News

Tim Kedai Reka Yogurt Probiotik Rosella mendatangi LKST pada Senin, 28 November 2022 berkaitan dengan penandatanganan kerjasama lisensi antara IPB dengan CV. Sari Burton. Kegiatan ini dihadiri oleh Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr. kegiatan dibuka oleh Wakil Ketua Bidang Innovasi dan Alih Teknologi  LKST, Dr. Ir. Tri Partono, M.Sc dan dilanjutkan dengan penandatanganan SPK oleh Direktur CV. Sari Burton Edgina Burton, S.Pt., M.Si

Ketua Pengusul Kedai Reka Yogurt Probiotik Rosella, Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt., M.Si dalam sambutannya menjelaskan, “berawal dari ilmu yang diberikan oleh (almh) ibu Dr. Ir. Rarah Ratih Adjie Maheswari DEA yang mengajarkan bagaimana cara mengolah susu yang baik, kami Divisi Teknologi Hasil Ternak berkesempatan untuk mengembangkan produk susu menjadi produk Yogurt Probiotik Rosella. Produk ini memiliki jalan ceritanya sendiri yaitu dari yogurt drink yang memiliki kadar air tinggi, kemudian dibuat smoothies yang berkurang kadar airnya, hingga yogurt dried yang kami buat sehingga memudahkan konsumen untuk meminum di manapun dan kapanpun karena yogurt dried ini bisa diseduh dengan air maupun langsung diminum begitu. Kami berterima kasih kepada LKST telah menjadi wadah bagi kami untuk mengembangkan produk ini dan membantu kami sejak awal kami mengajukan proposal Kedai Reka hingga saat ini kami melaksanakan penandatanganan perjanjian kerjasama antara IPB dengan CV. Sari Burton.”

Selain itu juga direktur CV. Sari Burton, Edgina Burton, menyampaikan “terima kasih atas kepercayaan dari innovator yogurt rosella Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt., M.Si dalam pengembangan produk yogurt ini karena inovasi dan industri harus berjalan berdampingan. CV Sari Burton sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh IPB khususnya Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt., M.Si karena produk ini berawal dari ide penelitian saya sebagai mahasiswa dahulu yang didukung penuh oleh dosen pembimbing dan juga fakultas peternakan. Harapannya dengan kegiatan ini semakin menambah kesempatan bagi start up dan juga innovator untuk menciptakan dan mengembangkan produk-produk yang bermanfaat karena dengan yogurt ini terdapat harapan dan juga bentuk perjuangan dari peternak, pedagang, dan masyarakat yang mengharapkan manfaat dari produk dan kerja sama ini. Saya menyampaikan terima kasih kepada LKST atas bantuannya selama ini sehingga kerjasama ini dapat terjalin.”

Penandatanganan ini juga dihadiri dan disaksikan langsung oleh dekan Fakultas Peternakan yang juga turut menyampaikan, “ide dari penelitian ini sebaiknya diperhatikan karena tidak sedikit ide-ide seperti Edgina Burton ini, berawal dari ide penelitian dan didukung oleh pihak kampus sehingga menghasilkan produk yang dapat bersaing dengan produk komersial nantinya. Kami harap juga kerja sama ini sebagai langkah awal produk-produk dari IPB yang bekerja sama dengan mitra, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat. (Yasmin)

Prof Jakaria, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University paparkan keunikan Sapi Bali dalam Konferensi Pers Pra Orasi Guru Besar, (24/11). Dalam paparannya, Prof Jakaria menyebutkan bahwa dari jumlah populasi sapi nasional, Sapi Bali berkontribusi sebanyak 26.5 persen. Populasi utamanya tersebar di Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan dan Lampung.

“Dilihat dari jumlah penduduk Indonesia (272 juta jiwa), kebutuhan daging nasional masih belum dapat dipenuhi dan bahkan masih defisit sebesar 39 persen. Selain itu, secara nasional, kebutuhan bibit masih sangat tinggi (7.745 ekor). Baru ada sekira 2.409 ekor bibit bersertifikat yang dihasilkan,” jelasnya.

Ia menambahkan, upaya peningkatan produktivitas sapi pedaging di Indonesia terus dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti peningkatan kualitas dan kuantitas pakan berbasis bahan baku lokal, manajemen pemeliharaan, manajemen reproduksi, dan penanganan serta pencegahan penyakit. Selain itu, upaya peningkatan kualitas juga tidak kalah pentingnya yaitu melalui peningkatan terhadap mutu genetik khususnya Sapi Bali.

“Arah pengembangan dan pemanfaatan Sapi Bali ke depan dapat difokuskan sebagai penghasil daging premium. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatannya bisa berbasis pada pemuliaan konvensional dan non-konvensional. Yaitu menggunakan data genom yang telah diperoleh, memperkuat kerjasama antar akademisi, pebisnis, pemerintah, masyarakat dan media. Selain itu, melibatkan bidang ilmu lain terutama teknologi multi omik (genomik, trankriptomik, proteomik dan metabolomik),” tuturnya.

Menurutnya, hasil analisis genom yang ia peroleh dalam risetnya dapat menjadi rujukan dalam strategi pemuliaan Sapi Bali ke depan. Gen-gen yang berasosiasi dengan sifat pertumbuhan dan kualitas daging dapat dijadikan sebagai kandidat marka genetik atau marker assisted selection (MAS).

“Saat ini, pemanfaatan teknologi genomik telah diterapkan di negara lain sebagai salah satu metode dalam menentukan bibit. Contohnya Sapi Limousin dan Sapi Belgian Blue,” tambahnya (ipb.ac.id)