IPBSDG4

  • Prof Ronny R Noor: Dunia Memasuki Era Teknologi Pengatur Jenis Kelamin Ternak

    Jenis kelamin dalam industri peternakan merupakan salah satu faktor yang  sangat menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan. Di dalam dunia peternakan, umumnya ternak betina menghasilkan produk yang kini banyak dibutuhkan (seperti susu dan telur). 

    Sedangkan ternak jantan berperan dalam penentuan mutu genetik anak-anaknya. Khusus untuk ternak pedaging seperti sapi, kerbau, domba dan kambing.

    Menurut Prof Ronny Rachman Noor, Guru Besar Fakultas Peternakan, IPB University, ternak jantan memang memiliki badan yang lebih besar dan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ternak betina. Namun ternak jantan memakan biaya produksi (pemeliharaan) yang lebih mahal karena tidak beranak.

    “Oleh sebab itu, keberhasilan suatu usaha peternakan akan sangat ditentukan oleh proporsi ternak dengan jenis kelamin jantan dan betina yang optimal,” ujarnya.

    Menurutnya, pada industri unggas, biasanya Day Old Chicks (DOC) jantan yang baru menetas dimusnahkan karena tidak memiliki nilai ekonomis yang tinggi jika dipelihara lebih lanjut. "Jadi dapat dibayangkan berapa ratusan milyar anak ayam jantan yang dimusnakan setiap tahunnya,” lanjut Prof Ronny. 

    Prof Ronny menjelaskan bahwa riset para pakar genetika ternak saat ini mulai mengarah pada cara mengatur jenis kelamin anak untuk tujuan tertentu. Misalnya hanya dihasilkan keturunan dengan jenis kelamin betina saja. Pemikiran ini memang mendapatkan dukungan dari berbagai pihak termasuk penyayang binatang karena jika hal ini memungkinkan, maka tidak perlu lagi anak ayam jantan dimusnahkan. Pola pemikiran seperti ini tidak saja hanya berlaku pada industri perunggasan, namun juga pada industri persusuan dan industri ternak lainnya.
    “Dengan adanya perkembangan genetika molekuler yang disebut dengan pengeditan gen (gene editing) atau yang dikenal dengan CRISPR-Cas9, kini memungkinkan untuk memastikan jenis kelamin ternak yang akan dihasilkan. Apakah semuanya akan betina saja atau sebaliknya jantan saja,” kata Prof. Ronny.

    Pada sebagian besar ternak mamalia, penentuan jenis kelamin ditentukan oleh keberadaan kromosom seks X dan Y. Seekor ternak betina akan memiliki sepasang kromosom seks X (XX), sedangkan ternak jantan memiliki satu  kromosom X dan satu kromosom Y (XY).

    “Dengan mengkombinasikan pengetahuan penentuan jenis kelamin ini dan teknik pengeditan gen, kini  para peneliti genetika ternak telah berhasil menghasilkan embrio tikus yang mengandung molekul editing gen yang telah dinonaktifkan. Sehingga dalam perkembangan embrio lebih lanjut, jenis kelamin tertentu dapat dibuat,” paparnya lagi.

    Prof Ronny menjelaskan bahwa inaktivasi gen yang akan berkembang menjadi jenis kelamin tertentu ini dilakukan dengan cara menyisipkan molekul editing gen yang sudah diedit serta mengintegrasikannya ke kromosom X dan Y pejantannya. Separuh molekul gen yang telah dinonaktifkan ini selanjutnya dintegrasikan ke kromosom X induk betina dan separuhnya lagi ke kromosom Y induk jantan. Ketika terjadi pembuahan, separuh molekul editing gen inaktif yang ada di kromosom Y bergabung dengan yang ada di kromosom X. Dan akan menghasilkan embrio dengan kombinasi kromosom seks XY.

    Menurutnya, dalam keadaan normal, embrio dengan kromosom XY ini akan berkembang menjadi indvidu jantan. Namun karena adanya penggabungan molekul editing gen sebelumnya, maka perkembangan embrio selanjutnya akan terhambat dan tidak berkembang menjadi individu. Namun sebaliknya, jika embrio ini betina (mengandung kromosom XX), tidak memiliki molekul editing gen dari induk jantan, maka embrionya terus berkembang menjadi individu betina.

    “Jadi, dengan teknologi terbaru ini, kita akan dapat menentukan jenis kelamin anak yang dihasilkan secara pasti,” jelas Prof Ronny.
    Lebih lanjut lagi, Prof Ronny mengatakan bahwa saat ini, para peneliti genetika ternak sedang berlomba untuk mengembangkan teknologi ini untuk berbagai jenis ternak. Ini karena teknologi yang akan diterapkan dalam penentuan jenis kelamin ini akan berbeda untuk jenis ternak yang berbeda.

