News

Sejumlah mahasiswa IPB University berhasil membuat inovasi bernama Spartac. Sebuah Smart Apartement yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan cacing. Inovasi ini berawal dari penumpukan kotoran sapi yang terjadi di sekitar peternakan. 

Inovasi Spartac dibuat melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Iptek (PKM-PI) IPB University dan dibimbing oleh dosen pendamping Verika Armansyah Mendrofa, SPt, MSi. Tim ini diketuai oleh Albert Setya Purcahya dari mahasiswa Fakultas Peternakan dan didampingi oleh empat anggota yaitu Agustin Marlili Artika,Salma Nur Aeni, Restina Kutyaningrum dan Achmad David. 

Berdasarkan penelitian yang ada, satu ekor sapi dapat menghasilkan limbah berupa feses lebih kurang lima kilogram setiap harinya. Dengan demikian, penumpukan kotoran pada kawasan peternakan sering terjadi. 

Albert Setya Purcahya, selaku ketua tim menerangkan, dirinya bersama empat temannya menggagas inovasi Spartac. Ia menjelaskan, Spartac atau Strategi Pengolahan Kotoran Sapi Berbasis Smart Apartment dibuat secara bertingkat yang dapat dibongkar pasang (knock down) dan setiap rak dapat ditarik seperti konsep lemari laci.

Dikatakannya, konsep ini bertujuan untuk memudahkan mitra dalam pemeliharaan dan efisiensi tempat produksi di sekitar kawasan peternakan. Selain itu, apartment ini dibuat dengan semua sisi tertutup dan terdapat sirkulasi udara pada beberapa sisi. 

“Konsep ini dilakukan karena dalam pemeliharaan cacing membutuhkan tempat yang lembab dan tidak terlalu terang. Masing masing tingkat dilengkapi dengan sensor suhu dan kelembaban lampu kipas dan sprinkle,” kata Albert. 

Mahasiswa IPB University itu menjelaskan sistem pengaturan suhu dan kelembaban secara otomatis ini ditentukan oleh suhu dan kelembaban media. Menurutnya, apabila kelembaban media sudah mencapai batas minimum, maka sistem akan mengirimkan sinyal ke pompa dan air pun akan dialiri melalui sprinkle.

“Jika kelembaban media sudah sesuai, maka pompa akan berhenti secara otomatis begitu juga dengan suhu. Sistem ini tentu akan membantu permasalah yang dialami mitra selama ini,” tambah Albert, mahasiswa IPB University dari Fakultas Peternakan.

Ia mengaku, alat ini sudah diimplementasikan pada mitra yaitu pada kelompok peternak di Kawasan Usaha Peternakan Bogor. Salah satu peternak, Uci menyebutkan alat ini sangat membantu dan sesuai dengan kebutuhan serta mengatasi permasalah yang selama ini terjadi (ipb.ac.id)

Dalam rangka program Dosen Mengabdi, tim dosen IPB University terdiri dari Dr Heri Ahmad Sukria, Sazli Tutur Risyahadi, STP, MT, MSi dan Suhendi Irawan ST, MSc memberikan pelatihan dan pendampingan formulasi pakan bagi para peternak kelinci di Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga, Bogor, Jawa Barat (14/8). Program tersebut sebagai penerapan teknologi dari Fakultas Peternakan IPB University yang bertujuan meningkatkan produktivitas kelinci pedaging para peternak di salah satu desa lingkar kampus.
 
Pelatihan dihadiri oleh 14 peternak kelinci pedaging yang dikoordinasikan oleh Indra Wiraguna, pemilik Kagoda Rabbit Farm. Dalam sambutannya, Indra menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan ransum sangat mendukung kemajuan peternakan kelinci. Pasalnya saat ini harga pakan cenderung semakin meningkat. Di sisi lain, terdapat banyak bahan pakan potensial di sekitar daerah tempat tinggal peternak.
 
“Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (abdimas) ini bertujuan sebagai arena pembelajaran peternak untuk menjadikan kelincinya lebih produktif dan lebih menguntungkan dengan memformulasikan bahan-bahan pakan lokal yang berada di sekitar wilayah peternak,” jelas Dr Heri Ahmad Sukria. 

Setelah pelatihan, dosen IPB University melakukan pendampingan pengujian pakan lokal hasil formulasi kepada ternak kelinci. Pendampingan dilakukan sejak adaptasi pakan, penimbangan berat badan kelinci, pengukuran konsumsi pakan hingga uji kualitas sampel pakan.

Anggota tim dosen lainnya, Sazli menyampaikan mengenai teknik formulasi ransum dengan linear programming berbasis software excel. Menurutnya, biaya bahan baku pakan akan minimal sekaligus kebutuhan nutrisi kelinci akan terpenuhi dengan penerapan linear programming berbasis excel.

“Usaha peternakan membutuhkan kolaborasi bersama antar peternak, misalnya dengan pembentukan koperasi peternakan kelinci. Sehingga pengadaan bahan baku akan lebih murah, biaya produksi akan lebih rendah dan potensi pemasaran yang lebih luas baik dagingnya maupun olahannya,” terang Sazli.

Lebih lanjut, Suhendi menambahkan dalam tutorialnya bahwa excel merupakan software familiar bagi beberapa peternak kelinci, terutama peternak milenial sehingga mudah diterapkan.

Salah satu peternak yang mengikuti pelatihan, Uu Sugema menuturkan, kegiatan ini menambah wawasannya. Uu mengaku, sebelumnya ia hanya mengetahui pakan yang dibeli toko. Namun sekarang dirinya sudah mengetahui jenis bahan-bahan pakan, kandungan nutrisi dan cara formulasi pakan.

“Tidak hanya mendapat pengetahuan, namun saya juga merasa bersyukur karena pakan hasil produksinya diuji oleh Laboratorium Pakan IPB University. Juga berkesempatan untuk diproduksi dengan bantuan dari Divisi Industri Pakan IPB University, sehingga lebih termotivasi untuk terus melakukan formulasi bahan pakan,” ujar Uu, peternak yang kini memiliki sekitar 50 ekor kelinci pedaging (ipb.ac.id)