News

Media Peternakan, Journal of animal Science and technology, yang telah berhasil diterima dan diindeks oleh Scopus mulai tanggal 24 Februari 2016 lalu berubah namanya menjadi Tropical Animal Science Journal (Trop. Anim. Sci. J.). Perubahan ini dilakukan dalam rangka mengembangkan dan memperluas distribusi serta meningkatkan visibilitas jurnal.

Masih Seperti Media Peternakan, Jurnal Trop. Anim. Sci. J. juga diterbitkan tiga kali setahun pada bulan April, Agustus, dan Desember oleh Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Edisi pertama Jurnal Trop. Anim. Sci. J. telah diterbitkan pada bulan April 2018 (Vol 41 No 1 2018), sedangkan edisi sebelumnya (hingga edisi 2017) akan tetap menggunakan Media Peternakan sebagai judulnya dan dapat diakses di situs web jurnal yang lama (http : //medpet.journal.ipb.ac.id/).

Tropical Animal Science Journal telah diindeks dan diabstraksikan dalam produk Elsevier (Scopus, Reaxys), produk-produk Clarivate Analytics (Indeks Citation Indeks Emerging), Scimago Journal Rank, Indeks Citation ASEAN, DOAJ, CABI, EBSCO, Sains dan Teknologi Index (SINTA), Google Scholar, dan basis data ilmiah lainnya. Jurnal ini juga menggunakan Similarity Check untuk mencegah adanya plagiarisme yang dicurigai di dalam manuskrip.

Tropical Animal Science Journal menerima manuskrip yang mencakup berbagai topik penelitian dalam ilmu hewan tropis: pembibitan dan genetika, reproduksi dan fisiologi, nutrisi, ilmu pakan, agrostologi, produk hewani, bioteknologi, perilaku, kesejahteraan, kesehatan, sistem pertanian ternak, socio- ekonomi, dan kebijakan.

Hiauan pakan merupakan pakan utama ternak ruminansia dan faktor terpenting untuk menunjang budidaya ternak karena berdampak pada peningkatan bobot badan ternak. Namun kendala di Indonesia adalah rendahnya ketersediaan hijauan pada musim kemarau dan berlimpah pada musim hujan. Pemberian hijauan pada saat musim kemarau dapat diatasi dengan pengunaan pakan alternatif dari limbah sayuran pasar seperti limbah tauge.

Tiga orang peneliti dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (Fapet IPB) yaitu Sri Rahayu, H. Sunando, dan M. Baihaqi melakukan riset untuk melihat tingkah dan pertumbuhan domba garut jantan muda dengan pemeliharaan intensif yang diberi ransum limbah tauge pada waktu pemberian yang berbeda.

“Potensi limbah tauge di kota Bogor sekitar 1,5 ton per hari. Pakan hijauan yang bergizi dapat menentukan pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ternak. Pakan hijauan dari hasil limbah tauge diharapkan dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh domba garut,” ungkap Sri.

Peneliti memelihara domba garut jantan yang berumur rata-rata 5-7 bulan dalam kandang perlakuan. Mereka memberi perlakuan pakan berbeda, diantaranya ditambahkan limbah tauge dan waktu pemberian yang berbeda yaitu pagi dan sore hari.

“Pemberian 40 persen limbah tauge dalam ransum domba Garut dengan waktu pemberian pakan yang berbeda dapat meningkatkan performa pertumbuhan dan pasca panen. Pertambahan bobot badan harian (pbbh) domba dengan ransum limbah tauge (140.94g/ek/h) lebih tinggi dari pada yang diberi ransum rumput (76.61g/ek/hr),” terangnya.

Performa pasca panen menunjukkan bahwa pemberian ransum limbah tauge memberikan pengaruh yang lebih baik pada kualitas karkas dan daging, kecuali kandungan lemak dibandingkan ransum rumput. Namun waktu pemberian pakan sore hari cenderung menurunkan kadar lemak karkas maupun daging. Kandungan asam lemak, terutama asak lemak tak jenuh (PUFA) lebih tinggi pada domba yang diberi ransum rumput, sebaliknya asam lemak jenuh SFA lebih tinggi pada domba yang diberi limbah tauge.

“Kadar kolesterol daging domba yang diberi ransum limbah tauge pada sore hari cenderung lebih rendah pada daging domba yang diberi ransum limbah tauge pagi hari dan yang diberi ransum rumput pada pagi dan sore hari,” ungkapnya.

Secara ekonomi, pemberian ransum limbah tauge dengan waktu pemberian pakan sore hari pada domba Garut mampu menekan biaya pakan, tenaga kerja dan biaya lainnya. Sehingga secara keseluruhan mampu  meningkatkan pendapatan maupun keuntungan. 

“Limbah tauge secara fisik maupun kandungan nutrien berpotensi sebagai pakan ternak yang baik, terutama untuk ternak domba. Pemanfaatan limbah tauge dalam ransum dengan waktu pemberian pakan sore hari, mampu meningkatkan produktivitas domba garut tanpa mengurangi tingkat kesejahteraannya,” tandasnya.(ipb.ac.id)