    “Salah satu Lembaga penelitian yang tahapan penelitian sudah sangat maju dalam pengeditan gen pada ternak adalah Roslin Institute di Edinburgh. Lembaga penelitian ini dulu di era tahun 1990 an juga terkenal dengan terobosan kloning sel somatik yang menghasilkan domba Dolly,” paparnya.

    Menurut Prof Ronny, teknologi pengeditan gen memang masih menimbulkan pro dan kontra di berbagai negara karena masih dianggap sebagai rekayasa genetik. Namun, negara-negara yang kini sudah setuju dengan pengembangan teknologi ini untuk ternak, beranggapan bahwa teknologi pengeditan gen bukanlah rekayasa genetik karena meniru proses alami gennya itu sendiri.

    “Ke depan, teknologi gen editing ini tentunya akan semakin maju yang memungkinkan diterapkannya secara luas dalam industri peternakan. Tujuannya untuk meningkatkan produksi daging, susu dan telur yang sangat dibutuhkan oleh dunia sebagai pangan lengkap yang berguna bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia,” tutupnya (ipb.ac.id)

  • Prof Ronny R Noor: Membuat Tulisan Ilmiah Popular itu Mudah dan Kaya Manfaat

    Guru Besar IPB University di bidang genetika ekologi dan genetika kuantitatif pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan ini memang gemar menulis. Sebagai seorang pendidik dan peneliti, disamping tugas utamanya menghasilkan publikasi ilmiah di berbagai jurnal bereputasi internasional, Prof Ronny Rachman Noor juga menghasilkan banyak sekali tulisan ilmiah popular.

    Sebagai contoh, sampai saat ini Prof Ronny telah menghasilkan 1.194 tulisan yang dimuat di Kompasiana dalam bidang lingkungan, sosial, budaya dan pendidikan. Tulisan-tulisannya telah dibaca oleh umum sebanyak hampir 2 juta kali.

    “Mempublikasikan hasil penelitian merupakan salah satu cara untuk menyebarkan hasil karya yang bermanfaat kepada masyarakat dan kalangan seprofesi,” ujarnya.
    Namun menurut Prof Ronny pada kenyataannya banyak sekali karya ilmiah yang dipublikasikan yang hanya dibaca oleh segelintir orang saja, pada umumnya dari kalangan yang berkecimpung dalam bidang yang sama.
    Daya sebar tulisan ilmiah yang terbatas seperti ini membuat upaya yang telah dicurahkan dalam bentuk penelitian ini akhirnya berujung pada publikasi yang kurang mendatangkan manfaat yang maksimal bagi masyarakat.

    “Kendala utamanya adalah tingkat pengetahuan dan bahasa yang digunakan dalam tulisan ilmiah tersebut sering kali sulit dimengerti oleh masyarakat awam,” ujarnya.

    Menurut Prof Ronny Noor tulisan ilmiah popular dapat dijadikan wahana bagi pendidik maupun peneliti dalam menyebarkan ide dan pemikirannya kepada masyarakat. Disamping itu, menulis tulisan ilmiah popular dapat menumbuhkan budaya menulis bagi penulisnya.

    “Tulisan ilmiah popular karakteristiknya memang berbeda dengan tulisan bebas yang berupa opini penulis.  Sebuah tulisan ilmiah dituntut dapat menyajikan berbagai fakta ilmiah dan argumentasi yang ditulis juga harus dibangun dari fakta ilmiah bukan atas dasar pendapat bebas penulisnya,” ujar Prof Ronny.

    Ketika ditanya kiat-kiat untuk menghasilkan tulisan ilmiah popular, Prof Ronny Rachman Noor menjelaskan bahwa tulisan ilmiah popular yang baik tentunya harus dimulai dengan pemilihan topik yang terkait dengan perkembangan terkini dan juga sesuai dengan selera pembacanya.
    Di samping itu tulisan ilmiah popular harus ditulis dengan topik yang menyangkut kepentingan orang banyak ataupun pemecahan masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Dan juga menyangkut permasalahan yang masih menjadi tanda tanya masyarakat ataupun terkait dengan masalah yang masih menjadi kontroversi di masyarakat.

    “Jadi sebenarnya sebuah tulisan ilmiah dapat saja mengundang jumlah pembaca yang sangat banyak jika topiknya terkait dengan kebutuhan dan pemecahan masalah yang sedang dihadapi masyarakat,” ujarnya.
    Menurut Prof Ronny Rachman Noor tulisan ilmiah yang baik tentunya bermula dari pembuatan judul yang menarik pembacanya, sehingga penulisnya harus menyadari bahwa judul tulisan ilmiah populer walaupun inti isinya sama, tidak dapat dibuat seperti judul tulisan ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah karena akan terlalu kaku dan susah dimengerti oleh pembaca.

