penyakit menyebabkan kebutuhan pangan fungsional meningkat di tengah masyarakat. Tidak terkecuali produk unggas fungsional.

    “Paling tidak, sebagai produsen ternak telur dan daging unggas harus mampu memproduksi pangan yang sehat sehingga dapat mencegah penyakit degeneratif akibat tingginya kandungan kolesterol,” pungkas Prof Sumiati (ipb.ac.id)

  • Prof Yuli Retnani: Pemanfaatan Pengolahan Pakan Jadi Tumpuan Konsumsi Masa Depan

    Guru Besar IPB University di bidang Ilmu Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Prof Dr Yuli Retnani mengatakan bahwa produk utama pertanian (main product) biasanya dikonsumsi oleh manusia. Adapun produk sampingan (by product) dan  limbah (waste product) biasanya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Namun, dengan berkembangnya berbagai teknik pengolahan dan adanya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan manusia, banyak sumber bahan baku pakan yang berasal dari pertanian, yang merupakan by product, dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Hal ini menyebabkan sumber bahan baku pakan ternak sulit didapatkan. 

    Selain persaingan dengan kebutuhan untuk konsumsi manusia, menurutnya kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian cenderung mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan berkembangnya struktur perekonomian. Keadaan tersebut berdampak pula dengan semakin sempitnya lahan hijauan untuk peternakan. Pada saat ini hampir 70 persen peternak tidak memiliki lahan hijauan yang cukup. Padahal pakan yang berkualitas sangat menunjang terhadap produk peternakan yang dihasilkan. Di samping itu produk peternakan sangat dibutuhkan sebagai penyokong kebutuhan protein hewani.

    "Salah satu cara untuk meningkatkan imunitas adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang dengan asupan pangan asal hewan yang aman, sehat dan halal. Pemenuhan kebutuhan hewani tersebut dapat berupa daging, susu dan telur. Saat ini, produk peternakan yang dihasilkan belum memenuhi standar, baik dari segi kuantitas dan kualitas. Salah satu penyebabnya adalah ketersediaan pakan untuk ternak belum mencukupi dalam berbagai aspek. Sehingga harus dipikirkan bagaimana cara pemenuhan pakan tersebut, disamping dengan kondisi lahan hijauan yang semakin lama akan semakin tergerus dengan lahan industrialisasi,” ujarnya. 

    Salah satu cara untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan pengolahan pakan yang efektif dan efisien. Karena pada masa yang akan datang pakan akan menjadi tumpuan untuk menghasilkan produk ternak yang berkualitas. Mengapa pengolahan pakan sangat penting? 

    Prof Yuli mengurai, hasil pertanian sangat melimpah di saat musim panen, tetapi hasil pertanian tersebut mempunyai karakteristik mudah busuk, voluminous, dan musiman, sehingga diperlukan proses pengolahan. Pengolahan pakan dilakukan untuk memanfaatkan sumber daya bahan baku yang melimpah, tidak berdayaguna, terbuang, menjadi pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak.  

    "Daging, susu dan telor sebagai sumber pangan utama harus tersedia sepanjang tahun dengan kualitas yang baik agar ketahanan pangan hewani terjaga, sehingga pakan harus tersedia sepanjang musim dan berkualitas. Pandemi COVID-19 ini mempunyai dampak pada berbagai sektor ekonomi, juga adanya peningkatan jumlah tenaga kerja yang di PHK, tetapi kebutuhan ekonomi keluarga harus tetap terpenuhi. Ketahanan pangan suatu keluarga yang terdampak pandemi COVID-19 ataupun resesi ekonomi tidak boleh dibiarkan terganggu. Sehingga kegiatan kreatif untuk mempertahankan ketahanan pangan keluarga harus ditingkatkan, salah satunya adalah kemampuan menyediakan protein hewani untuk kebutuhan keluarga dengan cara kreatif, bahkan apabila memungkinkan menjadi sumber income baru bagi sebuah keluarga," tuturnya.

    Prof Yuli menjelaskan, penyediaan protein hewani yang kreatif, dapat dilakukan oleh keluarga dengan memelihara ternak atau ikan yang dapat cepat menghasilkan produk, membutuhkan lahan yang kecil, berbiaya murah, dan mampu memenuhi kebutuhan konsumsi makan sehari-hari. Kegiatan kreatif tersebut bisa didapatkan dengan membuat ketahanan pangan keluarga yang berasal dari pemeliharaan ayam dan ikan lele. Ternak atau ikan yang dipelihara sendiri dengan pemberian pakan yang berasal dari pengolahan pakan sederhana dan bahan baku yang baik akan menghasilkan protein hewani lebih berkualitas.

    "Pengolahan pakan  dapat dilakukan dengan berbagai cara, dimulai dari pengolahan fisik, kimia dan biologi. Pengolahan pakan dapat ditujukan untuk menjaga ketahanan pangan di sepanjang musim ataupun pada saat bencana dengan cara mengolah bahan baku melimpah saat panen, mengolahnya, dan menyimpan sebagai stock cadangan di musim kemarau, bencana maupun musim paceklik. Pengolahan pakan juga dapat dilakukan sesuai tujuan tertentu, misalnya untuk menghasilkan daging berkualitas, telor omega, susu berkalsium tinggi, ayam organik, dan daging rendah kolesterol dan produk berkualitas lainnya," ujarnya.

    Pengolahan pakan di masa depan akan menjadi tumpuan harapan bahwa ketersediaan stok pakan akan terjamin, sehingga produk ternak yang dikonsumsi manusia pun menjadi tersedia dan tercapai ketahanan pangan yang berkelanjutan (ipb.ac.id)

  • Prof. Dr. Asep Sudarman: Pemberian Gaplek dan Daun Singkong Fermentasi Mampu Tingkatkan Bobot Badan Ternak

    Strategi pengembangan peternakan di Indonesia sebaiknya diarahkan ke perbanyakan populasi ternak karena peningkatan produktivitas per individu ternak akan sulit untuk dicapai. Hal ini disampaikan Prof Dr Asep Sudarman, Guru Besar IPB University bidang Ilmu Nutrisi Ternak, Fakultas Peternakan dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar, (5/11).

    Dalam paparannya yang berjudul Pengembangan Industri Peternakan Nasional melalui Strategi Nutrisi yang Tepat dengan Menciptakan Ketahanan Pakan Berkualitas, Prof Asep mengungkapkan bahwa pemberian pakan kepada ternak ruminansia secara tradisional yaitu hanya diberi jerami padi dan rumput sepuasnya, ternyata tidak menunjukkan adanya pertambahan bobot badan pada ternak tersebut.

    “Berdasarkan riset kami, kerbau yang dipelihara secara tradisional, diberi jerami padi dan rumput sepuasnya, setelah dua minggu pemeliharaan menunjukkan bahwa bobot badannya tidak mengalami kenaikan. Sebaliknya, kerbau yang diberi tambahan konsentrat berupa 50 persen gaplek dan 50 persen daun indigofera sebanyak satu kilogram per ekor per hari, menghasilkan kenaikan bobot badan sebesar 732 gram per ekor per hari yang juga ditandai dengan terkoreksinya status nutrisi kerbau. Pemberian daun singkong hasil fermentasi kepada domba sebanyak 20 persen juga menghasilkan produksi yang setara dengan domba yang diberi 20 persen konsentrat, " jelas dosen IPB University yang akan melakukan Orasi Ilmiah Guru Besar pada Sabtu (7/11) ini.

