News

Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University kembali menggelar kegiatan Ngabarek 2 dengan tema “Sukses Menjadi Bintang Versi Sendiri” secara daring (19/09). Ngabarek 2 merupakan rangkaian acara dari Meet Cowboy 57 untuk memperkenalkan lebih jauh Fakultas Peternakan IPB University. Dalam kegiatan ini, mahasiswa Fapet mendapatkan berbagai ilmu dari guest star yang telah sukses di bidangnya.

Salah satu guest star yang hadir adalah Ir Rifda Ammarina, CEO Kampung Agrinex dan PT Puteri Cahaya Kharisma. Rifda mengaku bangga menjadi alumni Fapet IPB Univetsity angkatan 21. Ia mendapatkan kesempatan mempelajari ilmu sosial ekonomi di bidang peternakan, pertanian dan perikanan. 

Menurutnya penting menjadikan dosen sebagai partner di dunia kerja. Langkah pertama menuju kesuksesan yakni dengan membangun jejaring dengan sesama mahasiswa dan dosen. Ia yakin bahwa lulusan peternakan IPB University memiliki potensi untuk maju.

Berdasarkan pengalamannnya, saat kuliah ia menekuni mata kuliah yang menurutnya dapat ia terapkan di bisnis masa depannya. Rajin berpartisipasi dalam aktivitas non akademik kampus juga penting untuk membangun jejaring.

”Belajar menentukan mata kuliah dan kemudian mana yang kita fokuskan. Semua harus berorientasi kepada mau jadi apa kita ke depan. Mau berkecimpung di bidang apa kita ke depan. Apakah mau menjadi profesional atau pengusaha maupun dosen, harus kita tentukan sejak mahasiswa,” ungkapnya.

Sewaktu masih menjadi mahasiswa, ia melihat potensi besar di bidang agribisnis. Hingga kini menjadi pengusaha di bidang tersebut, ia menyebutkan kunci keberhasilannya adalah kemauan belajar sebagai modal usaha terbesar.

Sementara itu, narasumber lainnya yang juga alumnus Fapet IPB University, Ir Anton Sukarna, Direktur Penjualan dan Distribusi Bank Syariah Indonesia menyebutkan ukuran kesuksesan akan berbeda pada setiap orang. Namun terdapat syarat utama untuk mencapai kesuksesan, yaitu terkait dengan keahlian dan keterampilan. Terkait dengan hard skill dan soft skill. Soft skill yakni terkait dengan kemampuan berkomunikasi, fleksibilitas, kepemimpinan, kerjasama, dan manajemen waktu.

Salah satu soft skill yang penting menurutnya adalah mampu membangun kemampuan komunikasi. Ini sudah menjadi tuntutan agar bisa hidup mandiri. Hal tersebut ia bangun melalui berbagai aktivitas kemahasiswaan dan inisiatif. Tentunya segala kegiatan yang ia ikuti didasari dengan suatu nilai dan keyakinan pribadi. 

“Bila kita mempunyai nilai yang diperjuangkan, inilah yang harus dicatat. Anda mempunyai bahan bakar yang tidak pernah habis,” ujarnya.

Dr (cand) Audy Joinaldy, MM, IPM, ASEAN.Eng, alumnus Fapet IPB University yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumatera Barat dan Ketua Umum Hanter IPB University turut hadir sebagai keynote speaker dalam acara tersebut. Ia mengungkapkan pilihan para mahasiswa untuk terjun dalam dunia peternakan sangat tepat. Mengingat tingkat pengangguran lulusan sarjana lebih tinggi di masa pandemi karena pertumbuhan ekonomi yang lamban. 

Menurutnya, IPB University telah memupuk sedari dini agar mahasiswanya menjadi entrepreneur. Fakultas Peternakan IPB University juga dikenal sebagai salah satu fakultas penghasil pengusaha terbanyak di IPB University. Hal tersebut membuktikan bahwa lulusan peternakan IPB University memiliki kreativitas yang tinggi dan potensi menjadi pengusaha.

Ia ingin memacu mahasiswa Fapet IPB Univetsity untuk tetap mempertahankan fakultasnya sebagai penghasil pengusaha terbanyak. Tentunya, menjadi pengusaha sukses membutuhkan modal, bukan hanya dana. Modal menjadi usaha yakni alam, legalitas, pemahaman akan usaha, ilmu, dan dana. Semua modal tersebut dijaring dengan jejaring yang luas.

“Cuma memang untuk menjadi pengusaha itu selain disiplin, komitmen, jujur, kreativitas tinggi, inovatif, mandiri, dan realistis, kita juga perlu attitude,” tambahnya.
Biasanya, kebanyakan mahasiswa takut gagal menjadi pengusaha. Hal tersebut didasari oleh ketidakmandirian baik dari segi sumberdaya manusia, operasional, keuangan, dan sebagainya. 

Ia menyarankan agar mahasiswa dapat menyusun strategi, terus mencoba belajar, serta pandai memanfaatkan kesempatan (ipb.ac.id)

Belakangan ini, harga telur ayam terjun bebas yang berdampak pada kerugian bagi peternak. Melihat fenomena ini, Profesor Niken Ulupi, pakar peternakan dari IPB University menyebut telah terjadi ketidakseimbangan antara supply dan demand telur ayam.

"Pengaruh buruk akibat harga telur yang anjlok adalah beberapa peternak rakyat atau peternak mandiri mulai menutup usahanya. Apabila ini tidak segera diatasi maka ke depannya masyarakat akan mengalami krisis pangan khususnya telur ayam sebagai pangan bergizi tinggi sumber protein hewani," ujar Prof Niken.

Harga telur di beberapa daerah di Indonesia, seperti Blitar mencapai 13 ribu per kilogram. Harga ini sangat jauh dibandingkan dengan harga telur di Bogor atau Jakarta yang masih berada pada kisaran 22 ribu per kilogram.

Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan ini menjelaskan, ketidakseimbangan antara supply dan demand dapat disebabkan oleh banyaknya usaha baru di sektor peternakan ayam ras petelur. Prof Niken juga menyebut, dibangunnya closed house ayam petelur komersil dan perlakuan pembatasan kegiatan masyarakat turut berkontribusi dalam penurunan permintaan telur secara besar.

Prof Niken menyarankan kepada seluruh pelaku usaha di bidang produksi ayam petelur komersial sebaiknya tidak hanya memahami teknik budidaya. Namun, peternak dituntut lebih berkonsentrasi dan memastikan pangsa pasar yang menjadi tujuan usahanya sebelum memulai usaha tersebut.

"Memulai usaha peternakan ayam petelur komersial dengan pola kemitraan bisa menjadi solusi, karena dengan pola tersebut keseimbangan supply dan demand bisa lebih didekati," tambah Prof Niken Ulupi, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan.

Ia berharap, fenomena anjloknya harga telur ayam tidak terulang di kemudian hari. Menurutnya, salah satu upaya untuk menjaga stabilitas harga telur dapat dilakukan dengan mendirikan usaha industri pengolahan telur terutama di wilayah sentra produksi.

Sementara itu, hal lainnya adalah dengan menurunkan dan menstabilkan harga jagung yang merupakan komponen terbesar dari pakan ayam. Upaya ini dapat membantu para peternak mandiri.

“Dengan demikian sangat diperlukan peran aktif pemerintah dalam menjaga kestabilan harga jagung dan ketersediaan pasokan jagung yang dibutuhkan," pungkasnya. (ipb.ac.id)