    Di samping itu, menurutnya penulis tulisan ilmiah harus dibekali oleh pengetahuan yang terkait dengan topik yang ditulisnya dan memiliki kemampuan untuk menelusuri berbagai sumber tulisan ilmiah yang terkait dengan topik yang sedang ditulisnya.
    “Kekuatan utama sebuat tulisan ilmiah populer adalah keterbaruannya. Oleh sebab itu penulisnya harus memiliki kemampuan untuk mengumpulkan bahan-bahan tulisan ilmiah dari berbagai sumber untuk selanjutnya diramu dan diulas secara ilmiah dengan bahasa yang sederhana,” ujar Prof Ronny.

    Beberapa sumber informasi ilmiah umum yang sangat mendukung tulisan ilmiah yang terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat yang menjadi menu bacaan rutin Prof Ronny setiap harinya antara lain Science Daily, Science Direct, Popular Science, ABC Sciece, BBC Science, CNN Science dan lain-lain.
    Menurut Prof Ronny Noor dari sumber umum inilah penulis dapat menelusuri lagi sumber utamanya  untuk mencari fakta ilmiah yang lebih detail lagi.

    Dengan mengumpulkan berbagai berita dan temuan ilmiah yang sedang menjadi topik pembicaraan hangat di dunia, penulis dapat mensintesanya dan meramunya serta menambahkan dengan berbagai argumentasi ilmiah yang akan menghasilkan sebuah tulisan ilmiah yang sesuai dengan selera pembacanya.

    Menurut Prof Ronny, sebuah tulisan ilmiah popular yang baik, paling tidak harus memenuhi tiga syarat. Yaitu mengulas isu dan topik terkini yang sedang hangat di masyarakat, menyajikan kumpulan fakta ilmiah yang terkait dengan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat serta menyajikan analisa penulis dengan bahasa yang menarik dan sederhanya yang berujung pada solusi dan aplikasi yang ditawarkan oleh penulisnya.

    “Menulis tulisan ilmiah di media cetak memang seringkali menjadi pilihan penulisnya, namun keterbatasan ruang dan kepentingan media cetak dengan penulis sering kali berbeda.  Oleh sebab itu tidak jarang tulisan ilmiah yang menurut penulisnya sangat bagus sekalipun sering ditolak oleh redaktur untuk dimuat di media cetaknya dengan alasan keterbatasan ruang,” ujarnya.

    Dalam situasi seperti inilah penulis dapat memilih wahana lain seperti website, blog ataupun wahana lainnya yang tentunya dapat mengisi gap dalam menyalurkan hobi menulisnya untuk tulisan ilmiah popular yang bermutu.

    Prof Ronny menyatakan bahwa tulisan ilmiah popular yang bagus akan bersifat long lasting artinya materi kebenaran tulisan tersebut akan bertahan sangat lama dan akan menjadi acuan banyak pihak sebagai sumber kebenaran materi yang telah dibuktikan secara ilmiah melalui berbagai penelitian dan pengujian.

    “Jadi tidak heran jika saat ini tulisan ilmiah popular juga dijadikan acuan penulisan ilmiah untuk berbagai keperluan seperti publikasi di jurnal ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi,” ujarnya (ipb.ac.id)

  • Prof Ronny Rahman Noor: Jenis Kelamin Makhluk Hidup Ditentukan Banyak Faktor

    Prof Ronny Rahman Noor, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Universuty memberikan penjelasan tentang penentuan jenis kelamin pada makhluk hidup. Ia menerangkan bahwa ada banyak faktor yang menentukan jenis kelamin makhluk hidup. Ia juga mengklaim bahwa teori Aristoteles tidak sepenuhnya salah. 

    "Pengaruh suhu yang dijelaskan oleh Aristoteles dalam penentuan jenis kelamin memang tidak sepenuhnya salah. Hal ini karena, setelah ilmu pengetahuan tentang kromosom dan penentuan jenis kelamin berkembang, ternyata memang ada jenis mahluk hidup seperi reptil yang jenis kelamin anaknya ditentukan oleh suhu sarangnya," ungkap pakar genetika IPB University ini.

    Lebih lanjut ia menjelaskan, penentuan jenis kelamin pada berbagai makhluk hidup memang bermacam macam. Namun, salah satu yang paling umum adalah keberadaan dan peran kromosom sex. 

    “Pada umumnya setiap makhluk hidup, baik baik jantan maupun betina memiliki jumlah kromosom yang sama. Perbedaan kromosom yang dimiliki oleh individu jantan dan betina ada pada sepasang krosomom sex saja,” tambahnya.

    Ia mencontohkan, jumlah kromosom pada manusia baik laki-laki maupun perempuan sebanyak 46 krosomon yang saling berpasangan. Dengan demikian, terdapat 23 pasang kromosom setiap individu. Kejelasan tentang peran kromosom sex sebagai penentu jenis kelamin dan mekanismenya mulai terungkap di era tahun 1900-an. 

