News

IPB University menggelar workshop Kampus Merdeka bertajuk ”Teknik Tampil di Depan Kamera Bagi Para Pakar” secara daring, (5/12). Kegiatan tersebut menghadirkan Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia di Singapura, Suryopratomo.

Tomi, begitu sapaan akrab Suryopratomo adalag sosok yang pernah menjabat sebagai Presiden Direktur Metro TV periode 2017-2019. Alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan  ini  juga merupakan anggota Majelis Wali Amanat (MWA) IPB University.

Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria dalam sambutannya menyampaikan bila kegiatan tersebut diadakan dalam rangka capacity building bagi para dosen. Langkah tersebut penting untuk dilakukan secara rutin sebagai pengembangan diri dan penyesuaian diri dengan perkembangan teknologi dan pendidikan.
Metode pembelajaran yang sedang berlangsung kini bergantung pada kegiatan secara daring melalui berbagai media. Sehingga dosen dihadapkan dengan tantangan tampil di depan kamera sebagai kebutuhan pembelajaran. Kamera dan visual menjadi hal yang penting. Begitu pula dengan ketrampilan  menampilkan informasi dan kajian-kajian yang berkaitan dengan profesi sebagai tenaga pendidik.

"Media seperti Youtube merupakan salah satu media terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk menginspirasi publik melalui berbagai ide. Melalui kegiatan ini, para dosen dapat belajar mengenai berbagai skill tampil di depan kamera. Bukan hanya sekedar teknis, dosen juga dituntut untuk dapat memberikan informasi, penjelasan, dan ilmu yang menginspirasi khalayak umum, " urai Rektor.

Tomi menyebutkan bila keahliannya di dalam dunia jurnalistik didapatkannya melalui gabungan pengalaman selama Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan ilmu yang didapatkan selama kuliah di IPB University. Pengalamannya menulis laporan harian di kampus membuatnya cerdik dalam menulis sehingga kemudian ia diterima sebagai wartawan di Harian Kompas di awal karirnya sebagai seorang jurnalis.

“Berbicara di depan publik secara langsung maupun di depan kamera sebenarnya tidak jauh berbeda. Hal yang membedakan hanya jarak antara media dan audiens. Dalam berkomunikasi dengan audiens ada beberapa hal kunci. Hal tersebut yakni kerangka berpikir yang terstruktur rapi dengan tata bahasa dan cara penyampaian yang baik. Penting untuk dicatat karena dapat mencegah terjadinya miskomunikasi,” ujarnya.

Lebih lanjut Tomi mengatakan, kadang kala rasa gugup kerap muncul ketika hendak tampil di depan publik. Perbedaan antara orang yang berpengalaman dengan amatir adalah caranya mengendalikan rasa gugup tersebut. Kemampuan beradaptasi dengan cepat di suasana yang baru amat dibutuhkan untuk menghindari munculnya rasa ketidakpercayaan diri. Presenter harus mampu mengatasi ketakutan atau rasa gugup tersebut. Tipsnya yakni harus mampu bersikap rileks sehingga tak akan terlalu repot akan hal teknis.

"Pengendalian diri tersebut penting agar kesan dan pesan yang disampaikan dapat mudah dipahami dan diinternalisasikan oleh audiens. Bila terlalu banyak hal yang dipikirkan, maka esensi pesan yang disampaikan tidak akan sesuai dengan konteks.  Bersikap rileks dan menarik amat penting agar audiens  merasa teryakinkan oleh isi pesan yang disampaikan. Mencontoh dari Steve Jobs, salah satu presenter terbaik yang juga seorang engineer dan ahli pemasaran untuk produk Apple. Ia dapat mudah meyakinkan audiens bahwa produknya berbeda dan penuh kejutan. Hal yang dapat membantu audiens untuk terkesan dan mudah paham adalah penggunaan alat bantú visual yang baik, " urainya.

Tomi juga memberikan 10 tips sebagai bekal untuk tampil di depan publik atau kamera. Pertama yakni kelebihan mudah berdaptasi dengan suasana baru. Presenter juga harus paham mengenai dimana ia akan berbicara dan bisa membayangkan tindakan dan gerakan yang dilakukan ketika tampil. Ia juga harus mengetahui siapa audiensnya, karena pesan dan gaya penampilan akan berbeda tergantung audiens. Selanjutnya, mengetahui pesan yang disampaikan juga penting, berlatih di depan kaca merupakan salah satu trik untuk membiasakan diri.
Menjadi diri sendiri dan berusaha rileks juga penting agar mudah mengendalikan pikiran dan materi yang disampaikan sehingga dapat dieskpresikan dengan baik. "Setiap orang memiliki gaya penyampaian yang beragam, sehingga tak perlu meniru orang lain. Setiap orang memiliki gestur khas sebagai salah satu bentuk personal brand, bila rajin dilatih maka dapat meningkatkan kepercayaan diri, " jelasnya.