    Ketidakcukupan nutrisi pada ternak karena terbatasnya ketersediaan dan pemberian pakan berkualitas tinggi, menurutnya dapat menghambat program pengembangan peternakan nasional. Ini yang menyebabkan beberapa program pengembangan peternakan yang kurang berhasil.  

    Menurutnya, Amerika dan Brazil berhasil mengembangkan industri peternakannya karena mereka memiliki sediaan pakan yang melimpah. Amerika dengan Corn Belt-nya memiliki kawasan luas penghasil jagung dan kedelai dengan luas tanam masing-masing 36,1 juta hektar. Sedangkan keberhasilan Brazil adalah dengan mengonversi hutan Amazon menjadi lahan jagung, kedelai dan peternakan. Brazil memiliki luas panen jagung 19,5 juta hektar dan kedelai mencapai 38,6 juta hektar.

    “Pola pikir lama yang menyatakan ada persaingan antara kebutuhan pangan untuk manusia dan kebutuhan pakan untuk ternak, harus segera ditinggalkan. Perlu diciptakan pola pikir baru bahwa penyediaan pakan ternak berkualitas baik dan kebutuhan manusia bukanlah suatu persaingan. Keduanya harus diproduksi secara simultan dengan jumlah berlimpah melalui perluasan area tanam secara signifikan, khususnya di daerah-daerah dengan kepadatan penduduk yang rendah,” ujarnya.

    Membangun ketahanan pakan berkualitas tinggi adalah keharusan guna mewujudkan pengembangan industri peternakan yang berkelanjutan dan tangguh secara nasional maupun global. Keberhasilan Amerika Serikat dan Brazil dalam mengembangkan industri peternakannya perlu menjadi bahan pembelajaran untuk ditiru oleh kita.

    Selain itu, produk ternak merupakan sumber protein berkualitas tinggi yang berguna untuk mendukung terciptanya sumberdaya manusia nasional berkualitas, guna menghadapi era persaingan global.  

    “Produk ternak juga bernilai ekonomis tinggi. Di Jepang misalnya, harga satu porsi steak Wagyu bisa mencapai lebih dari dua juta rupiah. Oleh karena itu, peternakan adalah sektor yang dapat diandalkan untuk menjadi penggerak roda pembangunan ekonomi nasional,” imbuhnya (ipb.ac.id)

  • Prof. Dr. Dewi Apri Astuti Bagikan Strategi Menjaga Kestabilan Harga Daging di Indonesia

    Akhir pekan ketiga di bulan Januari 2021, para pedagang daging sapi di pasar Jabodetabek memutuskan untuk mogok berjualan. Aksi tersebut tentu akan berdampak pada langkanya ketersediaan daging sapi baik untuk konsumsi rumah tangga maupun rumah makan serta menurunnya penjualan komoditas lain karena sepinya pengunjung pasar.

    Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Dr Dewi Apri Astuti menguraikan beberapa penyebab yang menjadi dasar terjadinya kenaikan harga daging sapi yang membuat para pedagang daging sapi mogok berjualan.
    “Sebetulnya masalah harga daging yang melonjak sampai pedagang di Jabodetabek mogok merupakan rangkaian panjang yang berkaitan dengan supply dan demand daging sapi hingga model peternakan Indonesia,” ujarnya.

    Ketua Divisi Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB University tersebut menyampaikan bahwa sentra produksi daging sapi lokasinya sedikit berjauhan dengan konsumen yang tinggi di sekitar Jabodetabek. Daging sapi diproduksi dalam jumlah yang tinggi di wilayah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan dan Bali.

    Sedangkan mayoritas konsumen daging sapi berada di wilayah Jabodetabek sehingga membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk mendatangkan daging sapi dan bakalan dari daerah-daerah tersebut ke wilayah Jabodetabek. Kondisi tersebut mengakibatkan wilayah Jabodetabek sangat bergantung pada impor dari Australia, baik daging beku maupun bakalan yang telah dilakukan penggemukan di wilayah sekitar Jawa Barat, atau mendatangkan dari provinsi lain yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak murah.

    “Kendala kedua adalah produksi daging sapi di Indonesia tidak mampu menutupi kebutuhan konsumsi. Di tahun 2020, Indonesia sudah memproduksi 422 ribu ton. Namun kita masih harus melakukan impor sebanyak 290 ribu ton ditambah dengan 123 ribu ekor bakalan yang setara 413 ribu ton daging,” tambahnya.

    Untuk memenuhi kebutuhan daging sapi yang jauh di atas kemampuan produksi, Indonesia mengandalkan impor dari negara tetangga seperti Australia. Ketergantungan pada negara tersebutlah yang menjadi faktor eksternal melambungnya harga sapi di pasaran.

    “Seperti yang kita tahu, Australia beberapa tahun terakhir mengalami kekeringan yang menyebabkan kebakaran hutan yang cukup parah. Sehingga banyak padang gembala sapi yang rusak dan menyebabkan populasi sapi menurun,” imbuhnya.

    Faktor eksternal kedua adalah adanya pesaing lain yang menjadi konsumen Australia yakni negara China dan Vietnam, yang mana keduanya menawarkan harga beli yang lebih tinggi. Kedua negara tersebut mengimpor sapi untuk dilakukan penggemukan dalam negeri sebagai upaya swasembada daging sapi di negara masing-masing.

    “Dengan stok produk yang menurun akibat bencana dan demand yang meningkat karena adanya tambahan pesaing maka otomatis harga melambung,” jelasnya.

    Untuk itu, setidaknya ada empat strategi yang dapat diusahakan untuk mencegah terjadinya kenaikan daging sapi yang tidak terkendali di masa depan. Pertama dengan mendorong serta mendukung para peternak untuk memproduksi daging sapi dan bakalan dengan kualitas yang baik melalui pelatihan dan pendampingan dari mulai pembibitan, reproduksi, hingga pemeliharaan kesehatan.

    “Saya pernah ke padang gembala di Darwin, Australia. Ternyata kondisinya sama dengan yang kita miliki di NTT, NTB, dan Sulawesi Selatan. Entah itu sapi lokal atau persilangan, kita punya potensi yang besar untuk memperbanyak produksi daging sapi,” tandasnya.

    Kedua, Indonesia tidak boleh lagi bergantung hanya pada satu negara. Ketergantungan pada satu negara membuat bargaining position kita menjadi lebih rendah. Negara yang mungkin bisa dicoba untuk memasok sapi adalah Meksiko dan Brazil.

    “Ketiga, kita harus memainkan regulasi secara tegas. Terkait pemotongan sapi betina produktif misalnya. Datanya tidak bisa kita temukan, namun di lapangan banyak terjadi dalam jumlah yang besar. Padahal sapi betina produktif ini adalah bibit yang dapat kita andalkan dalam upaya swasembada daging sapi,” ujarnya.

