News

Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University berpartisipasi dalam pameran The 5th International Livestock, Dairy, Meat Processing and Aquaculture Exposition (ILDEX) Indonesia yang diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Banten (9-11/11). Pameran ini dibuka Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian RI, Dr Nasrullah yang mewakili Menteri Pertanian. Dirjen PKH juga menyempatkan untuk mengunjungi booth Fapet bersama Dirut PT. Permata Kreasi Media (penyelenggara ILDEX di Indonesia) Dr. drh. Widiyanto Dwi Surya.

Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, yang hadir dalam pembukaan acara tersebut mengatakan bahwa semua sektor peternakan memiliki peran yang strategis dan penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa “Sektor peternakan dalam penyediaan protein hewani harus ditunjang dengan inovasi. ILDEX memotivasi dan memberikan semangat dalam upaya tersebut’’ jelasnya.

Dalam kegiatan yang sudah berlangsung sejak tahun 2013 ini, turut hadir Ketua Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) Don P Utoyo selaku pihak yang menginisiasi kegiatan tersebut, selain itu hadir juga Managing Director VNU Asia Pacific Mr. Igor Palka selaku penyelenggara ILDEX di tingkat ASEAN. Acara yang diikuti oleh 117 peserta pameran yang berasal dari 25 negara ini ini diharapkan akan menjadi ajang promosi dan bertemunya pelaku usaha global dan memberikan dampak positif, efisien dan berdaya saing. Target acara yang akan menghadirkan 30 topik seminar ini diharapkan mampu menyaring 5000 pengunjung.

Pada pameran ini, Fapet bersama Himpunan Alumni Peternakan (HANTER) IPB menampilkan beberapa produk, antara lain pakan ternak Sorinfer, Herbal Mineral Blok (HMB), magot, wafer ternak dan beberapa pakan ternak lain. Produk ternak lain juga tersedia berupa daging sapi dari Hijrah Food yang juga bagian dari HANTER dengan produk unggulan mereka seperti wagyu steak, daging has dan saikoro beef. Ada juga olahan daging lain yaitu dendeng, rendang, bumbu nasi gorang domba serta nasi kebuli kemasan kaleng yang juga merupakan produk dari beberapa alumni Fapet IPB. (Femmy)

Prof Anuraga Jayanegara merupakan dosen IPB University yang berhasil meraih gelar profesor termuda di usianya ke 37 tahun. Ia juga berhasil menyandang gelar Guru Besar IPB University bahkan namanya baru saja masuk daftar Top 2% Scientist in the World tahun 2022. Daftar ilmuwan top ini dirilis Elsevier BV yang diperbarui tiap tahun. 

Dalam acara 2 Hours with ASASI (Akademisi dan Saintis Indonesia) Bincang-bincang bersama top 2% Worlds Scientist, Prof Anuraga mengatakan, kolaborasi riset merupakan salah satu modal untuk menghasilkan berbagai artikel ilmiah yang mampu menembus jurnal internasional.

“Ilmuwan harus mampu mengembangkan diri bersama-sama sehingga mampu memberikan dampak positif yang jauh lebih besar dalam membangun ‘empire’,” katanya. 

Ia menilai, cara membangun kolaborasi riset dapat dimulai dari circle pertemanan paling kecil, yakni kolega di kampus. Ia mencontohkan seperti bersama dengan rekan-rekan satu laboratorium atau divisi keilmuan. Meskipun demikian, membangun bersama kolega terkadang  memiliki realitas yang unik.

“Tentunya dengan berbagai karakter yang ada, kita perlu bersama-sama membangun kolaborasi ini. Apabila ada perbedaan dan perselisihan adalah hal yang wajar, merupakan dinamika orang yang tumbuh bersama,” katanya.

Dosen IPB University itu melanjutkan, ilmuwan harus mampu memisahkan urusan pribadi dan urusan profesional. Di samping bersama kolega, riset kolaborasi juga dapat berbasis mahasiswa. Sebagai dosen, ia melanjutkan, harus memberikan arahan dan bimbingan agar mahasiswa dapat berkembang. Tidak hanya itu, dosen harus membuka ruang untuk mahasiswa menyampaikan ide sebagai kolaborator dan menghasilkan maha karya terbaik.

“Mahasiswa akan merasa nyaman dengan kita dan akan keluar potensinya. Setelah lulus harus dijaga silaturahim agar nantinya dapat dibangun kembali riset bersama terutama karya ilmiah yang dihasilkan rata-rata berkolaborasi bersama mahasiswa,” ujarnya.

Dalam konteks pendidikan atau student based ia mengatakan, dosen harus mampu membentuk mahasiswa dengan nilai-nilai yang baik, menjaga kualitas riset, dan membuat mahasiswa tumbuh sebagai ilmuwan profesional.

Sementara, riset berbasis kolega di luar kampus dapat dimulai dengan berkiprah sebagai anggota dan pengurus asosiasi untuk menguatkan jejaring. Organisasi dapat menjadi wadah bagi ilmuwan untuk saling belajar.

“Kolaborasi riset ini juga dapat berbasis pelatihan. Ilmuwan tidak boleh lalai dalam mengembangkan diri dan menjadi educator terbaik bagi para mahasiswanya. Tentu hal ini bergantung pada inisiatif diri sehingga harus terus aktif dalam menjalin jejaring,” kata Prof Anuraga (ipb.ac.id)