News

Guru Besar IPB University, Prof Cece Sumantri, berkesempatan mendapat Program Kedaireka dengan judul, “Pengembangan Pusat Pendidikan Peternakan Terpadu di Kelompok Peternakan Rakyat Kabupaten Sukabumi: Media Merdeka Belajar Bagi Mahasiswa dalam Berbisnis Ternak Terintegrasi Dengan Hulu Hilir Secara Berkesinambungan.” Program tersebut merupakan bagian kerjasama antara Fakultas Peternakan IPB University dengan PT Sinar Harapan Farm (SHF), yang mengembangkan pembibitan Ayam IPB D1 di Jampang Tengah, Sukabumi, Jawa Barat.

Kegiatan ini menjadi sarana pembelajaran wisata pertanian terpadu berwawasan lingkungan bagi masyarakat. Ke depannya, selain ternak Ayam IPB D1, dalam area SHF akan dikembangkan peternakan kelinci dan domba serta lebah klanceng.

Prof Cece Sumantri, penemu varietas ayam IPB D1 menjelaskan, program ini bertujuan sebagai upaya diversifikasi sumber protein hewani dengan membuat produk olahan bakso campuran dari daging ayam IPB D1 dengan daging kelinci. Upaya ini dilakukan karena konsumsi daging kelinci di masyarakat masih sangat rendah, karena masyarakat menganggap kelinci sebagai hewan kesayangan.  “Ayam IPB D1 dapat menghasilkan ayam dengan tekstur daging ayam kampung dan memiliki pertumbuhan yang cepat,” kata dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) ini.  

Program pengembangan ternak ini akan dilakukan secara terintegrasi. Mulai dari budidaya, processing, pengolahan produk dan penanganan limbah. Sistem pertanian terpadu ini juga mendukung zero waste, karena limbah dari peternakan dimanfaatkan sebagai pupuk. Dengan demikian, akan membantu petani dalam efisiensi biaya pertanian. Selain itu, sistem pemeliharaan ternak di masyarakat pun bisa dibantu dalam hal manajemen pemeliharaan maupun manajemen pakan. Hal ini tentu dapat membantu masyarakat agar memelihara ternak bukan hanya sekedar untuk peliharaan saja tetapi sebagai salah satu sumber pendapatan. 

Prof Cece mengklaim, program ini merupakan implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program ini mengajak mahasiswa bisa langsung ke industri dan langsung praktik dengan mengamalkan ilmunya kepada masyarakat. Program ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam penanganan dan pengelolaan ternak yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di masa depan.

Sementara, Ali Mustofa, alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan menerangkan, program ini dapat mengurangi ketergantungan produk ternak terhadap impor yang masih cukup tinggi. Program ini juga sekaligus meningkatkan konsumsi protein hewani di masyarakat pedesaan berbasis kelinci dan ayam lokal. (ipb.ac.id)

Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang menjadi favorit keluarga Indonesia. Mayoritas keluarga di Indonesia akan menyimpan telur di dapur sebagai cadangan makanan. Hal tersebut karena selain harganya yang relatif murah, telur juga merupakan bahan makanan yang mudah diolah menjadi berbagai macam hidangan.

Sebagai upaya menjaga nilai gizi telur, perlu memastikan telur yang dimasak merupakan telur yang masih berkualitas baik. Oleh karena itu, Dr Zakiah Wulandari, Dosen Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan IPB University, membagikan tips untuk menentukan kualitas telur sebelum diolah.

Telur dilapisi oleh cangkang yang melindungi bagian dalam telur dari kontaminasi lingkungan. Oleh karenanya, sangat penting memastikan cangkang telur dalam keadaan utuh tanpa adanya keretakan. Selain itu, cangkang telur yang baik akan berwarna cerah dan bertekstur halus tanpa bintik. Selain dari kondisi cangkang, kualitas telur juga dapat diuji dengan tes apung.

“Telur yang berumur masih baru dan berkualitas baik akan tenggelam dalam air. Sedangkan telur yang berkualitas rendah akan mengapung,” ujarnya.  Dosen IPB University itu melanjutkan, telur yang tenggelam ke dasar dan terletak menyamping (horizontal), menunjukkan bahwa telur sangat segar. Apabila telur tenggelam namun berdiri di salah satu ujung (vertikal), menunjukkan adanya penurunan kualitas telur. Meskipun demikian, telur tersebut masih layak dan enak untuk dikonsumsi.

Dr Zakiah menjelaskan bahwa telur segar akan tenggelam di dalam air karena kantung udara yang terdapat pada telur masih kecil. Telur tersebut juga belum banyak memiliki uap air dan senyawa gas lain yang menguap. Ia pun menyebut, semakin lama masa penyimpanan menyebabkan membesarnya kantung udara di dalam telur. 

“Kantung udara semakin membesar disebabkan oleh penguapan air dan gas-gas yang ada di dalam telur seperti CO2 dan gas-gas hasil reaksi zat-zat organik seperti NH3 dan H2S,” papar Dr Zakiah lebih detail.  Semakin lama usia telur, katanya, akan semakin besar pula kantung udara yang terbentuk di dalamnya. Keberadaan kantung udara ini membuat berat telur semakin berkurang sehingga telur akan berangsur naik ke atas permukaan air dan mengapung.

Merujuk pada test apung di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebaiknya mengkonsumsi telur yang tenggelam ataupun mengapung di tengah. Tidak hanya itu, perlu dihindari telur yang mengapung di atas. (SWP)