    Terakhir, adalah melakukan diversifikasi daging. Di Indonesia, daging lain yang biasa dimakan selain daging sapi adalah daging domba, kambing, ayam, serta kelinci. Untuk masyarakat yang boleh mengonsumsi daging babi pun bisa mulai meragamkan penggunaan daging babi dalam sajian kuliner. Bahkan saat ini sudah mulai dikenalkan daging rusa untuk dijadikan sumber daging merah

  • Prof. Dr. drh. Hasim D.E.A Sampaikan Kunci Silaturahmi dan Kebersamaan Pada Acara Halal bi Halal Fapet 2024

    Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar Halal bi Halal 1445 H dan Pelepasan Purnabakti  di Auditorium J. H. Hutasoit, Fakultas Peternakan pada Selasa 25/4. Kegiatan yang mengusung tema “Semangat Idul Fitri : Perkuat Silaturahmi, Kebersamaan dan Prestasi” ini dihadiri oleh ratusan sivitas akademika Fapet yang terdiri dari Pimpinan, Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Para Pensiunan dan keluarga Pensiunan yang sudah berpulang.

    Dekan Fapet Dr. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr dalam sambutannya mengatakan “Acara dengan tema kita memperkuat silaturahmi dan juga kebersamaan tapi pada tahun ini tambah lagi dengan prestasi jadi kita selalu berharap bahwa memperkenalkan terus identitas dalam rangka menjalankan tugas-tugas kita selaku industri pencetak sumber daya manusia yang unggul dalam bidang peternakan”.

    Apresiasi juga disampaikan oleh Dekan Fapet kepada Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (Hanter) “Tahun ini kami dapat bantuan beasiswa dari Hanter untuk mahasiswa Fapet dan setiap tahun juga selalu memberikan perhatian kepada seluruh pensiunan Fapet”ungkapnya. “Untuk purnabakti Fapet tahun ini ada 6 orang, terima kasih atas dedikasi dan pengabdian serta kontribusi yang luar biasa dari para purnabakti. Harapannya agar para pensiunan terus bersama-sama kami, memberikan saran bagi pengembangan Fakultas, suatu hal yang sangat berharga bagi kami.” pungkasnya.

    Acara halal bi halal Fapet 2024 juga menghadirkan Guru Besar Biokimia IPB Prof. Dr. drh. Hasim D.E.A sebagai penceramah. Prof. Hasim mengawali ceramhanya dengan kesan yang baik terhadap Fapet “Kecerdasan bangsa terletak disini karena kekurangan protein membuat generasi kita stunting”ujarnya.

    Selanjutnya disampaikan beberapa hal terkait bulan Ramdhan dan Syawal. “Ketika kita masuk bulan Syawal seperti ini, saya yakin Bapak/Ibu yang sudah berpuasa Ramadhan tidak punya dosa  terhadap Allah dan memiliki karakter taqwa, karakter ahli surga di akhirat nanti. Karakter orang-orang yang terbaik di muka bumi menjadi kunci bagi keberkatan dari langit dan bumi”jelasnya.

    Selanjutnya dipaparkan beberapa strategi agar kita setelah keluar dari Ramadhan sampai mati nanti bisa diampuni dan masuk surga Allah, yaitu menjaga taqwa, cirinya selalu infaq yang merupakan kunci silaturahmi dan kebersamaan. “Infaq dalam kaya maupun miskin, jika tidak ada harta, kita bisa shodaqoh dengan senyum kepada sesama, atau berdzikir dan bertasbih. Bagaimana shodaqoh kita di kampus? Menulis jurnal, dibaca oleh orang yang tadinya tidak tahu tentang komposisi pakan yang bagus untuk sapi jadi mengerti. Itu adalah infaq dan shodaqoh yang luar biasa”jelasnya.

    Strategi lain yang juga disampaikan antara lain adalah dengan menahan amarah, dan menjadi pemaaf, sesuai dengan tema halal bihalal dan suka bertaubat. Berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa, senantiasa mengingat Allah, istighfar, menjauhi sifat fasik dan wataknya tenang. kunci terakhir yaitu istiqomah dan menghadapi masalah dengan sabar (Femmy).

     

     

  • Prof. Luki Abdullah Raih Penghargaan Dosen berprestasi Nasional

    Dosen Fakultas Peternakan IPB kembali mengukir prestasi di tingkat nasional, yaitu Prof. Luki Abdullah, yang berhasil meraih penghargaan peringkat kedua dalam kategori Dosen berprestasi tingkat nasional.  Bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-88, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi memberikan penghargaan kepada insan pendidik dan tenaga kependidikan berprestasi. Penghargaan tersebut diberikan pada acara Anugerah Pendidik dan Tenaga Kependidikan Berprestasi Tingkat Nasional 2016 yg diselenggarakan pada jumat (28/10) di Bandung, Jawa Barat.

    Gelaran ini merupakan gelaran ke–14 Diktendik berprestasi tingkat nasional yg diselenggarakan tiap tahun sejak tahun 2004 silam. “Pemberian penghargaan ini diharapkan mampu mendorong dosen dan tenaga kependidikan untuk berprestasi dan lebih produktif sehingga tercapainya tujuan pengembangan sistem pendidikan tinggi khususnya dan pembangunan sosial pada umumnya,” ujar Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti. Lebih lanjut Ali Ghufton Mukti mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan agar setiap perguruan tinggi (PT) tergerak untuk memiliki sistem penghargaan yang terprogram bagi dosen dan tenaga kependidikan, meningkatkan motivasi untuk bekerja lebih keras dan lebih cerdas dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi, dan menumbuhkan kebanggaan di kalangan dosen dan tenaga kependidikan terhadap profesinya.

    Jumlah peserta seleksi pendidik dan tenaga kependidikan berprestasi 2016, tercatat sebanyak 266 orang dengan rincian, kategori administrasi akademik berprestasi 36 orang, kategori dosen berprestasi 63 orang, kategori kepala program studi berprestasi 48 orang, kategori laboran berprestasi 44 orang, kategori pengelola keuangan berprestasi 36 orang, dan kategori pustakawan berprestasi 38 orang.

    Dari kategori-kategori tersebut, IPB berhasil meraih tiga penghargaan, yaitu pada kategori Dosen berprestasi (Prof. Luki Abdullah), Kepala Program Studi Berprestasi (Dr. Iman Rusmana), dan Laboran berprestasi (Esti Prihantini).

    Selamat bagi para penerima penghargaan Diktekdik berprestasi tingkat nasional tahun 2016. Semoga capaian yg diraih mampu menjadi pelecut untuk selalu bekerja keras dan berinovasi dalam mewujudkan pendidikan tinggi yang berkualitas di Indonesia tercinta.

  • Prof. Muladno Kembali Aktif di IPB

    Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.Dr. Muladno kembali aktif mengajar dan meneliti di IPB setelah sebelumnya selama 13 bulan 12 hari (per 1 juni 2015) ditugaskan oleh Presiden RI, Joko Widodo sebagai Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian RI. Dalam jumpa pers atas kembali aktifnya Prof. Muladno di Kampus IPB Baranangsiang Bogor, Senin (18/7), Prof. Muladno memaparkan beberapa kebijakan strategis yang berhasil dilakukan selama menjabat sebagai Dirjen. “Setidaknya hasil ini tidak memalukan IPB,” tegasnya.
     
