Himpunan Ilmuwan Peternak Indonesia Telah Lahir

Jum’at dini hari (11/2) lahir sebuah organisasi yang menamakan dirinya Himpunan Ilmuwan Peternakan Indonesia (HILPI) di Bogor. Prof.Dr.Ir. Muladno, M.S.A dosen Institut Pertanian Bogor terpilih menjadi Ketua Umum periode 2011-2015 saat di gelar Konggres I di IPB Baranang Siang dan diumumkan saat Seminar Nasional HILPI di IICC di hari yang sama.

Menurut Prof. Muladno, saat ini cukup banyak hasil-hasil penelitian yang tidak digunakan masyarakat. Penelitian dilakukan tidak untuk mencari solusi di lapangan dan optimalisasi sumberdaya lokal masih stagnan. Sementara itu, tugas ilmuwan untuk meningkatkan kinerja penelitiannya.

Sehingga dengan lahirnya HILPI diharapkan mampu menjadi wadah bagi ilmuwan peternakan untuk lebih banyak berdiskusi, berkoordinasi dan mencari solusi terhadap berbagai persoalan di bidang peternakan. Posisi HILPI sendiri adalah organisasi yang memiliki karakter independen dan dengan menggunakan data-data yang akurat akan memberikan informasi yang baik dan membangun kepada pemerintah.

Semangat Swasembada Daging Harus Tetap Ada
Rencana pemerintah dalam swasembada daging masih disambut baik oleh peneliti di bidang peternakan. Hal ini terungkap saat digelar press conference Seminar Nasional Himpunan Ilmuwan Peternakan Indonesia (HILPI) di IPB ICC (11/2).
“Tercapainya swasembada daging 90% dari sapi lokal, saya rasa masih berat. Namun, tercapai atau tidaknya swasembada daging, kita harus tetap opitimis dan semangat untuk ke arah sana harus tetap ada,” ujar Prof. Muladno. Menurutnya, saat ini sudah banyak orang yang melirik untuk investasi di bidang peternakan.

kan tetapi, banyak investor mengeluhkan banyaknya persoalan yang harus dihadapi di bidang ini. Untuk itu, Prof. Muladno menyarankan pemerintah harus memberikan kemudahan apabila ada investor yang tertarik dalam industri pembibitan ternak.
“Karena untuk terjun ke industri ini, keuntungan yang didapatkan harus menunggu 5-10 tahun,” tambahnya.

Sementara Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) IPB, Dr. Luki Abdullah menambahkan tiga tahun tenggat yang tersisa, sebagai perguruan tinggi di bidang pertanian yang menjadi tolok ukur baik di tingkat nasional maupun internasional, dukungan IPB sudah tidak di ranah riset lagi tetapi akan mendukung pemerintah yang sudah merencanakan adanya sensus ternak.(zul)