    "Penentuan jenis kelamin pada berbagai makhluk hidup memang bermacam macam, namun salah satu yang paling umum adalah keberadaan dan peran kromosom sex. Pada umumnya setiap makluk hidup baik yang berjenis kelamin jantan atau betina memiliki jumlah kromosom yang sama. Perbedaan kromosom yang dimiliki oleh individu jantan dan betina ada pada sepasang krosomom sex saja," jelasnya (ipb.ac.id)

  • Profesor Rudy Priyanto Sebut Sapi Lokal Potensial sebagai Penghasil Daging Premium

    Profesor Rudy Priyanto, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan menyebut sapi lokal merupakan sumberdaya ternak penghasil daging yang sangat potensial di Indonesia. Ia menyebut, populasi sapi lokal saat ini tercatat sekitar 17 juta ekor yang terdiri dari berbagai rumpun dengan sapi Bali sebagai populasi tertinggi (33 persen). 

    Dosen IPB University di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan ini menjelaskan, berdasarkan hasil studi morfometri terhadap berbagai rumpun sapi lokal, menunjukkan adanya keragaman ukuran kerangka tubuh yang menggambarkan perbedaan tipe maturity, performa pertumbuhan dan bobot potong sapi. Ia juga menyebut, studi morfometri juga berhasil mengidentifikasi parameter tubuh yang menjadi penciri sapi tipe pedaging dan sapi tipe pekerja. 

    “Dari kajian ini, sapi lokal perlu dikembangkan menjadi sapi tipe pedaging melalui peningkatan ukuran kerangka dan dimensi tubuh terutama lebar pinggul, lebar dada dan dalam dada,” kata Prof Rudy Priyanto, pakar ternak ruminansia dari IPB University.

    Saat ini, kata Prof Rudy, rumpun sapi lokal yang berkembang di Indonesia masih didominasi oleh sapi berkerangka tubuh kecil hingga sedang. Sapi lokal tersebut merupakan keturunan Bos javanicus, Bos indicus yang merupakan sapi tipe kerja dan hasil persilangan dari kedua jenis sapi tersebut. Prof Rudy menyebut, sapi lokal ini memiliki sifat pertumbuhan dan bobot potong yang relatif rendah sehingga sulit memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negeri. 

    Lebih lanjut, Prof Rudy menjelaskan, sapi lokal sulit menghasilkan daging steak premium berdasarkan standar USDA Choice karena sebagian rumpun sapi lokal mengandung darah Bos indicus. Pasalnya, sapi lokal ini menghasilkan daging yang relatif keras. 

    Di antara rumpun sapi lokal, kata Prof Rudy, sapi Bali yang berumur 1,5 sampai 2,5 tahun dapat menghasilkan daging yang memenuhi standar kualitas USDA Choice. Ia menerangkan, sapi Bali juga mampu menghasilkan meat yield yang tinggi dengan keunggulan distribusi pada potongan daging kelas I di bagian punggung terutama striploin dan cuberoll. 

    “Sapi Bali dengan populasi lebih dari lima juta ekor merupakan sapi asli Indonesia yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil daging premium,” kata Prof Rudy. 

    Prof Rudy menerangkan, ternak ini dapat dibudidayakan secara menguntungkan pada berbagai ekosistem yang tersebar di berbagai wilayah sentra produksi sapi di Indonesia. Strategi pengembangan sapi Bali sebagai ternak penghasil daging premium harus terintegrasi dari hulu ke hilir. 

    “Kita perlu mengembangkan sentra breeding farm dan fattening sapi Bali. Kita juga perlu melakukan standarisasi ternak dan daging,” kata Prof Rudy. 

    Tidak hanya itu, pengembangan lainnya yang perlu dilakukan adalah pengembangan branding daging sapi Bali premium serta pengembangan niche market. Prof Rudy juga menekankan bahwa pengembangan ini memerlukan dukungan kebijakan yang berpihak pada usaha produksi sapi Bali sebagai penghasil daging premium dari hulu ke hilir (ipb.ac.id)

  • Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan IPB University Undang Peneliti Belanda Bahas Tantangan dan Kebijakan Pertanian

    Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan IPB University menyelenggarakan kuliah umum dengan mengundang Dagmar Braamhaar, dari Wageningen University, 20/04. Kuliah umum tersebut mengangkat topik mengenai perbandingan tantangan produksi hasil peternakan di negara Belanda dan Kenya.

    Dagmar Braamhaar mengawali pemaparannya dengan realitas pertumbuhan penduduk dunia yang sangat berdampak pada aktivitas penggunaan sumber daya alam. Ia menyebutkan bahwa dengan tingginya pertumbuhan penduduk menyebabkan penggunaan sumber daya telah melampaui batas yang ditargetkan.