    Selama 13 bulan menjabat, kebijakan strategis yang berhasil diterapkan dalam dunia peternakan adalah pertama, pembenahan industri dan bisnis-bisnis perunggasan. “Ternak unggas mengalami over suplly, sehingga tugas kami kemarin adalah memimpin perusahaan-perusahaan pembibitan unggas untuk menyeimbangkan jumlah supply demand. Akhirnya lahir peraturan Permentan tentang produksi, peredaran dan pengawasan Day Old Chicken (DOC),” ujarnya.
     
    Kedua, revitalisasi asosiasi. Saat ini ada 84 asosiasi atau perhimpunan di bidang peternakan dan kesehatan hewan. Banyak diantara asosiasi itu yang hanya sekadar kumpul-kumpul saja tanpa ada dokumen legalnya. “Kita dorong supaya asosiasi itu dibenahi, jangan sampai orang gampang buat asosiasi padahal legitimasinya diragukan,” ujarnya.
     
    Ketiga, adanya revisi peraturan menteri yang membuat bisnis sapi lebih kondusif seperti penghapusan biaya pemeriksaan penyakit sebelum sapi itu dikirim dari Australia ke Indonesia.
     
    “Tadinya biayanya itu 220 dollar per ekor. Nah kemarin setelah berkunjung ke Australia cek sana cek sini, akhirnya saya putuskan, setelah diskusi dengan otoritas kesehatan hewan, biayanya menjadi 50 dollar per ekor. Bayangkan kalau kita impor seribu ekor saja sudah berapa milyar yang bisa disimpan. Pencegahannya terlalu mahal dibanding realitasnya. Padahal penyakit tersebut amat sangat langka,” terangnya.
     
    Keempat, aturan impor sapi bakalan tadinya harus 350 kilogram (kg) per ekor. “Ini agak merepotkan karena jika ada sapi bakalan yang beratnya 355 kg maka itu sudah dianggap melanggar. Maka aturannya kemudian diubah menjadi rata-rata 350 kg per bacth,” imbuhnya.
  • Prof. Ronny Noor Jadi Adjunct Professor di Universitas di Australia

    Prof. Ronny Noor yang baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan selama 4 tahun di Australia mendapat kehormatan diangkat menjadi Adjunct Professor di almamaternya di University of New England (UNE), Armidale (NSW) Australia.

    Berdasarkan surat yang dikeluarkan oleh David Thorsen, Director of Human Resources  UNE, Prof. Ronny Noor akan menjalani peran barunya sebagai Adjunct Professor di School of  Environment and Rural Science, UNE selama 5 tahun mulai tanggal 1 Agustus 2017 disamping tugas utamanya sebagai Guru Besar di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB). Adjunct Professor adalah seseorang yang diangkat oleh universitas untuk mengajar atau melakukan kegiatan lain bukan sebagai staf tetap, namun memberikan kontribusi secara periodik.

    Dalam keterangan kepada wartawan ABC Australia Plus, Sastra Wijaya, Prof. Ronny Noor menyatakan bahwa hal ini merupakan kehormatan besar bagi dirinya yang telah dipercaya oleh UNE  setelah menyelesaikan studi Master dan Doktornya 21 tahun yang lalu di universitas tersebut. "Disamping itu peran ini dinilai sangat strategis dalam pembangunan pertanian di Indonesia khususnya pembibitan ternak mengingat baik IPB  maupun UNE merupakan universitas universitas terkemuka yang memfokuskan dirinya pada ilmu ilmu pertanian dalam arti luas  yang memiliki reputasi internasional." kata Prof Ronny.

    Proses nominasi sebagai Adjunct Professor ini memerlukan  proses dan waktu yang cukup panjang, setelah sebelumnya UNE menganugerahkan Distinguished Alumni Award kepada Prof. Ronny Noor pada tahun 2016 lalu karena dinilai telah memberikan kontribusi besar dalam membangun kerjasama pendidikan dan penelitian antara Indonesia dan Australia dalam perannya sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan. Disamping itu nominasi ini juga mempertimbangkan rekam jejak prestasi akademis dan penelitian yang telah dibangun oleh Prof. Ronny Noor selama ini  setelah menyelesaikan studinya di University of New England dalam bidang genetika kuantitatif dan genetika ekologi serta pemuliaan ternak. Dalam peran barunya ini Prof. Ronny Noor akan bermitra dengan para staf pengajar di UNE termasuk dengan  Prof. Julius van der Werf  dan Dr Fran Cowley dari School of Environmental and Rural Science dalam  mengembangkan kerjasama pendidikan dan penelitian dalam bidang  genetika, pemuliaan serta sistem pembibitan  ternak tropis.

    Prof. Ronny Noor juga akan melakukan kerjasama pembimbingan mahasiswa kandidat doktor khususnya yang terkait dengan program the ACIAR Indobeef Projects yang saat ini sedang berjalan dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia Indonesia di bidang peternakan. Indobeef project merupakan program kerjasama Indonesia dan Australia dalam bidang  pendidikan, penelitian dan pengembangan sumberdaya manusia  untuk pembibitan sapi pedaging di Indonesia.  Disamping itu program ini juga dimaksudkan untuk melakukan peningkatan  value chain peternakan sapi pedaging di Indonesia.

    Professor Ronny Noor akan berperan memfasilitasi kerjasama pendidikan dan pengajaran antara Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan UNE dan juga institusi terkait lainnya dalam mengembangkan petanian di Indonesia. Dalam peran barunya ini Prof. Ronny Noor menyatakan bahwa dirinya sangat optimis dapat mengembangkan kerjasama pendidikan dan penelitian lebih jauh lagi dalam upaya untuk memajukan pertanian Indonesia.

    Dalam bidang keilmuan Prof. Ronny R. Noor yang mendalami bidang Genetika Kuantitatif dan Genetika Ekologi ini selepas menyelesaikan PhD nya dari University of New England pada tahun 1994. Setelah itu melengkapi bidang keilmuannya dengan melakukan kerjasama penelitian dengan mengikuti program post-doctoral dan trainingnya di Jepang, Amerika, Jerman, Swedia, Malaysia serta Thailand. Selama karirnya Prof. Ronny R. Noor yang tercatat pernah menduduki posisi Dekan dan Wakil Kepala bidang penelitian Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB). Dia juga telah membimbing dan meluluskan ratusan mahasiswa baik di di level S1, S2 dan S3.

    Di samping itu kegemarannya menulis telah menghasilkan ratusan judul baik dalam bentuk buku, karya ilmiah dan tulisan ilmiah popular lainnya. Dalam karirnya, Prof. Ronny R. Noor pernah tercatat membantu pengembangan sumberdaya manusia untuk pelestarian sumberdaya ternak di International Livestock Research Institute (ILRI) FAO. (australiaplus.com)

  • Profesor IPB University Beri Penjelasan Ilmiah Bahaya Pelihara Satwa Liar secara Perorangan atau Lembaga

    Meluasnya berita kematian Harimau Benggala yang dipelihara oleh selebritas Indonesia menuai polemik dari berbagai pihak. Meski bukan jenis satwa yang dilindungi di Indonesia, harimau Benggala terkategori sebagai satwa yang terancam punah berdasarkan lembaga konservasi dunia International Union for Conservation of Nature (IUCN).

