News

Fakultas Peternakan IPB University mengadakan Halal Bi Halal dalam rangka Idul Fitri 1442 Hijriah pada Rabu (19/05). Sama seperti suasana tahun sebelumnya, akibat pandemi COVID-19 Halal bi halal tahun ini dilaksanakan secara hybrid di ruang sidang Fakultas Peternakan, melalui aplikasi Zoom dan dapat pula disaksikan live melalui Youtube yang mengambil tema “Semangat Idul Fitri Perkuat Silaturahmi di Era Digital”

Halal bi halal ini dihadiri oleh jajaran pimpinan fakultas, senat akademik, dosen, perwakilan HANTER, tenaga kependidikan, jajaran agrianita, mahasiswa, dan lain-lain. Pada kesempatan halal bi halal ini, tausiah disampaikan oleh DR. Salahudin El Ayyubi, Lc. MA.

Dalam sambutannya, Dekan Fapet menyampaikan mohon maaf lahir batin bagi seluruh warga Fakultas Peternakan IPB University. Beliau menyampaikan bahwa pandemi ini telah mengubah tatanan sosial baik pada perkuliahan maupun silaturahmi yang biasanya dilakukan secara tatap muka. Hal ini menuntut kita untuk mampu memanfaatkan teknologi sebaik mungkin dengan tidak mengurangi esensi silaturahmi kita maupun tugas kita sehari-hari. Dekan Fapet juga mengajak segenap sivitas Fakultas Peternakan IPB University untuk menjadikan Idul Fitri kali ini sebagai momentum kebangkitan untuk memulai kegiatan perkuliahan secara tatap muka yang akan dimulai awal semester depan.

Ucapan selamat hari raya idul fitri juga disampaikan oleh Bapak/Ibu Purna Bakti, Ketua Senat, Ketua Umum Hanter, Bapak/Ibu Ketua Departemen, dan perwakilan mahasiswa Ketua BEM Fapet. Halal bi halal ini juga menampilkan persembahan dari berbagai pihak.

Dalam sesi tausiah, Ustad Salahudin El Ayyubi menyampaikan bahwa selama  pandemi ini kita memiliki Tanzanian dalam menjaga silaturahmi antar sesama manusia. Menjadikan perbedaan dan keterbatasan ini sebagai pemersatu umat dengan kolaborasi yang mampu menghasilkan harmoni seperti lukisan dan alunan musik yang indah. Menjaga pergaulan dan silaturahmi antar kita agar kita menjadi semakin kuat ditengah kesulitan maupun pandemi COVID-19 ini. Tausiah ditutup dengan pembacaan doa oleh Ustad Salahudin (Rika Zahera)

Menurut Prof Niken, telur di dalam telur bisa terjadi. Secara keilmuan, kejadian ini dinamakan  double yolk.  Kejadian ini merupakan ketidaknormalan proses pembentukan sebutir telur karena ada dua ovum (sel telur) yang terovulasi secara bersamaan atau hampir bersamaan.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa secara normal hanya satu ovum terovulasi. Ovum tersebut kemudian diproses di dalam saluran reproduksi unggas (oviduct) yang terdiri dari beberapa bagian. Selanjutnya ovum yang terovulasi ini mendapat tambahan putih telur kental/albumen (di dalam magnum), mendapat tambahan cairan garam-garam mineral dan selaput telur (di dalam isthmus) serta mendapat tambahan kerabang/cangkang (di dalam shell gland/uterus). Maka terbentuklah sebutir telur utuh, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh induk unggas.

Rangkaian seluruh proses pembentukan sebutir telur tersebut, dimulai dari ovum diovulasikan sampai terbentuk telur utuh dan dikeluarkan dari tubuh unggas berlangsung dalam waktu 24-25 jam. Setelah telur dikeluarkan dari tubuh induk, sekitar 15-40 menit kemudian, terjadi ovulasi ovum berikutnya.

“Yang menyebabkan proses pembentukkan telur tidak normal sehingga terjadi kasus double yolk adalah faktor genetik dan faktor manajemen (yang membuat unggas petelur panik dan stres) sehingga gerakan peristaltik saluran reproduksinya tidak normal,” jelas dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan ini.

Ia menuturkan kasus double yolk ini bermacam-macam, ada kondisi dua ovum terovulasi secara bersamaan. Yang menyebabkan di dalam satu butir telur ditemukan dua kuning telur yang posisinya persis berdempetan.Selain itu, ada dua ovum yang terovulasi pada waktu yang hampir bersamaan, kejadian ini bisa ditemukan dalam satu butir telur yang posisi kedua kuning telurnya tidak berdempetan, melainkan sudah ada batas putih telur. Bisa jadi posisi kedua kuning tersebut selain dibatasi putih telur juga sudah ada batas selaput telur bahkan kerabang telur, meskipun kerabang tersebut belum terlalu tebal dan keras.

“Telur double yolk ini aman dikonsumsi selama dihasilkan oleh induk unggas yang sehat dan disimpan dalam tempat bersih sehingga meminimalkan telur tersebut terpapar mikroba patogen serta dimasak secara matang. Semua unggas, ayam misalnya, berpeluang menghasilkan telur double yolk. Frekuensinya yang berbeda, tergantung faktor genetik dan manajemen pemeliharaannya, " jelasnya.

Meskipun aman dikonsumsi, Prof Niken menekankan agar kejadian double yolk ini harus diminimalkan terutama pada unggas pembibit, karena telur tersebut tidak bisa ditetaskan. Oleh sebab itu dalam proses penetasan ada seleksi telur tetas, salah satunya adalah seleksi bobot telur (55-65 gram/butir). Karena pada bobot diatas 65 gram/butir dikhawatirkan telur tersebut double yolk