    “Isu yang kemudian muncul dari kegiatan produksi dan konsumsi hasil peternakan diantaranya ialah ketahanan pangan, keamanan pangan, kesejahteraan hidup manusia, penurunan daya dukung alam, hingga perubahan iklim. Semua ini saling berkaitan satu dengan yang lain, sehingga kita harus memikirkan bagaimana cara melakukan aktivitas produksi dan konsumsi tanpa mengancam kehidupan anak-cucu kita di masa depan,” ujar Dagmar.

    Berkaitan dengan efisiensi biomassa, Dagmar menjelaskan bahwa biomassa atau energi yang terdapat pada alam jumlahnya terus menyusut seiring ke tingkat trofik yang lebih tinggi. Dari 100 persen energi yang terdapat pada tanaman atau produsen, hanya 10 persen energi yang akan dapat disimpan pada konsumen tingkat 1 atau hewan herbivora untuk dikonsumsi oleh organisme pada tingkat trofik berikutnya.

    “Maka dapat dikatakan bahwa efisiensi energi akan lebih tinggi jika manusia memakan roti gandum dibandingkan memberi berton-ton gandum untuk makan sapi kemudian dagingnya dimakan. Meski begitu, bukan berarti semua manusia harus berhenti memakan daging, karena di sisi lain ketersediaan rumput hijau yang banyak akan jadi sia-sia. Karena hanya hewan yang dapat mengonsumsinya sedangkan manusia tidak bisa,” lanjutnya.

    Dagmar juga memaparkan berbagai aktivitas produksi pangan dari hulu hingga hilir yang berdampak pada perubahan iklim, penurunan biodiversitas, degradasi kualitas air, tanah, dan udara serta penurunan daya dukung lingkungan secara umum. Oleh karena itu, Belanda mengambil langkah untuk mengurangi dampak buruk kegiatan pertanian dengan menerapkan konsep pertanian berkelanjutan. 

    Langkah-langkah yang diambil negara Belanda diantaranya konservasi lahan dengan semangat zero deforestation. Pertanian polikultur yang menggabungkan beberapa jenis tanaman ataupun menggabungkan pertanian dan peternakan dalam satu lahan. 

    Dagmar menyebutkan, Belanda menghimbau petaninya untuk mengkombinasikan dengan tanaman bunga-bungaan serta tanaman berkayu di ladangnya. Hal tersebut akan meningkatkan kembali biodiversitas alam karena lebah akan mendapat sumber pembuatan madu serta burung-burung memiliki tempat untuk bertelur.

    Selain itu, Belanda juga berusaha meningkatkan efisiensi biomassa atau energi dalam proses produksi pangan dengan memaksimalkan produksi makanan pokok dan mengurangi produksi cemilan. Pemerintah Belanda juga mengimbau petaninya agar mengembalikan biomassa atau energi yang terdapat pada limbah kembali ke alam dengan menjadikannya kompos dan makanan ternak.

    Di sisi lain, Kenya merupakan negara yang masih harus berjuang menstabilkan sektor pertaniannya. Negara tersebut berencana untuk mengembangkan penelitian baik dari segi ilmu pengetahuan maupun teknologi pertanian. Kenya juga masih berjuang dengan kondisi alam yang kering, kekeringan yang berterusan masih menjadi momok bagi para petani. Oleh karenanya pemerintah Kenya terus bekerja dalam pengadaan teknologi irigasi terjangkau agar dapat dinikmati oleh petani dari seluruh lapisan kalangan

  • Program Studi Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan IPB University Lakukan Praktikum Tematik bagi Mahasiswa

    Progam Studi Teknologi Produksi Ternak (TPT) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University melaksanakan praktikum tematik bagi mahasiswa. Kegiatan praktikum tematik berlangsung dari 30 Maret sampai 13 April mendatang. Pelaksanaan praktikum tematik ini bekerjasama dengan PT ASputra Perkasa Makmur (ASPM). 

    Dr Idat Galih Permana, Dekan Fapet IPB University mengatakan penyelenggaraan praktikum tematik bertujuan untuk menyiapkan mahasiswa menjadi wirausahawan. Terutama di bidang unggas, ternak potong, ternak perah termasuk juga hewan ataupun satwa harapan. 

    “Praktikum tematik ini merupakan suplemen tambahan untuk mempersiapkan mahasiswa yang sebentar lagi lulus. Sistem kemitraan yang ditawarkan diharapkan bisa menjadi pemicu bagi mahasiswa yang terkendala permodalan, namun ingin meningkatkan produktivitas ternak melalui peningkatan kandang menjadi modern atau closed house,” kata Dr Idat Galih Permana. 

    Sementara, Dr Tuti Suryati, Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) IPB University menyampaikan terima kasih bahwa selama kegiatan belajar online, mahasiswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Namun demikian, katanya, keilmuan teknologi produksi ternak tidak bisa diselesaikan dengan online. 

    “Jadi mahasiswa harus ke kandang, harus mengenal ternaknya dan harus mengetahui bagaimana menghandle ternak, tidak hanya dibayangkan maupun melihat dari video tetapi harus praktik langsung,” kata Dr Tuti Suryati.