    Prof Ronny Rachman Noor, Pakar Genetika Ekologi IPB University memberikan penjelasan ilmiah terkait pemeliharaan satwa liar oleh perseorangan. Menurutnya, dari segi psikologi maupun fisiologi, pada umumnya satwa liar yang ditangkap dan dipindahkan ke lingkungan baru yang bukan merupakan habitat aslinya dapat dipastikan akan mengalami stres. Stres yang terjadi pada satwa dapat menyebabkan fenomena perubahan ekstrim metabolisme dan fisiologi di dalam tubuhnya. 

    “Bagi orang awam, satwa liar yang dipelihara oleh perorangan maupun oleh lembaga seperti kebun binatang maupun taman safari dinilai sebagai bentuk perlindungan terhadap satwa liar. Namun, pada kenyataanya pembatasan gerak menjadi salah satu faktor pemicu stres dan kematian,” tutur Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan itu.

    Sebagai contoh, Harimau Sumatera di alam memiliki daya jelajah yang cukup luas (puluhan dan bahkan ratusan kilometer persegi untuk setiap ekornya). Dengan demikian, paling tidak memerlukan tempat pemeliharaan yang cukup luas pula di tempat penampungan barunya.

    “Pada prinsipnya, setiap hewan termasuk satwa langka memiliki zona homeostasis (zona ideal di mana hewan dapat tumbuh dan bereproduksi) untuk setiap kondisi fisiologi tubuhnya. Jika terjadi perubahan lingkungan yang drastis, maka satwa langka akan berusaha mengembalikan dirinya dari kondisi fisiologis ke kondisi yang mendekati zona homeostasisnya dengan cara mengalokasikan energi dan berbagai sumber daya lain di dalam tubuhnya,” terang Prof Ronny. 

    Akibatnya, lanjut dia, pengalihan energi dan sumber daya pada tubuh satwa liar berefek terhadap defisitnya energi dan sumber daya untuk kebutuhan lain, seperti untuk kebutuhan hidup pokok (basal/fasting metabolic rate). Biasanya hal itu juga akan mengorbankan pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya.

    “Jika stres ini tetap berlanjut, maka satwa langka akan mengorbankan alokasi energi dan sumber daya lainnya lebih banyak untuk mengatasi stres. Kondisi itu akan berakibat satwa langka tidak dapat bereproduksi. Bahkan, pada tahap satwa liar tidak dapat mengatasi stres yang lebih besar lagi, maka satwa langka akan mati,” jelas dia.

    Prof Ronny menjelaskan, konsep konservasi melalui pemeliharaan satwa langka di kebun binatang, termasuk pemeliharaan yang dilakukan oleh perorangan, sudah banyak ditinggalkan dalam ilmu konservasi modern, terlebih yang menerapkan sistem pengandangan, karena pembatasan ruang gerak akan memicu stres. Menurutnya, konsep konservasi in situ seperti pemeliharaan satwa langka di suaka margasatwa dan taman konservasi dinilai yang paling tepat, walaupun memerlukan biaya yang tinggi

  • Profesor Rudy Priyanto Sebut Sapi Lokal Potensial sebagai Penghasil Daging Premium

    Profesor Rudy Priyanto, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan menyebut sapi lokal merupakan sumberdaya ternak penghasil daging yang sangat potensial di Indonesia. Ia menyebut, populasi sapi lokal saat ini tercatat sekitar 17 juta ekor yang terdiri dari berbagai rumpun dengan sapi Bali sebagai populasi tertinggi (33 persen). 

    Dosen IPB University di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan ini menjelaskan, berdasarkan hasil studi morfometri terhadap berbagai rumpun sapi lokal, menunjukkan adanya keragaman ukuran kerangka tubuh yang menggambarkan perbedaan tipe maturity, performa pertumbuhan dan bobot potong sapi. Ia juga menyebut, studi morfometri juga berhasil mengidentifikasi parameter tubuh yang menjadi penciri sapi tipe pedaging dan sapi tipe pekerja. 

    “Dari kajian ini, sapi lokal perlu dikembangkan menjadi sapi tipe pedaging melalui peningkatan ukuran kerangka dan dimensi tubuh terutama lebar pinggul, lebar dada dan dalam dada,” kata Prof Rudy Priyanto, pakar ternak ruminansia dari IPB University.

    Saat ini, kata Prof Rudy, rumpun sapi lokal yang berkembang di Indonesia masih didominasi oleh sapi berkerangka tubuh kecil hingga sedang. Sapi lokal tersebut merupakan keturunan Bos javanicus, Bos indicus yang merupakan sapi tipe kerja dan hasil persilangan dari kedua jenis sapi tersebut. Prof Rudy menyebut, sapi lokal ini memiliki sifat pertumbuhan dan bobot potong yang relatif rendah sehingga sulit memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negeri. 

    Lebih lanjut, Prof Rudy menjelaskan, sapi lokal sulit menghasilkan daging steak premium berdasarkan standar USDA Choice karena sebagian rumpun sapi lokal mengandung darah Bos indicus. Pasalnya, sapi lokal ini menghasilkan daging yang relatif keras. 

    Di antara rumpun sapi lokal, kata Prof Rudy, sapi Bali yang berumur 1,5 sampai 2,5 tahun dapat menghasilkan daging yang memenuhi standar kualitas USDA Choice. Ia menerangkan, sapi Bali juga mampu menghasilkan meat yield yang tinggi dengan keunggulan distribusi pada potongan daging kelas I di bagian punggung terutama striploin dan cuberoll. 

    “Sapi Bali dengan populasi lebih dari lima juta ekor merupakan sapi asli Indonesia yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil daging premium,” kata Prof Rudy. 

    Prof Rudy menerangkan, ternak ini dapat dibudidayakan secara menguntungkan pada berbagai ekosistem yang tersebar di berbagai wilayah sentra produksi sapi di Indonesia. Strategi pengembangan sapi Bali sebagai ternak penghasil daging premium harus terintegrasi dari hulu ke hilir. 

    “Kita perlu mengembangkan sentra breeding farm dan fattening sapi Bali. Kita juga perlu melakukan standarisasi ternak dan daging,” kata Prof Rudy. 

    Tidak hanya itu, pengembangan lainnya yang perlu dilakukan adalah pengembangan branding daging sapi Bali premium serta pengembangan niche market. Prof Rudy juga menekankan bahwa pengembangan ini memerlukan dukungan kebijakan yang berpihak pada usaha produksi sapi Bali sebagai penghasil daging premium dari hulu ke hilir (ipb.ac.id)

  • Program Sarjana Plus Logistik Peternakan

    Program Sarjana Plus Logistik Peternakan

    Program Satu Semester Sertifikat Profesional

     

    Menjamin penyediaan ternak dan produk ternak kepada konsumen secara berkesinambungan, meliputi pasca  panen, pergudangan, transportasi, keamanan dan kualitas produk
    Kompetensi :

    • Mampu mengimplementasikan keahlian di bidang logistik peternakan
    • Mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan sains di bidang logistik peternakan
    • Mampu mengelola dan bekerja dalam tim secara  profesional, untuk menerapkan keputusan strategis di bidang logistik  peternakan

    Kualifikasi :

    • Lulusan S1 (Peternakan, Kedokteran Hewan, Logistik, Transportasi, Ekonomi, Teknik Industri, IKK);
    • Minimal telah mendapatkan Surat Keterangan Lulus (SKL)
    • Fresh graduate atau yang sudah bekerja
    • Individu atau utusan instansi/perusahaan

    More information :

    Sekretariat Program Sarjana Plus
    Fakultas Peternakan IPB, Wing 2 Lantai 4
    (0251) 8622841, Fax. 8622842
    alogistic@apps.ipb.ac.id
    +62 857 1737 0257 (CP: Dewi)

    Check our brochure : Brochure S1 Plus - Logistik Peternakan

  • Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan IPB University Undang Peneliti Belanda Bahas Tantangan dan Kebijakan Pertanian

    Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan IPB University menyelenggarakan kuliah umum dengan mengundang Dagmar Braamhaar, dari Wageningen University, 20/04. Kuliah umum tersebut mengangkat topik mengenai perbandingan tantangan produksi hasil peternakan di negara Belanda dan Kenya.

