News

Progam Studi Teknologi Produksi Ternak (TPT) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University melaksanakan praktikum tematik bagi mahasiswa. Kegiatan praktikum tematik berlangsung dari 30 Maret sampai 13 April mendatang. Pelaksanaan praktikum tematik ini bekerjasama dengan PT ASputra Perkasa Makmur (ASPM). 

Dr Idat Galih Permana, Dekan Fapet IPB University mengatakan penyelenggaraan praktikum tematik bertujuan untuk menyiapkan mahasiswa menjadi wirausahawan. Terutama di bidang unggas, ternak potong, ternak perah termasuk juga hewan ataupun satwa harapan. 

“Praktikum tematik ini merupakan suplemen tambahan untuk mempersiapkan mahasiswa yang sebentar lagi lulus. Sistem kemitraan yang ditawarkan diharapkan bisa menjadi pemicu bagi mahasiswa yang terkendala permodalan, namun ingin meningkatkan produktivitas ternak melalui peningkatan kandang menjadi modern atau closed house,” kata Dr Idat Galih Permana. 

Sementara, Dr Tuti Suryati, Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) IPB University menyampaikan terima kasih bahwa selama kegiatan belajar online, mahasiswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Namun demikian, katanya, keilmuan teknologi produksi ternak tidak bisa diselesaikan dengan online. 

“Jadi mahasiswa harus ke kandang, harus mengenal ternaknya dan harus mengetahui bagaimana menghandle ternak, tidak hanya dibayangkan maupun melihat dari video tetapi harus praktik langsung,” kata Dr Tuti Suryati.

Dosen IPB University itu juga menyarankan agar mahasiswa dapat meningkatkan kompetensi dan skillnya. Dengan demikian, setelah lulus nanti para mahasiswa dapat menawarkan kompetensinya kepada perusahaan. 

Melalui praktikum tematik, mahasiswa dikenalkan tentang sistem kandang Paranje. Konsep bisnis Paranje adalah konsep sharing economy antar pelaku bisnisnya. Partisipasi dari para pelaku yang terlibat di ekosistem tersebut berbagi perannya masing-masing. 

Daru Wiratomo, Production Lead PT ASputra Perkasa Makmur menyampaikan, Paranje menggunakan sistem kandang dengan model terbaru yaitu closed house yang dipinjamkan kepada mitra. Peminjaman dilakukan selama kerjasama berlangsung sehingga mitra tidak terbebani biaya investasi. 

“Sistem pemeliharaan dipantau dan dipandu dengan aplikasi digital yang merupakan terobosan baru di industri peternakan. Kemitraan ini dilakukan dengan pola bagi hasil, yang pertama kali diimplementasikan di Indonesia dan berbeda dengan sistem kemitraan konvensional,” kata Daru.

Iyep Komala selaku Ketua Panitia mengatakan, dalam masa pandemi ini, Fapet IPB University lebih banyak melakukan pembenahan di dalam. Dengan demikian, ada kesempatan untuk melakukan kerjasama dan berbagi fasilitas yang ada di kandang. 

“Selamat buat adik-adik yang mengikuti Praktikum Tematik TPT. Mudah-mudahan kita bisa mendapat banyak manfaat dari kegiatan ini dan kita selalu diberikan kesehatan sehingga kita bisa mengikuti segala kegiatan di kampus dan bisa lebih meningkatkan promosi Paranje,” pungkas Iyep Komala (ipb.ac.id)

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dunia, permintaan konsumsi daging turut meningkat. Para ilmuwan ‘memutar otak’ dengan cara membuat daging sintetis sebagai alternatifnya. Terlebih lagi dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan berkelanjutan dan aspek kesejahteraan hewan.
Terkait dengan daging síntesis ini, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University menggelar kajian kauniyah Teropong Cercah Kauniyah (TerCerahKan) dengan topik “Daging Sintetis”, Selasa (05/04). Terutama untuk mengupas daging síntetis dari perspektif Islam.