Berikutnya menurutnya, presenter harus menyadari bahwa audiens yang hadir berkeinginan untuk melihat kita sukses dalam presentasi. Harapannya audiens tak hanya duduk dan mendengarkan, namun juga memahami pesan dan menginternalisasikannya ke dalam diri sehingga apa yang disampaikan akan bermanfaat baginya.

“Bukan hanya sekedar kumpulan kata-kata, tetapi sebuah pesan yang membuat orang yang mendengarkan maupun yang membaca mendapatkan energinya dan kemudian menangkap jiwanya. Itulah yang menjadi ukuran keberhasilan ketika kita tampil di depan publik atau ketika kita sedang menulis,” tuturnya.

Penting pula untuk diingat bahwa pesan yang disampaikan tak hanya harus bersifat menghibur, namun juga informatif. Hal lain yang perlu dicatat bahwa presenter tak perlu terjebak pada beberapa kesalahan kecil dalam penyampaian karena dapat dikoreksi sambil berjalan. Bila terdapat kesalahan dalam pengucapan, hendaknya tidak terlalu banyak meminta maaf untuk menghidari munculnya rasa gugup. Presenter dapat melakukan improvisasi untuk menutupi kesalahan tersebut (ipb.ac.id)

Direktorat Kerjasama dan Hubungan Alumni (DKHA) bekerjasama dengan Himpunan Alumni IPB University kembali menggelar webinar Alumni Insight bertajuk “Break Your Limit” secara daring, 28/11. Kali ini, narasumber yang dihadirkan adalah Tekad Urip P Sujarnoko selaku CEO PT Agro Apis Palacio.  Alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan ini berbagi tentang cara harmonisasi antara kuliah dan kegiatan entrepreneur.

Dalam penjelasannya, Ia berkisah mengenai pengalamannya selama berkecimpung di perusahaan yang bergerak di bidang pakan ternak, pengolahan limbah non B3 (bahan berbahaya dan beracun), dan domba. Ia memulai bisnisnya tersebut amat dini, yaitu ketika ia masih berkuliah pada semester lima di tahun 2010.  Semangat berwirausaha tersebut ia dapatkan atas kecintaannya di bidang peternakan.

“Masih  banyak mahasiswa yang membenturkan antara kuliah dengan wirausaha. Di samping itu, banyak juga mahasiswa yang mempermasalahkan modal uang dan keahlian,” terangnya.  Ia menyebutkan bahwa hal tersebut bukanlah permasalahan utama, namun ketidakpunyaan visi dan misi yang paling berperan. Menurutnya, keberanian juga modal penting dalam berwirausaha. Tentunya dengan didampingi dengan perhitungan yang tepat.

Lebih lanjut ia menjelaskan, menjadi wirausahawan harus  memiliki latar belakang pendidikan yang baik karena di dalamnya terdapat sistem yang berbeda dengan pedagang. Mahasiswa pun telah terdidik untuk berpikir sistematis, dari membuat produk berbasis riset hingga  menjadi produk akhir.  Berpikir sistematis ini, katanya,  amat  penting agar dalam menjalani usaha tidak serampangan.

“Banyak perusahaan yang gagal dan mengalami kebangkrutan maupun stagnansi karena kurang berpikir sistematis. Pengusaha juga tidak boleh mengikuti aliran angin, namun harus memiliki arah dan tujuan yang jelas,” tambahnya.

Ia juga menyebutkan, sebagai pengusaha harus siap bekerja lebih keras  bila ingin mencapai cita-cita. Modalnya bukan hanya uang, namun juga pemikiran kreatif terutama di era digital seperti saat ini. Tidak hanya itu, memiliki pertemanan yang  luas juga penting untuk menggali informasi dan data yang berguna dalam pengambilan kesimpulan.

“Kita harus mulai memiliki mimpi yang besar, visi yang besar, dan harus diimbangi dengan kerja keras. Karena banyak dari kita hanya bermimpi, namun malas untuk melakukan,” ungkapnya.

Ia mengatakan bila usaha keras tidak akan mengkhianati hasil. Calon pengusaha harus yakin dan bersikap optimis, walaupun kadang terjadi kegagalan. Di dalam dunia wirausaha, pengetahuan akan lebih bermakna  bila  diterapkan dalam berwirausaha. Ilmu yang didapat semasa kuliah akan berkontribusi besar dalam berwirausaha. Sehingga berkuliah tidaklah hanya untuk mendapatkan sekedar ijazah ataupun gelar (ipb.ac.id)