    Dagmar Braamhaar mengawali pemaparannya dengan realitas pertumbuhan penduduk dunia yang sangat berdampak pada aktivitas penggunaan sumber daya alam. Ia menyebutkan bahwa dengan tingginya pertumbuhan penduduk menyebabkan penggunaan sumber daya telah melampaui batas yang ditargetkan.

    “Isu yang kemudian muncul dari kegiatan produksi dan konsumsi hasil peternakan diantaranya ialah ketahanan pangan, keamanan pangan, kesejahteraan hidup manusia, penurunan daya dukung alam, hingga perubahan iklim. Semua ini saling berkaitan satu dengan yang lain, sehingga kita harus memikirkan bagaimana cara melakukan aktivitas produksi dan konsumsi tanpa mengancam kehidupan anak-cucu kita di masa depan,” ujar Dagmar.

    Berkaitan dengan efisiensi biomassa, Dagmar menjelaskan bahwa biomassa atau energi yang terdapat pada alam jumlahnya terus menyusut seiring ke tingkat trofik yang lebih tinggi. Dari 100 persen energi yang terdapat pada tanaman atau produsen, hanya 10 persen energi yang akan dapat disimpan pada konsumen tingkat 1 atau hewan herbivora untuk dikonsumsi oleh organisme pada tingkat trofik berikutnya.

    “Maka dapat dikatakan bahwa efisiensi energi akan lebih tinggi jika manusia memakan roti gandum dibandingkan memberi berton-ton gandum untuk makan sapi kemudian dagingnya dimakan. Meski begitu, bukan berarti semua manusia harus berhenti memakan daging, karena di sisi lain ketersediaan rumput hijau yang banyak akan jadi sia-sia. Karena hanya hewan yang dapat mengonsumsinya sedangkan manusia tidak bisa,” lanjutnya.

    Dagmar juga memaparkan berbagai aktivitas produksi pangan dari hulu hingga hilir yang berdampak pada perubahan iklim, penurunan biodiversitas, degradasi kualitas air, tanah, dan udara serta penurunan daya dukung lingkungan secara umum. Oleh karena itu, Belanda mengambil langkah untuk mengurangi dampak buruk kegiatan pertanian dengan menerapkan konsep pertanian berkelanjutan. 

    Langkah-langkah yang diambil negara Belanda diantaranya konservasi lahan dengan semangat zero deforestation. Pertanian polikultur yang menggabungkan beberapa jenis tanaman ataupun menggabungkan pertanian dan peternakan dalam satu lahan. 

    Dagmar menyebutkan, Belanda menghimbau petaninya untuk mengkombinasikan dengan tanaman bunga-bungaan serta tanaman berkayu di ladangnya. Hal tersebut akan meningkatkan kembali biodiversitas alam karena lebah akan mendapat sumber pembuatan madu serta burung-burung memiliki tempat untuk bertelur.

    Selain itu, Belanda juga berusaha meningkatkan efisiensi biomassa atau energi dalam proses produksi pangan dengan memaksimalkan produksi makanan pokok dan mengurangi produksi cemilan. Pemerintah Belanda juga mengimbau petaninya agar mengembalikan biomassa atau energi yang terdapat pada limbah kembali ke alam dengan menjadikannya kompos dan makanan ternak.

    Di sisi lain, Kenya merupakan negara yang masih harus berjuang menstabilkan sektor pertaniannya. Negara tersebut berencana untuk mengembangkan penelitian baik dari segi ilmu pengetahuan maupun teknologi pertanian. Kenya juga masih berjuang dengan kondisi alam yang kering, kekeringan yang berterusan masih menjadi momok bagi para petani. Oleh karenanya pemerintah Kenya terus bekerja dalam pengadaan teknologi irigasi terjangkau agar dapat dinikmati oleh petani dari seluruh lapisan kalangan

  • Program Studi Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan IPB University Lakukan Praktikum Tematik bagi Mahasiswa

    Progam Studi Teknologi Produksi Ternak (TPT) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University melaksanakan praktikum tematik bagi mahasiswa. Kegiatan praktikum tematik berlangsung dari 30 Maret sampai 13 April mendatang. Pelaksanaan praktikum tematik ini bekerjasama dengan PT ASputra Perkasa Makmur (ASPM). 

    Dr Idat Galih Permana, Dekan Fapet IPB University mengatakan penyelenggaraan praktikum tematik bertujuan untuk menyiapkan mahasiswa menjadi wirausahawan. Terutama di bidang unggas, ternak potong, ternak perah termasuk juga hewan ataupun satwa harapan. 

    “Praktikum tematik ini merupakan suplemen tambahan untuk mempersiapkan mahasiswa yang sebentar lagi lulus. Sistem kemitraan yang ditawarkan diharapkan bisa menjadi pemicu bagi mahasiswa yang terkendala permodalan, namun ingin meningkatkan produktivitas ternak melalui peningkatan kandang menjadi modern atau closed house,” kata Dr Idat Galih Permana. 

    Sementara, Dr Tuti Suryati, Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) IPB University menyampaikan terima kasih bahwa selama kegiatan belajar online, mahasiswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Namun demikian, katanya, keilmuan teknologi produksi ternak tidak bisa diselesaikan dengan online. 

    “Jadi mahasiswa harus ke kandang, harus mengenal ternaknya dan harus mengetahui bagaimana menghandle ternak, tidak hanya dibayangkan maupun melihat dari video tetapi harus praktik langsung,” kata Dr Tuti Suryati.

    Dosen IPB University itu juga menyarankan agar mahasiswa dapat meningkatkan kompetensi dan skillnya. Dengan demikian, setelah lulus nanti para mahasiswa dapat menawarkan kompetensinya kepada perusahaan. 

    Melalui praktikum tematik, mahasiswa dikenalkan tentang sistem kandang Paranje. Konsep bisnis Paranje adalah konsep sharing economy antar pelaku bisnisnya. Partisipasi dari para pelaku yang terlibat di ekosistem tersebut berbagi perannya masing-masing. 

    Daru Wiratomo, Production Lead PT ASputra Perkasa Makmur menyampaikan, Paranje menggunakan sistem kandang dengan model terbaru yaitu closed house yang dipinjamkan kepada mitra. Peminjaman dilakukan selama kerjasama berlangsung sehingga mitra tidak terbebani biaya investasi. 

