News

Pemerintah perlu meningkatkan populasi dan produktivitas sapi Bali, aset nasional  yang tidak dimiliki negara lain.  Profesor Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) Ronny Rachman Noor mengatakan bahwa sapi Bali sering dinilai rendah oleh pemerintah karena mereka adalah ternak lokal (Kamis 19/04/2018) .

“Padahal, sapi bali memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki ternak jenis lain,” kata Ronny di kampus IPB di Baranangsiang.

Sapi Bali Bukan hanya tahan terhadap penyakit dan lingkungan yang ekstrim, para ahli mengatakan sapi bali bisa mencerna makanan dengan kandungan serat yang tinggi. Sapi bali memiliki salah satu persentase karkas tertinggi di dunia. Dagingnya memiliki kadar kolesterol terendah dibandingkan dengan sapi lainnya.

Dengan semua keunggulan itu, kata Ronny, sapi Bali telah menjadi komoditas utama yang banyak diminati oleh banyak negara, baik untuk pembibitan murni atau perkawinan silang untuk mendapatkan ternak berbiji campuran dengan produktivitas yang lebih baik.

“Sapi bali adalah satu-satunya spesies ternak peliharaan yang nenek moyangnya masih hidup. Spesies ini langsung diturunkan dari kerbau yang masih bisa kita temukan di Taman Nasional Ujung Kulon dan Baluran. Nenek moyang kebanyakan sapi di dunia sudah punah, ”kata Ronny, yang telah meneliti sapi Bali selama 30 tahun.

lebih lanjut Ronny menjelaskan sapi Bali telah diakui secara internasional sebagai sapi yang berasal di Indonesia. “Plasma nutfah super ini perlu dilindungi dengan kebijakan nasional sehingga dapat dilestarikan secara optimal,” kata Ronny (thejakartapost)

Guru besar Fakultas Peternakan IPB Prof Ronny Rachman Noor mengatakan peternakan rakyat dengan ternak lokalnya berperan dalam pemenuhan gizi dan pengurangan masalah malnutrisi.

“Peternakan rakyat dengan memanfaatkan ternak lokal dapat dijadikan andalan dalam mengurangi masalah malnutrisi di Indonesia, terutama wilayah pedesaan,” kata Ronny dalam kegiatan pra orasi guru besar IPB di Kampus Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Untuk itu Ronny mengapresiasi dan mendukung program yang akan diluncurkan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yakni pengentasan kemiskinan berbasis pertanian. Program tersebut diberi nama Bekerja, singkatan dari bedah kemiskinan rakyat sejahtera. Rencananya akan diluncurkan pada tanggl 23 April mendatang di Cianjur. Program pengentasan kemiskinan berbasis pertanian dapat menjadi solusi permanen menyasar jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, serta menjangkau 1.000 desa di 100 kabupaten.

Untuk jangka pendek, tanaman sayuran dan holtikultura bisa menjadi solusi karena bisa dipanen dalam waktu tiga bukan. Untuk jangka menengah diberikan ayam, dan kambing. Karena ayam dalam waktu enam bulan sudah bisa bertelur, dan dagingnya bisa juga dipanen. Ronny mendukung program tersebut karena sangat cocok untuk mendukung ketahanan pangan di wilayah pedesaan dan wilayah ujung Indonesia.

“Kalau bisa pemberian ternak ini disesuaikan dengan tradisi dan kebiasaan masyarakat setempat. Jika mereka terbiasa memelihara domba, beri domba, jangan hanya ayam,” katanya.

Menurut mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan di KBRI Cambera, Australia ini, program Bekerja yang akan diluncurkan oleh Kementan bukan barang baru, tetapi sudah pernah dilaksanakan pada era pemerintahan Presiden Soeharto.

Read more: Peternakan Berperan Pemenuhan Gizi dan Kurangi Malnutrisi