News

Fakultas Peternakan (FAPET) IPB University melakukan penandatanganan kerja sama nota kesepahaman (MoU) dengan PT ASputra Perkasa Makmur (ASPM), 28/3. Kerja sama tersebut dalam rangka pengembangan akademik di bidang kewirausahaan dan soft skill mahasiswa IPB University. Kerja sama ini bertujuan untuk menyiapkan mahasiswa agar bisa melakukan kegiatan akademik dan juga magang ataupun pelatihan dalam bidang budidaya unggas dalam model medium scale.

Dr Idat Galih Permana, Dekan Fapet IPB University menyampaikan, aspek pendidikan pada kerja sama ini melibatkan dosen dan mahasiswa yang bisa dijadikan sekolah asisten mitra. “Pada prinsipnya terbuka untuk umum, dikarenakan adanya pengaturan dari sisi jumlah dan juga waktu,” kata Dr Idat. 

Ia melanjutkan, kegiatan tersebut dapat berupa praktikum serta langsung terjun ke lapang. Sementara, aspek yang ingin dikembangkan yaitu membuat mahasiswa bisa menjadi wirausaha dalam produksi ayam broiler melalui model kemitraan. Salah satunya dengan sistem Paranje.

Ananta Anastasia dari PT ASputra Perkasa Makmur (ASPM) mengatakan, “Paranje merupakan terobosan program pemberdayaan bagi masyarakat khususnya mahasiswa Fakultas Peternakan.” Ia menjelaskan program tersebut merupakan program pemeliharaan ayam broiler melalui kemitraan. Program ini memfasilitasi peminjaman kandang sehingga menjadi jembatan bagi mahasiswa menjadi peternak pemula. Ia berharap setelah lebaran sudah bisa check in pertama. 

Penandatanganan kerjasama ini bertujuan mempersiapkan mahasiswa ketika lulus, sudah mempunyai pengalaman tentang mengelola bisnis ayam broiler dengan skala menengah. Skema kerjasama ini menarik karena Paranje bisa memfasilitasi pinjaman berupa kandang. Melalui kerjasama ini, tidak hanya dalam aspek budidaya tetapi pihak Paranje juga bisa memberikan training bagi mahasiswa atau calon peternak yang tertarik untuk memulai bisnis peternakan.

Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan Fapet IPB University yaitu, Dr Idat Galih Permana, Dr Sri Suharti, Prof Irma Isnafia Arief, Dr Jakaria, Iyep Komala, dan Ananta Anastasia dari PT ASputra Perkasa Makmur (ASPM)

Di berbagai toko swalayan besar di Indonesia kini sudah banyak dijumpai berbagai macam telur ayam dengan harga yang berbeda-beda. Namun, sebagian besar telur yang ada di pasaran dihasilkan dari ayam petelur yang dipelihara secara individu dengan ruang gerak yang sangat terbatas. Harga telur yang dihasilkan dengan sistem ini memiliki harga paling murah jika dibandingkan dengan sistem pemeliharaan lainnya dan paling banyak menyuplai kebutuhan telur di Indonesia. 

Menurut Prof Ronny Rachman Noor, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, sistem pemeliharaan secara individu ini secara bertahap sudah mulai ditinggalkan karena menyangkut masalah animal welfare. Ia menilai, sistem pemeliharaan ayam petelur dalam kandang dengan ruang sangat terbatas dapat menyiksa ayam tersebut. Pasalnya, sistem kandang yang demikian bertentangan dengan sifat alami ayam yang biasanya berkeliaran dan mencari makan sendiri di luar kandang. 

"Secara alami, ayam petelur memiliki kebiasaan berjalan, mandi debu dan mencari makannya sendiri sesuai dengan pilihannya.  Di samping itu, ayam memiliki kebiasaan membuat sarang, mengepakkan sayapnya, meregangkan tubuhnya dan menggoyang-goyangkan ekornya," kata Prof Ronny. 

Ia mengatakan, ayam yang dipelihara dengan sistem kandang individu tidak dapat melakukan semua kegiatan alaminya sehingga sistem pemeliharaan dengan kandang individu dinilai melanggar animal welfare. Untuk memenuhi kebiasaan alami ayam, sistem pemeliharaan ayam petelur tidak lagi dilakukan secara individu. Namun, pemeliharaan dilakukan secara komunal dengan kandang yang dapat menampung sekitar 50 ekor ayam per unit kandangnya secara bersamaan. Di dalam kandang komunal ini, kata Prof Ronny, biasanya disediakan tempat bertengger dan tempat beristirahat serta kotak untuk bersarang. Dengan cara pemeliharaan seperti ini ayam petelur dapat lebih mengekspresikan tingkah laku alaminya  dibandingkan dengan ayam yang dipelihara secara individu.

"Salah satu tren permintaan telur yang semakin meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup adalah telur organik. Telur organik dihasilkan dari ayam dengan menggunakan sistem pemeliharaan free-range dengan pakan alami dan bebas dari penggunaan obat-obatan dan bahan kimia lainnya," tambahnya.

Dosen IPB University itu melanjutkan, pakan ayam yang digunakan biasanya bebas dari kandungan bahan yang berasal dari produk ternak. Tidak hanya itu, pakan juga bebas dari penggunaan pupuk, pestisida, maupun penggunaan hormon dan obat-obatan lainnya.  Disamping itu, telur organik dihasilkan dari galur ayam yang alami dan bukan hasil rekayasa genetik.

Berdasarkan hasil penelitian, telur ayam yang dihasilkan dari sistem free-range biasanya mengandung mineral magnesium dan beta karoten yang lebih tinggi. Perubahan sistem pemeliharaan ayam petelur ini lebih menekankan pada animal welfare agar ayam dapat menghasilkan telurnya lebih dekat dengan alam dan lebih bebas mengekspresikan sifat alaminya.

"Perubahan sistem pemeliharaan ayam petelur yang lebih alami ini dikombinasikan dengan pakan alami akan menghasilkan telur ayam yang lebih sehat dan lebih ramah lingkungan," pungkas Prof Ronny. (ipb.ac.id)