Seputar Mitos Daging Kambing Penyebab Darah Tinggi

Ronny Rachman Noor

Daging kambing memang bak sebilah pisau memiliki dua sisi yang melegenda.  Di satu sisi daging kambing dipercaya oleh banyak orang terutama para  laki laki sebagai peningkat libido  sex sehingga tentunya banyak penggemarnya, namun di sisi lain dijadikan kambing hitam sebagai biang kerok penyebab darah tinggi dan tentunya banyak yang menghindari mengkonsumsinya.

Rumor terkait khasiat dan efek samping daging kambing memang sudah sangat meluas. Sebagai  contoh  tekait sebagai peningkat libido  banyak orang yang secara psikis percaya sehingga sangat bersemangat menyantap sate dan sop kambing terutama dengan embel embel kambing muda.

Warung sate dan sop kambing muda banyak penggemarnya. Kali ini saya hanya membahas satu sisi saja yaitu mitos terkait daging kambing  sebagai biang kerok penyebab darah tinggi.

Jika kita tengok  kembali sejarah,   di Jepang dan di wilayah lainnya di Asia orang mulai mengkonsumsi daging kambing di era selepas perang dunia II (1945-1965) yang pada periode tersebut terjadi kekurangan pangan.

Sebelumnya periode waktu ini daging kambing lebih dipandang sebagai makanan yang difungsikan untuk pengobatan  atau merupakan bagian dari budaya dan dikonsumsi di wilayah tertentu

Daging kambing memang banyak disajikan dan dikonsumsi untuk perayaan hari besar, hari besar keagamaan, pesta, ataupun sebagai bagian dari tradisi kumpul kumpul keluarga dan handai taulan.

Penyebab  darah tinggi memang belum dapat dipastikan karena hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% dari penderita darah tinggi disebabkan oleh faktor keturunan dan dikombinasikan dengan faktor lingkungan seperti misalnya kegemaran mengkonsumsi makanan yang berlemak dan  mengandung garam tinggi dan juga stress

Perbandingan Nilai Gizi

Sebagaimana halnya dengan daging lainnya, daging kambing mengandung protein dan lemak. Ditinjau dari segi nilai gizinya, daging kambing mengandung asam amino esensial dan non esensial.  Daging kambing mengandung taurin, karnitin dan inosin yang tinggi yang sangat penting bagi kesehatan.

Lemak daging kambing mengandung sekitar 50% lemak  jenuh dan 50% lemak tidak jenuh dengan level asam oleic (C18-1) yang tinggi.

Dibandingkan dengan nilai gizi daging lainnya, daging kambing lebih baik dari daging sapi dan daging  ayam.

Kalori dan Kolesterol

Nilai kalori dalam 100 gram daging kambing hanya mengandung sekitar 109 kalori yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan daging sapi (250 kalori) dan daging ayam (195 kalori).

Demikian juga kandungan kolesterol daging kambing per 100 gram hanya 57 mg sementara kandungan kolesterol daging sapi 89 mg dan ayam 83 mg per 100 gramnya.

Lemak

Dalam 100 mg daging kambing hanya mengandung 2,3 gram lemak total sementara daging sapi kandungan lemak totalnya dapat mencapai 15 gram dan ayam mencapai 7,5 gram.

Hal ini berarti mengkonsumsi 1 porsi daging kambing (100 gram)  hanya memenuhi 4% dari kebutuhan lemak berdasarkan perhitungan nilai 2000 kalori yang diperlukan per harinya.

Protein

Dalam hal kandungan dan kualitas protein daging kambing  hampir sama dengan daging sapi dan ayam karena protein total daging kambing 20 gram sementara daging sapi 25 gram dan ayam 30 gram untuk setiap porsinya.

Jadi jika kita mengkonsumsi 1 porsi daging kambing (100 g) maka dapat memenuhi kebutuhan 50% kebutuhan protein harian kita.

Penyebab darah Tinggi?

Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita membandingkan kandungan lemak jenuhnya.

Kita memang disarankan untuk menghindari mengkonsumsi daging merah secara berlebihan karena mengandung lemak jenuh yang tinggi yang akan berakibat pada peningkatan kolesterol dan memicu penyakit jantung.  Oleh sebab itu sebagai patokan konsumsi lemak jenuh setiap hari kita tidak melebihi 20 gram per harinya.

Pada setiap 100 g daging sapi dan ayam masing masing mengandung lemah jenuh (saturated fat) sebanyak 6 gram dan 2,5 gram, sementara itu kandungan lemak  jenuh pada setiap 100 gram daging kambing hanya 0,71 gram. Jadi kandungan lemak jenuh daging kambing jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan daging sapi dan daging ayam.