    “Sistem pemeliharaan dipantau dan dipandu dengan aplikasi digital yang merupakan terobosan baru di industri peternakan. Kemitraan ini dilakukan dengan pola bagi hasil, yang pertama kali diimplementasikan di Indonesia dan berbeda dengan sistem kemitraan konvensional,” kata Daru.

    Iyep Komala selaku Ketua Panitia mengatakan, dalam masa pandemi ini, Fapet IPB University lebih banyak melakukan pembenahan di dalam. Dengan demikian, ada kesempatan untuk melakukan kerjasama dan berbagi fasilitas yang ada di kandang. 

    “Selamat buat adik-adik yang mengikuti Praktikum Tematik TPT. Mudah-mudahan kita bisa mendapat banyak manfaat dari kegiatan ini dan kita selalu diberikan kesehatan sehingga kita bisa mengikuti segala kegiatan di kampus dan bisa lebih meningkatkan promosi Paranje,” pungkas Iyep Komala (ipb.ac.id)

  • Program Studi Teknologi Produksi Ternak IPB University Hadirkan Alumni Sukses, Tebar Inspirasi untuk Siswa SMA

    Program Studi Teknologi Produksi Ternak (TPT) Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Pertanian (IPTP) Fakultas Peternakan IPB University menggelar sharing mengasyikan bagi para siswa sekolah menengah atas (SMA) secara daring, 26/02. Acara yang berjudul “Get Your Success with Animal Production Technology” ini digelar untuk mempromosikan Program Studi TPT kepada siswa-siswi SMA yang merupakan calon mahasiswa.

    Ketua Pelaksana, Iyep Komala menyebutkan, acara ini mendatangkan beberapa pembicara keren yang merupakan alumni Departemen IPTP IPB University. Acara ini merupakan diskusi asyik sekaligus berbagi hadiah menarik dengan mengikuti bermacam tantangan. Bahkan, dosen IPB University itu menjelaskan, bagi siswa yang memilih Program Studi TPT berkesempatan mendapatkan hadiah berupa pendaftaran SBMPTN gratis.

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyebutkan acara tersebut dapat menjadi pengalaman berharga bagi para siswa. Dengan demikian, dapat meningkatkan semangat para siswa untuk memilih Program Studi TPT sebagai tujuan. Ia pun menyebut, kesuksesan para alumni menjadi gambaran bahwa alumni Fakultas Peternakan IPB University memiliki prospek pekerjaan yang luas. Tidak hanya di sektor industri peternakan, namun para alumni juga memiliki wirausaha peternakan. 

    "Terutama di kondisi pandemi, prospek sektor peternakan cenderung meningkat karena untuk memenuhi kebutuhan makanan bergizi dan menjaga imunitas. Hal ini menunjukkan bahwa sektor peternakan sangat berkembang dan terbuka, sehingga alumni Fakultas Peternakan IPB University tidak perlu khawatir dalam mendapatkan pekerjaan,” ungkapnya.

    Sementara, Wakil Gubernur Sumatera Barat, Dr Audy Joinaldy yang juga sebagai Ketua Himpunan Alumni Fakultas Peternakan "Hanter" IPB University turut menyapa para siswa di tengah kesibukan dan musibah yang dialami Sumatera Barat. Ia mengaku memiliki kesan mendalam selama berkuliah di Departemen IPTP IPB University.

     “Sejak itu saya sadar bahwa pilihan saya sangat tepat untuk berkuliah di Fakultas Peternakan IPB University. Belum lagi prospek sektor peternakan di Indonesia akan terus berkembang karena konsumsi protein hewani akan meningkat seiring pertumbuhan penduduk,” tambahnya.

    Alumnus IPB University dari Departemen IPTP,  Aif Arifin Sidhik juga berkesempatan untuk berbagi kesuksesannya. Saat ini, perusahaannya akan meluncurkan sistem kandang ayam modern dan unik yakni apartemen ayam. 

    Ia memulai usaha dari keluarga yang berkecimpung di industri pakan ternak. Kini ia telah berhasil mengembangkan budidaya ayam modern. Kandang ayam modern tersebut dikontrol secara komputerisasi sehingga jumlah produksinya dapat mencapai dua kali lipat lebih tinggi daripada sistem tradisional.

    Menurutnya, ilmu yang didapatkan selama berkuliah di Departemen IPTP IPB University menjadi modal yang sangat berharga. Terlebih lagi, Fakultas Peternakan mencetak wirausahawan terbanyak di IPB University. Oleh karena itu, kelebihan ini dapat menjadi inspirasi bagi para calon mahasiswa supaya memilih Fakultas Peternakan IPB University.

    “Market sektor peternakan akan semakin berkembang. Potensinya pun ada. Saya harap adik-adik SMA dapat terbuka pandangannya dan tidak lagi memandang kuliah di Fakultas Peternakan tidak bergengsi,” kata Arifin, CEO AS Putra Group.

    Pada kesempatan yang sama, turut diundang Windi Al Zahra PhD, dosen muda IPB University dari Fakultas Peternakan yang saat ini sedang melanjutkan studi di Belanda. Ia menerangkan bahwa menjadi mahasiswa Fakultas Peternakan dapat berkontribusi menekan angka stunting di Indonesia. Hal ini mengingat pentingnya posisi teknologi peternakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi protein hewani. 

    Ia juga mengatakan, berkuliah di Fakultas Pertanian IPB University akan sangat membanggakan. Selain kompetensi dosennya luar biasa, alumninya juga sangat kompak. 

    CEO MT Farm dan peraih Anugerah Young Leader, Budi Susilo Setiawan juga ikut menginspirasi para siswa SMA. 

    Pebisnis ternak domba ini mengatakan, industri peternakan akan jauh lebih efektif dan efisien apabila dikelola oleh alumni Fakultas Peternakan IPB University. Alumnus IPB University itu menjelaskan, prospek kerjanya sangat terbuka, terutama di bidang teknologi produksi ternak. Ia sangat bangga menjadi bagian dari alumni Fakultas Peternakan IPB University. 

    Ia saat ini sedang berusaha untuk dapat membuka pasar di Eropa sehingga nantinya dapat menjadi kebanggaan almamater dan memperkenalkan produk Indonesia di kancah internasional. Produk tersebut adalah rendang domba yang diinisiasi oleh Program Studi TPT IPB University. Ia berharap, ceritanya dapat menjadi inspirasi bagi para calon mahasiswa sehingga tidak ragu untuk memilih Program Studi TPT IPB University sebagai tujuannya (ipb.ac.id)

  • Program Studi THT, satu satunya di Indonesia

    Fakultas Peternakan telah membuka Program Studi strata satu (S1) baru, yaitu Program Studi Teknologi Hasil Ternak (PS-THT). Program Studi ini diasuh oleh Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), dimana bidang keilmuannya ini meliputi : teknik pengolahan dan rekayasa produk hewan ( makanan : daging , susu telur & madu), pengolahan hasil ikutan ( wol, kulit, tulang, dll ), sifat fungsional dari produk hewani & pengelolaan limbah.

    Program Studi Teknologi Hasil Ternak pada saat ini merupakan satu satunya program studi strata satu (S1) di bidang pengolahan hasil ternak di Indonesia, menjadikan PS-THT menjadi pilihan yang tepat menuju sukses di bidang pengolahan hasil ternak. Pada tahun 2016 ini, PS-THT hanya menerima pendaftaran dari jalur Ujian Talenta mandiri IPB (UTM) dengan daya tampung sebanyak 40 orang mahasiswa.

    Pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui alamat  http://admisi.ipb.ac.id/p/single/utm. Syarat peserta adalah : lulusan SMA/MA IPA tahun 2014-2016, sehat jasmani dan rohani. Pendaftaran dapat dilakukan mulai 11 Mei - 9 Juni 2016. Ujian tertulis dengan materi ujian: Biologi, Fisika, matematika, Bahasa Inggris dan Tes Talenta , dilakukan pada tanggal 18 Juni 2016, dan pengumuman kelulusan pada tanggal 29 Juni 2016.

    Pada tahun 2017, Program ini membuka jalur masuk melalui SNMPTN, SMBPTN, UTMI, Beasiswa Unggulan Daerah (BUD), Prestasi Internasional_Nasional, dengan daya tampung 100 orang mahasiswa. untuk mendapatkan informasi mengenai semua jalur masuk tersebut, dapat mengakses alamat http://admisi.ipb.ac.id.

    Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendetail, dapat menghubungi Departemen Imu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan IPB, Jalan Agatis Kampus IPB Darmaga Bogor,telp. dan fax.  0251-8628379, email departemeniptp@gmail.com dan situs web http://iptp.fapet.ipb.ac.id

  • Promosi Virtual Program Studi di Fakultas Peternakan IPB

    Fakultas Peternakan IPB University mengadakan Promosi Virtual untuk para pelajar SMA/sederajat pada hari Sabtu (6/3). Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan Program Studi yang ada di Fakultas Peternakan secara lengkap dan menyeluruh. Lebih dari 100 peserta yang berasal dari berbagai SMA di Indonesia menghadiri Acara promosi virtual ini, yang diakses melalui zoom serta kanal YouTube : Wakil Dekan AK Fapet IPB dengan judul acara "Canvassing Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB University".

    Acara ini juga menghadirkan Ir. Audy Joinaldy, SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN.Eng - Wakil Gubernur Sumatera Barat dan Frans Marganda Tambunan, S.Pt - Direktur Komersial PT Rajawali Nusantara  Indonesia (Persero) yang membagi kisahnya sebagai alumni Fakultas Peternakan IPB University yang sukses dalam bidangnya masing-masing.

    Dekan Fakultas Peternakan, dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya atas kehadiran peserta yang mengikuti acara ini serta memaparkan bahwa pada saat ini Fakultas Peternakan sudah menerapkan Kurikulum K2020 yang mengintegrasikan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka dimana mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan di luar kampus sampai dengan 20 SKS. “Disamping itu, kegiatan kemahasiswaan yang semula hanya merupakan kegiatan ekstra kurikuler telah diintegrasikan ke dalam kegiatan kurikulum sehingga para mahasiswa yang melakukan kegiatan kemahasiswaan dapat mengkalim kegiatan tersebut dalam bentuk SKS” jelasnya.

    Apresiasi juga disampaikan kepada Ir. Audy Joinaldy, SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN.Eng - Wakil Gubernur Sumatera Barat dan Frans Marganda Tambunan, S.Pt - Direktur Komersial PT Rajawali Nusantara  Indonesia (Persero) yang telah hadir sebagai bintang tamu acara tersebut untuk membagi kisahnya sebagai alumni Fakultas Peternakan IPB University yang sukses dalam bidangnya masing-masing.

    Pada kesempatan ini, Ir. Audy Joinaldy, SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN.Eng, selaku salah satu alumni Fakultas Peternakan IPB membagi pengalaman dan kesan-kesan dari mulai menjadi mahasiswa Fapet yang menurutnya adalah pilihan yang tepat. Audy juga berbagi cerita mengenai para dosen serta rekan-rekannya sesama alumni Fapet yang banyak memberikan kesan baik hingga sedikit bercerita tentang perjalanan karirnya dari mulai jadi pengusaha hingga kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumatera Barat.

    Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Irma Isnafia, banyak menjelaskan kepada calon mahasiswa mengenai gambaran perkuliahan di IPB, beliau juga menjawab pertanyaan beberapa peserta terkait program dan kondisi kegiatan belajar mengajar di IPB khususnya di tahun awal kuliah mahasiswa.

    Presentasi mengenai masing-masing program studi yaitu IPTP (Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan), INTP (Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan) dan THT (Teknologi Hasil Ternak) disajikan secara apik dan menarik melalui media video dan presentasi yang disampaikan secara lugas oleh Iyep Komala, S.Pt, M.Si dari  Program Studi IPTP danTHT serta Rika Zahera, S.Pt, M.Si dari Program Studi INTP.

  • Proses Pelayuan untuk Tingkatkan Mutu Daging Sapi

    Untuk meningkatkan kualitas daging sapi, maka sebaiknya setelah proses penyembelihan, dilakukan langkah pelayuan (aging). Hal itu disebabkan sapi yang telah mengalami proses penyembelihan, dagingnya akan mengalami fase rigor mortis, yakni daging akan menjadi lebih keras, kaku dan alot. Jika tidak dilakukan pelayuan dan langsung didistribusikan ke konsumen, akan menyebabkan penurunan kualitas daging tersebut.

    Untuk menghindari atau menghilangkan daging dari fase rigor mortis ini, maka dilakukan upaya pelayuan dimana daging dibiarkan menyelesaikan proses rigornya sendiri dalam penyimpanan. Proses pelayuan tersebut dilakukan dengan penyimpanan daging pada beberapa waktu tertentu dengan tujuan tertentu.

    Umumnya daging dibiaskan dilayukan dalam bentuk karkas maupun setengah karkas. Proses penyimpanan karkas dilakukan pada suhu 0°C – 4°C selama minimal 18 jam untuk menyempurnakan proses biokimia daging yang berupa rigormortis. Manager Produksi PT Cianjur Arta Makmur (Widodo Makmur Group) Mukhlas Agung Hidayat S,Pt mengatakan, rigormortis merupakan proses biokimiawi otot dimana secara umum juga disebut pergantian fase otot menjadi daging. Ia mengatakan hal itu dalam dalam pelatihan online bertema “Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Rantai Pasok Sapi Potong” yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB pada 13-14 Mei 2020.

    Mukhlas memaparkan, dalam proses rigormotis, terjadi penurunan pH akibat proses glikolisis anaerob, menghasilkan asam laktat. pH normal daging setelah pelayuan adalah 5,3-5,7. Terdapat tiga fase rigormotis, yakni fase pre rigor, fase rigormotis, dan fase pasca rigor. Pada fase pre rigor, terjadi fase glikolisis anaerob, yang berlangsung pada waktu 4-8 jam -hingga glikogen habis. Fase ini ditandai dengan masih bergeraknya otot.

    Setelah itu memasuki tahap rigormortis, yang ditandai dengan terjainya kekakuan pada otot, saat energi hasil glikolisis habis dan aktomiosin terkunci. Fase ini terjadi dalam tempo 8-12 jam. Adapun pada fase pasca rigor, merupakan fase dimana enzim katepsin (akibat kondisi asam pH 5,3-5,7) mulai bekerja untuk melunakkan daya ikat jaringan serat daging. Fase ini berlangsung pada jam ke-15 hingga jam ke 20 (livestockreview.com)