News

Sektor peternakan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Pemeliharaan ternak yang dilakukan peternak rakyat saat ini masih bersifat tradisional dan produktivitasnya masih tergolong rendah. Salah satu komoditi hasil perternakan yang memiliki permintaan tinggi di Indonesia adalah susu. Sayangnya, produksi susu di Indonesia hanya tumbuh sebesar 2 persen sangat kecil jika dibandingkan dengan permintaan susu yaitu 14,01 persen selama periode tahun 2002-2007. Kesenjangan antara pertumbuhan konsumsi dengan produksi tersebut menyebabkan jumlah impor susu Indonesia terus meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi manajemen budidaya yang baik dan benar belum diterapkan oleh peternak.

Hal ini mendorong tiga mahasiswa dari Fakultas Peternakan IPB University yaitu M. Farhan, Rechsa Amberty, dan Kodarusman untuk mengagas aplikasi bernama Limosim (Livestock Monitoring System) dalam Kompetisi Esai Nasional yang bertemakan ‘Inovasi Generasi Milenial Menghadapi Tantangan Global dalam Upaya Wujudkan Indonesia Emas 2045’.

Limosim merupakan sebuah aplikasi berbasis teknologi digital di bidang peternakan yang ditujukan sebagai media pemantauan peternakan rakyat terutama peternakan sapi perah. Limosim hadir dengan membawa konsep pemantauan yang tepat, akurat, dan efisien. Dengan adanya pemanfaatan teknologi digital sebagai alat untuk pengolahan data, diharapkan dapat menciptakan strategi manajemen perkembangan peternakan rakyat yang cepat dan real time.

“Jadi, Aplikasi Limosim ini sebagai penghubung antara peternak rakyat sapi perah dengan pihak ahli peternakan untuk membantu dalam pengembangan usaha peternakan rakyat,” jelas Rechsa.

Lebih lanjut Rechsa menjelaskan Aplikasi Limosim yang mereka gagas ini akan menyediakan berbagai sumberdaya informasi yang penting mengenai peternakan sapi perah sekaligus manajemen budidayanya. Dengan adanya sistem seperti itu diharapkan peternakan rakyat tidak mengalami kekurangan sumberdaya informasi yang mengakibatkan peternak menjadi rugi bahkan gulung tikar. Sumberdaya informasi tersebut dapat berupa tata cara penanganan sapi bunting, penanganan sapi yang sakit, cara membuat ransum, sumberdaya permodalan dan informasi peternakan penting lainnya.

Agar tujuan dari aplikasi ini dapat terlaksana, tim ini telah melengkapi aplikasi Limosim dengan berbagai fitur yang akan menunjang kinerja sistem aplikasi. Fitur-fitur tersebut adalah beranda, profil, diskusi, dan monitoring. Adapun fitur utama yang menjadi fokus Limosim adalah fitur monitoring. “Fitur ini akan memfasilitasi para peternak untuk menginput data perkembangan produksi peternakan sapi perah beserta data lainnya, tujuannya agar perkembangan usaha dapat terpantau untuk memutusan suatu sistem manajemen yang tepat dan akurat,” jelas Rechsa.

Gagasan ini berhasil menghantarkan tim yang sama-sama berasal dari Fakultas Peternakan IPB University ini meraih juara 3 dalam Kompetisi Esai National Economic Management Creative di Universitas Negeri Semarang (6/10).

Kelompok ini berencana akan mengembangkan gagasan ini  ke dalam bentuk aplikasi sebenarnya dengan menjalin kerjasama dengan fakultas lain di IPB University. Kelompok ini juga berharap gagasan ini dapat menjadikan Indonesia swasembada susu dan mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045 (ipb.ac.id)

Logistik lebah madu merupakan serangkaian proses yang meliputi kegiatan perencanaan, implementasi, pengontrolan dan tindak lanjut hingga terhadap proses perpindahan lebah madu beserta produknya, dari titik awal kegiatan menuju permintaan konsumen (pelanggan). Tata kelola permaduan ini menjadi kian penting mengingat koloni lebah madu di Indonesia banyak jenis serta jumlah produksinya.

Koloni lebah madu secara umum ada dua jenis yaitu koloni lebah madu bersengat (KLMBS) dan koloni lebah madu tanpa sengat (KLMTS), yang hidupnya tersebar di seluruh provinsi sampai ke desa dan pedukuhan di seantero Indonesia. Semua jenis lebah madu tersebut mampu menghasilkan produksi kelompok, produksi yang dikumpulkan, produksi yang diekstrak dan produksi yang dipelihara oleh lebah madu. “Manusia berperan sebagai pengembala, pemelihara dan pemanen dalam menghasilkan lebah madu,”kata Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Pof. Dr. Mochammad Junus dalam Pelatihan Manajemen Produksi dan Logistik Lebah Madu Tropika yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Kampus Fakultas Peternakan IPB, Kampus Darmaga Bogor pada 8-9 Oktober 2019. Dalam pelatihan tersebut, dilangsungkan juga kunjungan lapangan di produsen madu Eureka Farm di kawasan Bojong, Bogor.

Lebih jauh Junus menguraikan, untuk menjamin kelancaran sistem logisik lebah madu, juga diperlukan sumber finansial dan sumber informasi agar kegiatan perlebahan berjalan dengan baik. Semua kegiatan tersebut merupakan bahan masukan logistik lebah madu. Proses manajemen logistik lebah madu dilakukan dengan berbagai kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengontrolan dan tindak lanjut dari rencana yang sudah disusun. Semua rangkaian kegiatan tersebut harus dilakukan secara disiplin, sehingga kebutuhan konsumen akan madu dan aneka produk ikutannya dapat terpenuhi. Oleh karena itu, manajemen persediaan madu menjadi hal yang tak bisa ditawar. Tata kelola dalam pengaturan persediaan produk lebah madu yang dimiliki tersebut dilakukan mulai dari cara memperoleh produk lebah madu, penyimpanan, sampai digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, yang pada akhirnya berhubungan dengan segmen kegiatan yang lain.

Tanggung jawab di dalam logistik lebah madu tidak berakhir ketika produk dikirimkan kepada pelanggan. Junus mengingatkan, faktor lain yang tak kalah pentingnya, yakni aktifitas yang berkaitan dengan perbaikan dan servis, sehingga perlu dikoordinasikan dengan aktivitas pembalikan logistik produk perlebahan lainnya. (agropustaka.id)