News

Salah satu polemik pertambangan yang saat ini masih terjadi adalah tidak adanya pemanfaatan area bekas tambang. Padahal apabila area tersebut dimanfaatkan, dapat menjadi area bisnis baru.

Hal ini mendorong, Himpunan Alumni Fakultas (HANTER) bersama dengan Himpunan Alumni IPB University Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Kalimantan Timur mengadakan seminar pemanfaatan area bekas tambang, 10/10. Salah satu pemanfaatan bekas tambang adalah sebagai lahan peternakan.
 
Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan, Prof Dr Luki Abdullah menyampaikan lahan bekas tambang dapat digunakan untuk peternakan. Dengan demikian, diharapkan mampu menjadi solusi pemulihan ekonomi daerah setempat.

“Area bekas tambang nikel dan emas memang perlu waktu lama untuk menghilangkan residu pada hijauan pakan. Kalau bekas tambang batu bara relatif lebih aman untuk ditanam tanaman pakan,” kata Prof Luki.
 
Meskipun demikian, masih ada karakter pembatas pada area bekas lahan untuk menanam. Karakter pembatas itu adalah pH rendah, bahan organik rendah, kapasitas tukar kation rendah, dan daya menggenang air yang eksrim. Daya menggenang air ini bisa sangat tinggi bahkan bisa tidak ada airnya.

Degan demikian, menurutnya perlu upaya pembenahan tanah agar dapat mendekati karakteristik lahan yang sesuai untuk tanaman. Upaya pembenahan tersebut dapat dilakukan dengan inokulasi mikroba tanam, pengapuran, pemupukan anorganik tanah dan menambah bahan organik atau sumber karbon organik. Bahan organik dapat berasal dari pupuk kandang, kompos, atau asam humat.

“Apabila area bekas tambang sudah dilakukan perbaikan tanah, ada lima spesies tanaman pakan yang dapat ditanam. Spesies tersebut yaitu, Pennisetum purpureum, Mott dwarf pennisetum (odot), Panicum maximum cv. Mombasa, dan Mulato,” tambah Prof Luki.

Senada dengan Prof Luki, Ir Dadang Sudaryana, Anggota HA IPB University mengatakan area bekas tambang dapat dimanfaatkan untuk peternakan yang berbasis mini ranch.

"Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kalimantan Timur telah meneliti di tiga Kabupaten pada tiga lokasi bekas tambang batubara. Berdasarkan penelitian tersebut, lahan dapat digunakan untuk budidaya peternakan khususnya ternak sapi potong,” ungkapnya (ipb.ac.id)

Namanya Muhamad Arifin, alumnus IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan (Fapet). Selama berkuliah, Arifin aktif sebagai anggota Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Masjid Al Hurriyyah, anggota Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Peternakan dan berkesempatan mengikuti program pembinaan masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB University. Semasa kuliah, ia juga berkesempatan mendapatkan beasiswa Tanoto Foundation.

Setelah menyelesaikan program Sarjana, Arifin meneruskan studi program Magister di IPB University dengan mengambil bidang studi Teknologi Hasil Ternak. Program Magister ia selesaikan dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.

Setelah lulus, Arifin memutuskan bekerja di perusahaan selama dua tahun. Namun, ia memutuskan untuk menggeluti bisnis di bidang peternakan yaitu bisnis yogurt dengan nama brand Dairycious. Sebagai Co-founder, Arifin menjalankan usahanya bersama dua rekannya yaitu Edgina Borton, yang juga alumnus IPB University dari Departemen  Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) dan Tahfidz Syuriansyah.  

Sejak usahanya berdiri pada tahun 2015 hingga kini pemasaran yogurt Dairycious telah menyebar di Jabodetabek, Banjarmasin dan Medan. Sementara, untuk reseller saat ini telah mencapai Lampung dan Yogyakarta. Sedikitnya ada 41 ritel yang sudah menjadi langganan penjualan yogurt Dairycious.

“Secara rutin kami suplai ke modern market dan ritel di Jabodetabek, termasuk juga reseller-nya. Dalam satu bulan bisa mencapai delapan ribu bahkan sepuluh ribu cup terjual. Tergantung jumlah order dari marketnya,” terang Arifin.

Dengan harga berkisar 12 ribu sampai 15 ribu per cup berukuran 140 gram, omset yang didapatkan sebesar 70 sampai 100 juta rupiah per bulan. Meskipun memiliki omset yang besar, Arifin dan rekannya menjalankan usaha dengan prinsip socio-entrepreneur. Dengan mengusung prinsip socio-entrepreneur itu, sedikitnya ada 10 peternak dan 6 warga setempat yang terlibat dalam mengembangkan usaha yogurt Dairycious.

“Kami mengangkat tagline Fresh Milk from Local Farmer, maksudnya adalah susu yang kami pakai benar-benar bagus dan berkualitas. Dengan demikian, yogurt kami terbuat dari susu segar dan buahnya dari selai buah asli bukan flavour,” jelas Arifin.

Lebih lanjut ia menerangkan, satu liter susu segar dibeli dari petani dengan harga Rp 7500 per liter. Harga ini lebih tinggi dari harga pembelian oleh koperasi maupun harga pasar.

Ke depan, Arifin akan memberikan program pendampingan dan pelatihan bagi peternak sapi perah yang telah menjadi mitra. Upaya ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian peternak terhadap produk susu yang dihasilkan supaya produk susu tersebut tetap berkualitas tinggi.

Terkait socio-entrepreneur, Arifin berpesan kepada kaum milenial untuk terus meningkatkan kepedulian sosial diantaranya melalui aksi-aksi nyata socio-entrepreneur. “Bisnis memang bagus, tetapi jangan sampai hanya mementingkan diri sendiri. Alangkah baiknya apabila bisnis yang dijalankan bisa memberikan keuntungan dan manfaat bagi banyak orang,” tandasnya.

Ia juga berpesan supaya generasi milenial dapat memperjuangkan cita-citanya dengan baik, karena cita-cita tanpa adanya realita hanya akan menjadi cerita dan mimpi-mimpi tanpa realisasi.