Prof Nahrowi, Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan menilai bahwa produksi daging sintetis bisa menjadi peluang baik untuk industri peternakan. Terdapat kelebihan dan kekurangan terutama terkait aspek nutrisi. Daging sintetis biasa terbuat dari protein nabati hingga yang berbasis sel.

“Daging sintetis ini merupakan hal yang tidak boleh dielakkan karena teknologi akan terus berkembang menurut pemikiran manusia agar lebih efisien,”ungkapnya.
Menurutnya, alasan rasional lain ilmuwan mengembangkan daging sintetis ini terkait persoalan lingkungan. Umat muslim juga telah diajarkan untuk tidak merusak lingkungan. Selain itu, aspek kesejahteraan hewan (animal welfare) juga tidak kalah penting. Alasan lainnya yakni terkait penyusutan dan konversi lahan, penyakit menular dan meningkatnya tren hidup ala vegan. 

“Maka saya katakan ini merupakan peluang industri peternakan untuk memperbaiki cara-caranya (industri peternakan) dalam mengelola industri. Agar lingkungan tidak rusak serta mengikuti animal welfare. Bila industri peternakan menjalankan syariat maka animal welfare ini seharusnya sudah dijalankan,” tambahnya.  

Ia menambahkan, produksi daging síntetis masih terbilang mahal. Industri peternakan harus bersikap bijak untuk menganalisis produksi daging sintetis ini. Daging sintetis dinilai lebih cocok untuk olahan makanan. Namun ada kekhawatiran daging ini dioplos.

Dari segi nutrisi, tambahnya, nutrisi makronya terbilang cukup baik. Namun nutrisi mikronya belum bisa disejajarkan dengan daging alami. Daging asli dan daging síntetis tidak dapat dipertukarkan secara nutrisi. Persepsi negatif terhadap daging alami juga kecil kemungkinan untuk berubah.  “Kekurangan dari industri peternakan ini menjadi peluang untuk berproduksi secara eco-friendly,” imbuhnya.

Sementara itu, Prof Hamim, Dosen IPB University dari Departemen Biologi FMIPA menambahkan bahwa dalam perspektif ajaran Islam, binatang ternak telah dianjurkan untuk dipergunakan menjadi baju hingga dikonsumsi. Dagingnya memiliki berbagai manfaat, untuk memenuhi kebutuhan protein dan asam amino esensial. Islam dan Al-Qu’ran memandang daging penting sebagai sumber pangan.

Menurut, Allah hanya membatasi konsumsi dan penggunaan beberapa jenis daging serta aturannya tidak menyulitkan umatnya. Al-Qu’ran lebih menekankan pada aspek kehalalannya. Selain itu, Islam menekankan agar daging tidak hanya dikonsumsi oleh orang kaya. Oleh karena itu, penyembelihan hewan kurban sejatinya dianjurkan agar daging dapat terdistribusi kepada fakir miskin.

“Saya dorong bagi Bapak Ibu yang bergiat di industri peternakan bagaimana membuat industri yang baik. Karena Allah menekankan pentingnya ini (daging) menjadi barang yang tidak terlalu mahal dan bisa terjangkau bagi seluruh umat manusia,” sebutnya.

Ia menambahkan, daging disebut sebagai salah satu hidangan surga. Dalam memenuhi permintaan daging ini, adanya daging sintetis masih diperdebatkan aspek kehalalannya. Paling tidak, unsur, proses, dan komponennya harus terbebas dari bahan haram.

“Daging sintetis juga memiliki perbedaan dengan daging sembelih terutama harus bebas dari ghoror (penipuan). Terlebih industri daging ini termasuk ke dalam sistem yang kompleks dan mekanismenya panjang. Selain itu, dagingnya juga harus memenuhi kualitas yang baik yakni bergizi dan bebas dari unsur yang membahayakan. Aspek-aspek ini harus menjadi bagian yang harus diperhatikan dan menjadi PR bersama (ipb.ac.id)