Daging Kelinci Halal dan Sehat

Sebagian orang merasa tidak tega menyantap daging kelinci, mamalia berbulu yang sering dijadikan peliharaan. Bahkan ada yang beranggapan belum lazim memakannya karena kurangnya informasi bahwa daging kelinci itu halal, lebih enak dan lebih sehat dibandingkan daging ternak lainnya. Dengan alasan tersebut maka sosialisasi kelebihan dan keistimewaan daging kelinci harus digalakkan agar pengetahuan masyarakat terhadap daging kelinci makin mantap. Sehingga, ke depan daging kelinci bukan lagi dijauhkan, tetapi akan dicari banyak orang dan disantap dengan penuh kenikmatan dan keyakinan.

Untuk itu dua dosen IPB University dari Divisi Produksi Ternak Daging, Kerja dan Aneka Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Dr Henny Nuraini dan  Muhammad Baihaqi, SPt, MSc menyampaikan manfaat daging kelinci yang sehat juga halal.

Daging kelinci halal untuk dikonsumsi. Status halal ini sesuai dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Melalui sidang di Jakarta pada 12 Maret 1983, Komisi Fatwa MUI menetapkan bahwa hukum memakan daging kelinci adalah halal.

Manfaat lainnya adalah adanya senyawa kitotefin pada daging kelinci terutama pada jantung dan hati yang dapat mencegah penyakit asma.

"Kadar protein daging kelinci lebih tinggi di banding dengan ternak lain. Kadar omega-3 daging kelinci empat kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan daging ayam," papar Baihaqi.  

Kadar kolesterol dan kadar lemak, lanjut Baihaqi, pada daging kelinci sangat rendah. Tidak hanya itu daging kelinci dinilai lebih "lean" dan sedikit mengandung lemak.

Lebih lanjut ia menerangkan daging kelinci dapat diolah menjadi berbagai variasi olahan seperti nasi briyani kelinci, kelinci masak madu, rica kelinci dan kelinci goreng korea.

"Kelinci sebagai ternak multiguna yang memiliki produksi dan produktivitas tinggi. Multiguna artinya dapat dimanfaatkan sebagai pangan konsumsi manusia dan sebagai hewan piara atau dimanfaatkan kulit bulunya untuk pembuatan jaket, tas, atau dompet yang bernilai tinggi. Bahkan, kotorannya bisa dijadikan pupuk tanaman," pungkasnya (ipb.ac.id)