News

Selama ini, pengawet dipakai produsen makanan agar produk mereka tahan lama dan tak mudah busuk. Pengawet makanan dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk sehingga memperpanjang daya simpan. Namun, tidak semua pengawet aman digunakan. Bahkan, sebagian besar malah membahayakan tubuh. Pengawet bisa menyebabkan gangguan kesehatan jangka pendek, seperti infeksi saluran pernapasan dan diare. Juga gangguan kesehatan jangka panjang seperti kerusakan jantung dan ginjal.

Salah satu dosen Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr. Irma Isnafia Arief meneliti tentang bahan pengawet makanan yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat. Bakteri tersebut didapat dari daging sapi lokal yang kemudian ditumbuhkan lalu diisolasi dari senyawa anti mikroba yang dihasilkan dari bakteri asam laktat tersebut. “Kami menemukan bakteri asam laktat yang memiliki sifat probiotik yang bisa memberikan manfaat kesehatan baik untuk ternak maupun untuk manusia,” ujar dosen yang mengajar di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fapet ini.

Saat ini bahan pengawet yang ditemukan Dr. Irma sudah diaplikasikan pada produk olahan susu seperti yogurt ataupun produk olahan daging seperti bakso dan sosis yang ternyata mampu memberikan manfaat yang baik. “Sejauh ini perkembangan penelitian ini sudah diaplikasikan di beberapa UKM saja karena belum komersial,” tambahnya.

Pengawet buatan yang beredar saat ini memiliki sifat karsinogenik seperti boraks dan nitrit yang berbahaya bagi tubuh. Sedangkan bakteri asam laktat ini merupakan good bakterial yang baik untuk kesehatan usus dimana bakteri ini dapat hidup di usus manusia. Bakteri asam laktat tidak memproduksi toksin atau senyawa yang memiliki sifat racun di tubuh sehingga bahan pengawet yang dihasilkan akan lebih aman bagi manusia.

 “Ke depannya saya mengharapkan bahwa penemuan atau penelitian ini akan bisa sangat bermanfaat untuk pengganti pengawet boraks, nitrit dan lain sebagainya yang selama ini digunakan untuk pembuatan bakso dan sosis pada pengolahan daging dengan pengawet hayati yang kita produksi,” tutupnya.(RF - ipbmag.ipb.ac.id)

Fakultas Peternakan IPB menyelenggarakan seleksi mahasiswa berprestasi, pada hari Jumat 4/3/2016. Enam orang mahasiswa  yang terbagi menjadi 3 orang mahasiswa dari Departemen IPTP dan sisanya dari Departemen INTP diseleksi oleh tujuh orang dosen sebagai juri untuk mencari mahasiswa berprestasi yang akan mewakili Fapet IPB di seleksi mawapres tingkat IPB.

Para kandidat mawapres diminta untuk mempergunakan bahasa inggris untuk memperkenalkan diri dan mempresentasikan mengenai kemampuan personal serta materi yang diminati untuk ingin disampaikan dalam makalah. Kandidat mawapres mendapat banyak pertanyaan mengenai keterlibatan dalam berbagai kegiatan akademik dan non akademik.

Juri memberikan pertanyaan yang terkait dengan pengetahuan umum mengenai peternakan serta pandangan dan pemikiran para kandidat dalam menghadapi tantangan di dunia peternakan. Juri juga memberikan masukan untuk perbaikan kandidat mawapres terutama masalah personal dan kemampuan berbahasa inggris. Proses seleksi berlangsung mulai 08.30 hingga selesai.

Berdasarkan beberapa kriteria penilaian para kandidat, tim juri memutuskan dua mahasiswa sebagai mawapres yang mewakili Fapet IPB. Dua mahasiswa yang mendapatkan kesempatan adalah:

  1. Satria Julier Manpaki (D24120006)
  2. Yuni Nur Raifah (D14130010)

Selamat dan sukses untuk Mawapres Fakultas Peternakan IPB....!!