    Dosen IPB University itu juga menyarankan agar mahasiswa dapat meningkatkan kompetensi dan skillnya. Dengan demikian, setelah lulus nanti para mahasiswa dapat menawarkan kompetensinya kepada perusahaan. 

    Melalui praktikum tematik, mahasiswa dikenalkan tentang sistem kandang Paranje. Konsep bisnis Paranje adalah konsep sharing economy antar pelaku bisnisnya. Partisipasi dari para pelaku yang terlibat di ekosistem tersebut berbagi perannya masing-masing. 

    Daru Wiratomo, Production Lead PT ASputra Perkasa Makmur menyampaikan, Paranje menggunakan sistem kandang dengan model terbaru yaitu closed house yang dipinjamkan kepada mitra. Peminjaman dilakukan selama kerjasama berlangsung sehingga mitra tidak terbebani biaya investasi. 

    “Sistem pemeliharaan dipantau dan dipandu dengan aplikasi digital yang merupakan terobosan baru di industri peternakan. Kemitraan ini dilakukan dengan pola bagi hasil, yang pertama kali diimplementasikan di Indonesia dan berbeda dengan sistem kemitraan konvensional,” kata Daru.

    Iyep Komala selaku Ketua Panitia mengatakan, dalam masa pandemi ini, Fapet IPB University lebih banyak melakukan pembenahan di dalam. Dengan demikian, ada kesempatan untuk melakukan kerjasama dan berbagi fasilitas yang ada di kandang. 

    “Selamat buat adik-adik yang mengikuti Praktikum Tematik TPT. Mudah-mudahan kita bisa mendapat banyak manfaat dari kegiatan ini dan kita selalu diberikan kesehatan sehingga kita bisa mengikuti segala kegiatan di kampus dan bisa lebih meningkatkan promosi Paranje,” pungkas Iyep Komala (ipb.ac.id)

  • Program Studi Teknologi Produksi Ternak IPB University Hadirkan Alumni Sukses, Tebar Inspirasi untuk Siswa SMA

    Program Studi Teknologi Produksi Ternak (TPT) Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Pertanian (IPTP) Fakultas Peternakan IPB University menggelar sharing mengasyikan bagi para siswa sekolah menengah atas (SMA) secara daring, 26/02. Acara yang berjudul “Get Your Success with Animal Production Technology” ini digelar untuk mempromosikan Program Studi TPT kepada siswa-siswi SMA yang merupakan calon mahasiswa.

    Ketua Pelaksana, Iyep Komala menyebutkan, acara ini mendatangkan beberapa pembicara keren yang merupakan alumni Departemen IPTP IPB University. Acara ini merupakan diskusi asyik sekaligus berbagi hadiah menarik dengan mengikuti bermacam tantangan. Bahkan, dosen IPB University itu menjelaskan, bagi siswa yang memilih Program Studi TPT berkesempatan mendapatkan hadiah berupa pendaftaran SBMPTN gratis.

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyebutkan acara tersebut dapat menjadi pengalaman berharga bagi para siswa. Dengan demikian, dapat meningkatkan semangat para siswa untuk memilih Program Studi TPT sebagai tujuan. Ia pun menyebut, kesuksesan para alumni menjadi gambaran bahwa alumni Fakultas Peternakan IPB University memiliki prospek pekerjaan yang luas. Tidak hanya di sektor industri peternakan, namun para alumni juga memiliki wirausaha peternakan. 

    "Terutama di kondisi pandemi, prospek sektor peternakan cenderung meningkat karena untuk memenuhi kebutuhan makanan bergizi dan menjaga imunitas. Hal ini menunjukkan bahwa sektor peternakan sangat berkembang dan terbuka, sehingga alumni Fakultas Peternakan IPB University tidak perlu khawatir dalam mendapatkan pekerjaan,” ungkapnya.

    Sementara, Wakil Gubernur Sumatera Barat, Dr Audy Joinaldy yang juga sebagai Ketua Himpunan Alumni Fakultas Peternakan "Hanter" IPB University turut menyapa para siswa di tengah kesibukan dan musibah yang dialami Sumatera Barat. Ia mengaku memiliki kesan mendalam selama berkuliah di Departemen IPTP IPB University.

     “Sejak itu saya sadar bahwa pilihan saya sangat tepat untuk berkuliah di Fakultas Peternakan IPB University. Belum lagi prospek sektor peternakan di Indonesia akan terus berkembang karena konsumsi protein hewani akan meningkat seiring pertumbuhan penduduk,” tambahnya.

    Alumnus IPB University dari Departemen IPTP,  Aif Arifin Sidhik juga berkesempatan untuk berbagi kesuksesannya. Saat ini, perusahaannya akan meluncurkan sistem kandang ayam modern dan unik yakni apartemen ayam. 

