News

Prof Jakaria, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University paparkan keunikan Sapi Bali dalam Konferensi Pers Pra Orasi Guru Besar, (24/11). Dalam paparannya, Prof Jakaria menyebutkan bahwa dari jumlah populasi sapi nasional, Sapi Bali berkontribusi sebanyak 26.5 persen. Populasi utamanya tersebar di Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan dan Lampung.

“Dilihat dari jumlah penduduk Indonesia (272 juta jiwa), kebutuhan daging nasional masih belum dapat dipenuhi dan bahkan masih defisit sebesar 39 persen. Selain itu, secara nasional, kebutuhan bibit masih sangat tinggi (7.745 ekor). Baru ada sekira 2.409 ekor bibit bersertifikat yang dihasilkan,” jelasnya.

Ia menambahkan, upaya peningkatan produktivitas sapi pedaging di Indonesia terus dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti peningkatan kualitas dan kuantitas pakan berbasis bahan baku lokal, manajemen pemeliharaan, manajemen reproduksi, dan penanganan serta pencegahan penyakit. Selain itu, upaya peningkatan kualitas juga tidak kalah pentingnya yaitu melalui peningkatan terhadap mutu genetik khususnya Sapi Bali.

“Arah pengembangan dan pemanfaatan Sapi Bali ke depan dapat difokuskan sebagai penghasil daging premium. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatannya bisa berbasis pada pemuliaan konvensional dan non-konvensional. Yaitu menggunakan data genom yang telah diperoleh, memperkuat kerjasama antar akademisi, pebisnis, pemerintah, masyarakat dan media. Selain itu, melibatkan bidang ilmu lain terutama teknologi multi omik (genomik, trankriptomik, proteomik dan metabolomik),” tuturnya.

Menurutnya, hasil analisis genom yang ia peroleh dalam risetnya dapat menjadi rujukan dalam strategi pemuliaan Sapi Bali ke depan. Gen-gen yang berasosiasi dengan sifat pertumbuhan dan kualitas daging dapat dijadikan sebagai kandidat marka genetik atau marker assisted selection (MAS).

“Saat ini, pemanfaatan teknologi genomik telah diterapkan di negara lain sebagai salah satu metode dalam menentukan bibit. Contohnya Sapi Limousin dan Sapi Belgian Blue,” tambahnya (ipb.ac.id)

Guru Besar Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. dan Prof. Dr.agr Asep Gunawan, S.Pt, M.Sc, menerima penghargaan People of The Year 2022 Dalam rangka memperingati hari ulang tahun Metro TV (24/11) di Grand Studio Metro TV, Jakarta

Dalam gelaran tersebut, Prof. Cece Sumantri mendapatkan penghargaan untuk kategori of the year : Innovator of The Year For Food and Agriculture Technology.  Berkat inovasinya, Prof. Cece dan tim berhasil menghasilkan rumpun baru ayam lokal pedaging yang memiliki kemampuan tumbuh cepat dengan kualitas daging yang baik dan tahan terhadap penyakit newcastle disease dan salmonella. Melalui penemuan ini pula, industri pembibitan, pakan, serta budidaya ayam lokal berkembang dengan baik.

“Awalnya saya pernah mengajukan ayam IPB D1 ke BIC (Business Innovation Center) 113 Inovasi Nasional dan beberapa paten innovasi dari BRIN dan Metro TV juga melihat rekam jejak di lapangan, khususnya untuk ayam IPB. Saya juga ada beberapa binaan,  kalau yang banyak terlibat di masyarakat itu yang Sinar Harapan Farm berlokasi di Jampang Tengah, Sukabumi (semacam agrotech di pedesaan) yang menjadi pusat pelatihan, masyarakat sekitar, pemda-pemda kabupaten, terutama dari dinas-dinas peternakan. Jadi model peternakan ayam IPB D1 hulu hilir dari mulai penetasan sampai  instalasi pengolahan limbah. Selain itu juga ada riset inovatif, lalu ada juga kedaireka. Program-program itu saling menguatkan. Semua terdokumentasi dengan baik, sehingga para juri tertarik” jelas Prof. Cece pada wawancara secara khusus pada (25/11).

Secara rendah hati, Prof. cece juga mengatakan “Ini bukan kerja saya sendiri, ini kerja semua tim, hanya kebetulan saya jadi koordinator. Ayam IPB ini berbasis penelitian dan sudah jadi ayam institusi, semua harus bertanggungjawab. Kalau saya lebih tertarik di penelitiannya, bisnis bukan kompetensi saya” ujarnya.

Kategori Innovator of The Year juga dianugerahi kepada Prof. Dr.agr Asep Gunawan, S.Pt, M.Sc. Guru Besar Bidang Ilmu Pemuliaan dan Genetika Ternak ini mendapat penghargaan Innovator of The year For Information Technology Development. Selain inovasi yang aplikatif, tidak memiliki hubungan industrial dengan perusahaan manapun menjadi nilai mutlak proses pemilihan nominee kategori innovator of the year for information technology development. Ini merupakan satu dari ratusan inovasi yang berhasil terverifikasi dalam proses penjurian.

Prof. Asep telah melakukan penelitian selama dari mulai tahun 2014 untuk menemukan marker genomic pada domba yang dapat menghasilkan daging domba premium. Selain itu, ia juga menemukan sistem grading untuk klasifikasi untuk pembibitan sapi potong. Sistem pemuliaan yang digunakan untuk mengkelaskan atau mengkategorikan bibit-bibit sapi potong yang bisa kita kategorikan sebagai penggemukkan, mana yang langsung dipotong atau dijual.

“Kami validasi di beberapa Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) yang ada di Indonesia, cukup merata di berbagai pulau, Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi” jelasnya.

Untuk domba premium, Prof. Asep memperbaiki beberapa kualitas daging dombanya, diantaranya “Memperbaiki falvor odor atau bau prengus dari daging, kemudian seleksi asam lemak tak jenuh tinggi, kolesterol rendah dan kami perbaiki juga kuantitasnya untuk daging yang lebih empuk dengan bobot karkas yang besar di 25 sampai 30kg, yang terakhir adalah mineral yang lebih banyak zinc, iron, selenium dan potasium sebagai daging yang fungsional. Seluruhnya diperbaiki dari tahun-ke tahun” tutrnya. Untuk penelitian tersebut, sudah menghasilkan 3 paten, 21 publikasi ilmiah, 1 Haki kemudian kami mencoba untuk produksi dan hilirisasi dengan program matching fund.  

Lebih lanjut diungkapkan oleh Prof. Asep, penghargaan ini menjadi spirit dan juga motivasi sekaligus bisa mengenalkan inovasi yang sudah dilakukan selama ini. “Mudah-mudahan semakin dikenal luas dan bisa bermanfaat untuk masyarakat. Apresiasi untuk IPB, lembaga riset, LPPM, LKST dan Fakultas yang memberikan ruang untuk berkreasi dan inovasi secara kompetitif dan membuat menjadi lebih tangguh untuk memberi yang terbaik bagi institusi” tandasnya. (Femmy).