News

Program Studi (Prodi) Teknologi Hasil Ternak (THT) Fakultas Peternakan IPB University menyelenggarakan workshop penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) mata kuliah. Workshop ini dilakukan agar capaian pembelajaran pada beberapa mata kuliah di Prodi THT lebih berdasarkan problem based learning (PBL).
 
Ketua Departemen IPTP, Dr Tuti Suryati dalam sambutannya mengucapkan terimakasih kepada narasumber yang telah bersedia hadir dan berdiskusi dengan dosen IPB University dari Prodi THT. Selain itu, ia juga memberikan semangat kepada semua dosen yang terlibat dalam acara ini agar Prodi THT dapat lebih maju dan semakin berkembang.
 
“Kegiatan ini juga perlu dilakukan agar tercapai Indikator Kinerja Utama (IKU) 7, yaitu persentase mata kuliah S1 yang menggunakan metode pembelajaran pemecahan kasus (case method) atau pembelajaran kelompok berbasis proyek (team based project) sebagai bagian bobot evaluasi,” ujarnya.
 
Hadir sebagai narasumber, Dr Aprihatiningrum Hidayati, Dosen Sekolah Tinggi Manajemen (STM) PPM Jakarta. Pada kesempatan itu, ia memaparkan materi tentang ‘Penulisan Kasus Bisnis untuk Pembelajaran Berdasarkan PBL sebagai Implementasi Merdeka Belajar - Kampus Merdeka (MBKM)’.
 
Ia menekankan untuk memasukan kasus-kasus dalam kegiatan belajar mengajar, terutama praktikum, sehingga mahasiswa dapat melihat kasus yang tengah terjadi dan memberikan tanggapan dan solusi sesuai bidang keilmuannya. 
 
“Para dosen juga dihimbau untuk menulis kasus yang terjadi di lapangan dan dijadikan sebagai bahan ajar kepada mahasiswa,” sebut dia saat pemaparan materi workshop yang digelar di Ruang Sidang Departemen IPTP, Fakultas Peternakan, IPB University.
 
Selain itu, workshop ini juga merupakan rangkaian kegiatan untuk mengembangkan program studi dan didukung dengan dana hibah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). 
 
Pada sesi sharing session, kegiatan diisi oleh tiga narasumber dari Departemen IPTP IPB University, yaitu Prof Irma isnafia Arief (Mata Kuliah Diversitas Mikroba produk Hasil Ternak), Prof Niken Ulupi (Mata Kuliah Desain Ternak Monogastrik dan Satwa Harapan), dan Dr Zakiah Wulandari (Mata Kuliah Prinsip Teknologi Hasil Ternak) (ipb.ac.id)

Tim Program Matching Fund Kedaireka Fakultas Peternakan IPB University yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, MS menggelar Webinar bertajuk  Sosialisasi Prospek Pakan Premium Mengandung Omega-3 untuk Menghasilkan Pangan Fungsional. Acara ini berlangsung secara hybrid di Ruang Sidang Departemen IPTP, Peternakan (Fapet) IPB University pada (6/10) dan terselenggara atas kerjasama Kedaireka yang merupakan program dari Dikti, Fapet IPB, STP (Science Techno Park) IPB, dan Indofeed (sebagai mitra). Peserta yang hadir sekitar 150 orang terdiri dari Mahasiswa, Dosen, Peternak, Peneliti, Instansi Pemerintah, Balai Peternakan, Akademisi Politeknik dan Pengusaha Bidang Peternakan.

Dekan Fapet Dr. Idat Galih Permana sangat mengapresiasi acara tersebut. Dalam sambutannya ia menguraikan beberapa hal terkait Kedaireka dan Fapet “Pada tahun ini Fapet berhasil meloloskan 9 judul program Kedaireka yang mendapatkan Dana bantuan dari Kemenristek, dosen-dosen di Fapet sangat kompetitif dan produktif menghasilkan riset dan inovasi” ujarnya. Terkait Omega 3, ia  menjelaskan bahwa riset ini sudah dipublikasikan dan mendapat paten dan upaya mensosialisasikan harus lebih luas lagi supaya bermanfaat bagi masyarakat. “Telur ini salah satu produk hewani yang sangat luas permintaannya, trend produk Omega-3 merupakan produk premium yang sangat diminati masyarakat, namun produk-produk ini baru ada di supermarket-supermarket besar dan ini adalah kesempatan kita agar marketnya bertambah dan peternak yang membudidayakan lebih mendapat keuntungan” ungkapnya.

Webinar yang dimoderatori oleh  Prof. Yuli Retnani dari Divisi Manufaktur dan Industri Pakan Departemen INTP Fapet ini menampilkan 3 Narasumber yang ahli di bidangnya. Narasumber pertama yaitu Prof. Iman Rahayu sebagai Inventor Suplemen Omega-3. Dalam presentasinya, Prof. Iman menceritakan rekam jejak inovasi pakan Omega-3 yang menghasilkan telur Omega-3 sebagai suplemen karena dicampurkan ke dalam pakan, melalui bioproses ke ayam.

 “Penelitian dimulai sejak tahun 1995, melalui rekayasa pakan, membuat suplemen Omega-3  dengan beberapa penelitian antara lain meningkatkan nutrisi makro dan mikro, meneliti teknologi Omega, Kualitas Telur, Suplementasi Omega-3 dan studi perilaku konsumen lalu mendapat paten di tahun 2009”urainya. Guru Besar di Fapet IPB ini juga memastikan bahwa produk yang dihasilkan adalah produk yang ramah lingkungan karena bahan baku suplemennya berasal dari limbah ikan lemuru dan ampas tahu kering fermentasi.

Hadir pula Prof. Sumiati sebagai Narasumber yang menjelaskan Aplikasi Penggunaan Inovasi Suplemen Omega-3 pada Pakan Ayam yang menghasilkan telur fungsional yaitu telur yang sudah didesain melalui rekayasa nutrient. Manfaat telur fungsional sendiri, dijelaskan oleh Prof. Sumiati antara lain untuk mengatasi kekurangan protein “Selain itu, kandungan Omega-3 baik untuk memelihara fungsi otak, meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, menurunkan risiko terjadinya penyakit pada otak serta menurunkan kolesterol darah” jelasnya. Namun, manusia tidak bisa membentuk Omega-3 dalam tubuhnya, sehingga kita perlu mengkonsumsinya dan dengan kondisi geografis Indonesia sebagian besar adalah lautan yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber Omega-3 dalam pakan ayam petelur.

Materi terakhir disampaikan oleh CEO PT. Nutricell Pacific yaitu Ir. Suaedi Sunanto, S.Pt., M.BA., IPU, beliau memaparkan mengenai Prospek dan Tantangan Pemanfaatan Inovasi Suplemen Omega-3 di Industri Pakan Ayam Petelur. Secara lugas beliau menggambarkan beberapa fakta menarik mengenai DHA yang menjadi bagian penting dalam Omega-3 yaitu 97% Omega-3 yang ada di otak terdiri dari DHA yang berfungsi mempengaruhi kecepatan informasi dan proses di otak dan bermanfaat bagi ibu hamil, anak-anak dan orang dewasa. “Marketnya yaitu banyak produk makanan yang diklaim mengandung Omega-3 menghasilkan pertumbuhan penjualan sangat bagus dengan klaim DHA dan melebihi produk biasa yang tidak mengandung DHA” jelasnya yang menambahkan bahwa klaim DHA mampu membuat costumer membeli kembali sehingga menjadi parameter yang cukup strategis. (Femmy)