    Ia memulai usaha dari keluarga yang berkecimpung di industri pakan ternak. Kini ia telah berhasil mengembangkan budidaya ayam modern. Kandang ayam modern tersebut dikontrol secara komputerisasi sehingga jumlah produksinya dapat mencapai dua kali lipat lebih tinggi daripada sistem tradisional.

    Menurutnya, ilmu yang didapatkan selama berkuliah di Departemen IPTP IPB University menjadi modal yang sangat berharga. Terlebih lagi, Fakultas Peternakan mencetak wirausahawan terbanyak di IPB University. Oleh karena itu, kelebihan ini dapat menjadi inspirasi bagi para calon mahasiswa supaya memilih Fakultas Peternakan IPB University.

    “Market sektor peternakan akan semakin berkembang. Potensinya pun ada. Saya harap adik-adik SMA dapat terbuka pandangannya dan tidak lagi memandang kuliah di Fakultas Peternakan tidak bergengsi,” kata Arifin, CEO AS Putra Group.

    Pada kesempatan yang sama, turut diundang Windi Al Zahra PhD, dosen muda IPB University dari Fakultas Peternakan yang saat ini sedang melanjutkan studi di Belanda. Ia menerangkan bahwa menjadi mahasiswa Fakultas Peternakan dapat berkontribusi menekan angka stunting di Indonesia. Hal ini mengingat pentingnya posisi teknologi peternakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi protein hewani. 

    Ia juga mengatakan, berkuliah di Fakultas Pertanian IPB University akan sangat membanggakan. Selain kompetensi dosennya luar biasa, alumninya juga sangat kompak. 

    CEO MT Farm dan peraih Anugerah Young Leader, Budi Susilo Setiawan juga ikut menginspirasi para siswa SMA. 

    Pebisnis ternak domba ini mengatakan, industri peternakan akan jauh lebih efektif dan efisien apabila dikelola oleh alumni Fakultas Peternakan IPB University. Alumnus IPB University itu menjelaskan, prospek kerjanya sangat terbuka, terutama di bidang teknologi produksi ternak. Ia sangat bangga menjadi bagian dari alumni Fakultas Peternakan IPB University. 

    Ia saat ini sedang berusaha untuk dapat membuka pasar di Eropa sehingga nantinya dapat menjadi kebanggaan almamater dan memperkenalkan produk Indonesia di kancah internasional. Produk tersebut adalah rendang domba yang diinisiasi oleh Program Studi TPT IPB University. Ia berharap, ceritanya dapat menjadi inspirasi bagi para calon mahasiswa sehingga tidak ragu untuk memilih Program Studi TPT IPB University sebagai tujuannya (ipb.ac.id)

  • Promosi Virtual Program Studi di Fakultas Peternakan IPB

    Fakultas Peternakan IPB University mengadakan Promosi Virtual untuk para pelajar SMA/sederajat pada hari Sabtu (6/3). Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan Program Studi yang ada di Fakultas Peternakan secara lengkap dan menyeluruh. Lebih dari 100 peserta yang berasal dari berbagai SMA di Indonesia menghadiri Acara promosi virtual ini, yang diakses melalui zoom serta kanal YouTube : Wakil Dekan AK Fapet IPB dengan judul acara "Canvassing Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB University".

    Acara ini juga menghadirkan Ir. Audy Joinaldy, SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN.Eng - Wakil Gubernur Sumatera Barat dan Frans Marganda Tambunan, S.Pt - Direktur Komersial PT Rajawali Nusantara  Indonesia (Persero) yang membagi kisahnya sebagai alumni Fakultas Peternakan IPB University yang sukses dalam bidangnya masing-masing.

    Dekan Fakultas Peternakan, dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya atas kehadiran peserta yang mengikuti acara ini serta memaparkan bahwa pada saat ini Fakultas Peternakan sudah menerapkan Kurikulum K2020 yang mengintegrasikan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka dimana mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan di luar kampus sampai dengan 20 SKS. “Disamping itu, kegiatan kemahasiswaan yang semula hanya merupakan kegiatan ekstra kurikuler telah diintegrasikan ke dalam kegiatan kurikulum sehingga para mahasiswa yang melakukan kegiatan kemahasiswaan dapat mengkalim kegiatan tersebut dalam bentuk SKS” jelasnya.

    Apresiasi juga disampaikan kepada Ir. Audy Joinaldy, SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN.Eng - Wakil Gubernur Sumatera Barat dan Frans Marganda Tambunan, S.Pt - Direktur Komersial PT Rajawali Nusantara  Indonesia (Persero) yang telah hadir sebagai bintang tamu acara tersebut untuk membagi kisahnya sebagai alumni Fakultas Peternakan IPB University yang sukses dalam bidangnya masing-masing.

