News

Salah satu metode pengolahan sampah organik, seperti sampah dapur, adalah biokonversi dengan metode BSF (Black Soldier Fly). Produk yang dihasilkan antara lain maggot dan kompos. Produk ini dapat bernilai ekonomi tinggi karena dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kegunaan lainnya.

Prof Dewi Apri Astuti, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan mengatakan bahwa maggot BSF memiliki keunggulan sebagai pakan ternak. Eropa bahkan telah memanfaatkan larva sebagai salah satu pakan ternak berkelanjutan demi menunjang kebutuhan pangan. Terlebih kebutuhan akan protein hewani meningkat seiring dengan meningkatnya angka pertumbuhan populasi.

Menurutnya, kehadiran pakan berkontribusi signifikan untuk menghasilkan produksi ternak yang optimum. Dikarenakan biaya pemberian pakan yang cukup tinggi, dunia peternakan mencari alternatif pakan yang efisien, salah satunya BSF. Solusi ini dapat mengatasi tingginya angka impor tepung ikan yang menyebabkan defisit negara.

Dalam Webinar Paguyuban Pegiat Maggot bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berjudul “Pengurangan Sampah dengan Biokonversi BSF Menuju TPA Bebas Sampah Organik, (16/04), ia menjelaskan beberapa keunggulan larva BSF. Yakni sebagai pakan ternak adalah mengandung nutrien berkualitas, mudah dipelihara, murah dan memberi solusi dalam masalah lingkungan.  “Kehadiran BSF sebagai pakan ternak ini memiliki potensi untuk mengolah limbah menjadi rupiah,” katanya.

Menurutnya, sampah organik dapat digunakan sebagai media pertumbuhan larva. Produknya dapat dikomersialisasikan dalam larva segar, larva kering, tepung maggot dan sisa limbah seperti kitin dan kitosan. Sisa limbah ini dapat dipergunakan di bidang kosmetik dan makanan.

“Media sangat mempengaruhi bagaimana kualitas larva. Bagusnya limbah-limbah dapur atau pasar dikombinasikan dengan sumber-sumber protein yang lebih tinggi,” sebutnya.  Prof Dewi menambahkan, media sampah organik sekitar 800 kg dapat menghasilkan 300 kilogram larva. Harga media dan biaya operasionalnya berbeda-beda tergantung lokasi. Namun kombinasi dengan bungkil sawit dinilai lebih baik karena dapat menghasilkan larva berprotein tinggi.  “BSF sudah merambah ke industri yang menjanjikan. Pembudidaya pemula maggot dapat memulainya dengan cukup mengumpulkan (larva) untuk pakan ikan dan unggasnya,” tambahnya.

IPB University juga memiliki rumah BSF dan produksinya sudah kontinyu. Di rumah BSF, ia mengkombinasikan limbah ternak yang biasanya berkadar nitrogen tinggi dengan limbah sayuran/hijauan atau cacahan sisa pakan ternak. Rasio ini dapat menghasilkan komposisi larva yang berkualitas baik.

“Nutrisi larva BSF sebagai pakan ternak sudah terbukti nyata memiliki keunggulan. Pemberian pada unggas tidak memberikan perbedaan yang nyata dalam hal konsumsi. Bahkan, dapat menekan biaya produksi serta menghasilkan berat telur lebih tinggi serta rendah kolesterol dan tingkat imunitas yang baik,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, dapat diolah sebagai susu pengganti anak ternak dan menjadi produk pakan tinggi energi bagi ruminansia. Produk samping kitosannya juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi pertumbuhan bakteri metanogen pada limbah ternak yang berpengaruh buruk pada kualitas lingkungan (ipb.ac.id)

Mahasiswa Program Studi Teknologi Produksi Ternak mengikuti praktikum tematik di PT Global Dairi Alami, Subang, 13/4. Kegiatan ini bertujuan supaya mahasiswa bisa belajar dan dapat mengadopsi inovasi dan teknologi dari industri sapi perah. Tidak hanya itu, kegiatan ini juga bertujuan agar mahasiswa lebih siap dalam menghadapi dunia kerja setelah lulus nanti. 

Iyep Komala, dosen pendamping praktikum menerangkan, mahasiswa Teknologi Produksi Ternak dapat belajar tentang integrated dairy farm di PT Global Dairi Alami (PT GDA). Proses yang dilakukan di perusahaan tersebut mulai dari budidaya sapi perah, perkandangan, pemerahan dengan menggunakan rotary milking, penanganan susu, pengolahan susu, packaging, pemasaran sampai pengolahan limbah skala industri.

"Kami sangat menyambut baik adanya kunjungan ini karena akan bermanfaat bagi para mahasiswa dalam melihat dunia industri lebih dekat, membandingkan ilmu yang diperoleh di kampus dengan praktiknya di lapangan serta memberikan motivasi untuk belajar lebih kreatif dalam mempersiapkan diri untuk bersaing di dunia industri setelah lulus nanti," kata Asep Kayudin, MM Senior Head of Manufacturing PT GDA.

Anis Zamaluddien juga mengaku senang atas kunjungan mahasiswa IPB University tersebut. "Senang sekali dapat kunjungan dari mahasiswa TPT IPB University. Sharing beberapa hal terkait Integrated Dairy Farm. Diskusinya menarik dan terlihat antusiasme yang tinggi dari mahasiswa TPT. Semoga sukses studinya dan bisa berkontribusi untuk kemajuan bangsa di masa depan," kata Anis Zamaluddien, MP, QA/QC Manager PT Global Dairi Alami (ipb.ac.id)