News

Profesor Rudy Priyanto, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan menyebut sapi lokal merupakan sumberdaya ternak penghasil daging yang sangat potensial di Indonesia. Ia menyebut, populasi sapi lokal saat ini tercatat sekitar 17 juta ekor yang terdiri dari berbagai rumpun dengan sapi Bali sebagai populasi tertinggi (33 persen). 

Dosen IPB University di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan ini menjelaskan, berdasarkan hasil studi morfometri terhadap berbagai rumpun sapi lokal, menunjukkan adanya keragaman ukuran kerangka tubuh yang menggambarkan perbedaan tipe maturity, performa pertumbuhan dan bobot potong sapi. Ia juga menyebut, studi morfometri juga berhasil mengidentifikasi parameter tubuh yang menjadi penciri sapi tipe pedaging dan sapi tipe pekerja. 

“Dari kajian ini, sapi lokal perlu dikembangkan menjadi sapi tipe pedaging melalui peningkatan ukuran kerangka dan dimensi tubuh terutama lebar pinggul, lebar dada dan dalam dada,” kata Prof Rudy Priyanto, pakar ternak ruminansia dari IPB University.

Saat ini, kata Prof Rudy, rumpun sapi lokal yang berkembang di Indonesia masih didominasi oleh sapi berkerangka tubuh kecil hingga sedang. Sapi lokal tersebut merupakan keturunan Bos javanicus, Bos indicus yang merupakan sapi tipe kerja dan hasil persilangan dari kedua jenis sapi tersebut. Prof Rudy menyebut, sapi lokal ini memiliki sifat pertumbuhan dan bobot potong yang relatif rendah sehingga sulit memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negeri. 

Lebih lanjut, Prof Rudy menjelaskan, sapi lokal sulit menghasilkan daging steak premium berdasarkan standar USDA Choice karena sebagian rumpun sapi lokal mengandung darah Bos indicus. Pasalnya, sapi lokal ini menghasilkan daging yang relatif keras. 

Di antara rumpun sapi lokal, kata Prof Rudy, sapi Bali yang berumur 1,5 sampai 2,5 tahun dapat menghasilkan daging yang memenuhi standar kualitas USDA Choice. Ia menerangkan, sapi Bali juga mampu menghasilkan meat yield yang tinggi dengan keunggulan distribusi pada potongan daging kelas I di bagian punggung terutama striploin dan cuberoll. 

“Sapi Bali dengan populasi lebih dari lima juta ekor merupakan sapi asli Indonesia yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil daging premium,” kata Prof Rudy. 

Prof Rudy menerangkan, ternak ini dapat dibudidayakan secara menguntungkan pada berbagai ekosistem yang tersebar di berbagai wilayah sentra produksi sapi di Indonesia. Strategi pengembangan sapi Bali sebagai ternak penghasil daging premium harus terintegrasi dari hulu ke hilir. 

“Kita perlu mengembangkan sentra breeding farm dan fattening sapi Bali. Kita juga perlu melakukan standarisasi ternak dan daging,” kata Prof Rudy. 

Tidak hanya itu, pengembangan lainnya yang perlu dilakukan adalah pengembangan branding daging sapi Bali premium serta pengembangan niche market. Prof Rudy juga menekankan bahwa pengembangan ini memerlukan dukungan kebijakan yang berpihak pada usaha produksi sapi Bali sebagai penghasil daging premium dari hulu ke hilir (ipb.ac.id)

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University dan Sinar Harapan Farm (SHF) gelar webinar Kedai Reka “Peningkatan Konsumsi Protein Hewani di Masyarakat Pedesaan Berbasis Kelinci dan Ayam Lokal”, (1-2/10). Webinar ini menjadi media merdeka belajar bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya pikir dalam penyelesaian permasalahan yang terjadi dalam bisnis peternakan.

“Webinar ini juga meningkatkan keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam penanganan dan pengelolaan pasca panen ternak yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di masa depan,” ujar Dekan Fakultas Peternakan, Dr Idat Galih Permana.

Menurutnya, program ini merupakan salah satu media belajar mahasiswa di luar kampus. Ini juga menjadi solusi untuk peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga menjadi lulusan yang lincah, tangguh, dan adaptif terhadap perubahan.

“Ternak ayam IPB-D1 dan kelinci merupakan salah satu komoditi yang strategis  untuk dikembangkan, terutama untuk meningkatkan ketahanan pangan. Selain itu, webinar ini akan sangat bermanfaat baik bagi mahasiswa maupun masyarakat umum terkait pentingnya budidaya ternak kelinci dan ayam,” imbuhnya.

Webinar ini menghadirkan empat pembicara. Yaitu Ir Bambang Krista, MM (Owner Peternakan Citra Lestari Farm) menyampaikan potensi ayam IPB-D1 dan pengembangannya di industri berbasis kelompok peternak. Dr Ir Lucia Cyrilla ENSD, M.Si (Dosen Usaha Peternakan Fakultas Peternakan IPB University) menyampaikan pemasaran dan promosi produk di era digital. Dr Bram Brahmatiyo menyampaikan peningkatan konsumsi protein hewani di masyarakat pedesaan berbasis kelinci. Dan Ir Hj Dedah Herlina, MSi menyampaikan pengembangan ternak di Kabupaten Sukabumi. 

Hadir juga Ketua Tim Peneliti Kedai Reka, Prof Cece Sumantri dan Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Dr Tuti Suryati memberikan sambutan (ipb.ac.id)