Sebaliknya daging kambing lebih kaya akan lemak tidak jenuhnya (unsaturated fat) jika dibandingkan dengan daging sapi dan daging ayam  karena mengandung sekitar 1 gram per 100 gram daging kambing.  Lemak tidak jenuh ini merupakan golongan lemak yang bersahabat karena membantu menyeimbangkan kadar kolesterol darah, mengurangi imflamasi dan menstabilkan denyut jantung.

Tekanan darah tinggi yang naik setelah mengkonsumsi daging kambing lebih disebabkan karena kesalahan dalam teknik memasaknya.

Kita tentunya sudah banyak mengetahui bahwa sebelum dimasak daging kambing seringkali digoreng terlebih dulu sebelum diproses lebih lanjut, atau dipanggang ketika membuat sate dan kambing guling.

Kebiasaan  memasak  menggoreng dan memanggang  ini tentunya akan meningkatkan jumlah  kalori  masakan yang kita buat karena memerlukan tambahan minyak, mentega yang akan menjadi lemak dan diserap oleh daging kambing.

Panas yang dihasilkan dengan cara menggoreng dan memanggang ini akan menyebabkan daging kambing kehilangan kandungan airnya yang digantikan dengan lemak yang berasal dari minyak yang digunakan dalam memasaknya.

Penyerapan lemak oleh daging kambing ini ketika dimasak dengan cara yang salah akan menyebabkan makanan yang dibuat ini mengandung kalori lebih tinggi.  Menurut hasil penelitian peningkatan kalori akibat daging kambing dimasak dengan cara menggoreng terlebiih dulu atau memanggangnya dapat mencapai 64%.

Jika kita terbiasa mengkonsumsi daging kambing dengan cara memasak seperti ini maka kalori tinggi  dari lemak yang masuk ke dalam tubuh kita akan menumpuk seiring dengan berjalannya waktu dan akan terakumulasi di dalam pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.

Hal lain yang juga berkontribusi dalam peningkatan tekanan darah setelah mengkonsumsi daging kambing adalah bahan lain yang biasa  ditambahkan  kecap, garam dan MSG yang mengandung sodium dan bahan pengawet.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Jepang yang diterbitkan di Asian-Australasian Journal of Animal Science  menunjukkan bahwa konsumsi daging kambing dalam jangka panjang tidak berakibat pada peningkatan tekanan darah. Penyebab peningkatan tekanan darah bagi orang yang mengkonsumsi daging kambing lebih disebabkan karena garam yang ditambahkan pada saat memasaknya

Disamping itu memasak daging kambing dengan mengunakan santan juga dapat meningkatkan darah tinggi karena santan mengandung lemak jenuh yang tinggi.

Berdasarkan data nilai gizi daging kambing yang telah diuraikan di atas  mitos tentang orang yang gemar mengkonsumsi daging kambing akan terkena darah tinggi tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.

Perlu juga kita ketahui bahwa di Indonesia sebagian masakan popular seperti sate, sop dan gule diberi label kambing, padahal daging yang digunakan sebagian besar adalah daging domba yang berbeda nilai gizinya dengan daging kambing, dimana daging kambing lebih sehat jika dibandingkan dengan daging domba.

Perbandingan nilai gizi daging kambing dan domba. Sumber: USDA


 
Dari hasil penelusuran dapat disimpulkan bahwa dibandingkan dengan daging sapi, babi, domba dan ayam, daging kambing memiliki nilai kalori yang lebih rendah, mengandung protein dan zat besi yang lebih tinggi yang mebuat daging kambing dikategorikan sebagai “lean meat” yang bermanfaat bagi kesehatan.

 

Perbandingan nilai gizi daging kambing dengan daging lainnya setelah dipanggang. Sumber: USDA

 

Fakta di atas menunjukkan bahwa mengkonsumsi daging kambing jika dimasak dengan cara yang benar tidak menjadi penyebab darah tinggi, jadi jika mengkonsumsinya tidak berlebihan dan memasaknya dengan cara yang tepat maka daging kambing yang enak dan menggoda tersebut tidak perlu dihindari karena masuk kategori daging yang sehat.

Tidak heran memang di rumah sakit di Amerika, dalam masa penyembuhan pasca serangan jantung salah satu menu yang disajikan berbahan dasar daging kambing.

Dalam mengkonsumsi daging kambing ataupun makanan lainnya sudah seharusnya kita mengingat nasehat yang sangat berharga yaitu "berhentilah makan sebelum kenyang"