    Pada kesempatan ini, Ir. Audy Joinaldy, SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN.Eng, selaku salah satu alumni Fakultas Peternakan IPB membagi pengalaman dan kesan-kesan dari mulai menjadi mahasiswa Fapet yang menurutnya adalah pilihan yang tepat. Audy juga berbagi cerita mengenai para dosen serta rekan-rekannya sesama alumni Fapet yang banyak memberikan kesan baik hingga sedikit bercerita tentang perjalanan karirnya dari mulai jadi pengusaha hingga kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumatera Barat.

    Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Irma Isnafia, banyak menjelaskan kepada calon mahasiswa mengenai gambaran perkuliahan di IPB, beliau juga menjawab pertanyaan beberapa peserta terkait program dan kondisi kegiatan belajar mengajar di IPB khususnya di tahun awal kuliah mahasiswa.

    Presentasi mengenai masing-masing program studi yaitu IPTP (Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan), INTP (Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan) dan THT (Teknologi Hasil Ternak) disajikan secara apik dan menarik melalui media video dan presentasi yang disampaikan secara lugas oleh Iyep Komala, S.Pt, M.Si dari  Program Studi IPTP danTHT serta Rika Zahera, S.Pt, M.Si dari Program Studi INTP.

  • PT Japfa Foundation Berikan Beasiswa kepada Mahasiswa IPB University

    Melalui kerjasama yang terjalin antara Fakultas Peternakan dan PT Japfa Foundation, (26/10), mahasiswa IPB University mendapatkan beasiswa dan kesempatan magang selama enam bulan. Menurut Yahya Djanggola, Ketua Yayasan Japfa menyampaikan bahwa pemberian beasiswa dan kesempatan magang ini merupakan dukungan terhadap program Merdeka Belajar. 

    “Beasiswa sekaligus program magang yang ini juga akan kami berikan kepada mahasiswa di kampus lainnya di Indonesia. Sementara itu, kerjasama dengan Fakultas Peternakan IPB University sudah kami lakukan sejak tahun 2018. Sudah ada 13 mahasiswa yang  telah berhasil lulus dari program beasiswa ini. Ada 7 mahasiswa yang akan segera lulus dan 14 mahasiswa yang mendapatkan beasiswa selanjutnya,” ujarnya.

    Hal serupa disampaikan oleh Direktur Corporate Affairs PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Rachmat Indrajaya. Ia menyampaikan bahwa selain program magang, saat ini Japfa ada program baru yang bernama Bertani untuk Negeri. Program ini merupakan dukungan Japfa Foundation terhadap program pemerintah, sesuai amanah Presiden RI yang menyebutkan bahwa perusahan swasta dapat bekerjasama dengan universitas-universitas di Indonesia.

    “Program magang di Japfa sudah lama dilakukan, hanya saja tidak dilakukan secara terstruktur seperti apa yang akan dilakukan saat ini. Yakni adanya nilai SKS yang diberikan oleh perguruan tinggi,” ujarnya.

    Pada kesempatan ini, Prof Dr Sumiati, Dekan Fakultas Peternakan IPB University mengucapkan terimakasih atas pemberian hibah berupa beasiswa dari PT Japfa Foundation untuk mahasiswa IPB University. Prof Sumiati sangat menyambut baik jika ada program lainnya yang dapat dijadikan suatu kerjasama yang bermanfaat seperti Bertani untuk Negeri atau program magang industri. Ia berharap kerjasama ini dapat terus ditingkatkan dan dapat bermanfaat bagi kedua belah pihak (ipb.ac.id)

  • Ratusan Dosen IPB University Belajar Teknik Tampil di Depan Kamera Bersama Dubes RI Singapura

    IPB University menggelar workshop Kampus Merdeka bertajuk ”Teknik Tampil di Depan Kamera Bagi Para Pakar” secara daring, (5/12). Kegiatan tersebut menghadirkan Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia di Singapura, Suryopratomo.

    Tomi, begitu sapaan akrab Suryopratomo adalag sosok yang pernah menjabat sebagai Presiden Direktur Metro TV periode 2017-2019. Alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan  ini  juga merupakan anggota Majelis Wali Amanat (MWA) IPB University.

    Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria dalam sambutannya menyampaikan bila kegiatan tersebut diadakan dalam rangka capacity building bagi para dosen. Langkah tersebut penting untuk dilakukan secara rutin sebagai pengembangan diri dan penyesuaian diri dengan perkembangan teknologi dan pendidikan.
    Metode pembelajaran yang sedang berlangsung kini bergantung pada kegiatan secara daring melalui berbagai media. Sehingga dosen dihadapkan dengan tantangan tampil di depan kamera sebagai kebutuhan pembelajaran. Kamera dan visual menjadi hal yang penting. Begitu pula dengan ketrampilan  menampilkan informasi dan kajian-kajian yang berkaitan dengan profesi sebagai tenaga pendidik.

    "Media seperti Youtube merupakan salah satu media terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk menginspirasi publik melalui berbagai ide. Melalui kegiatan ini, para dosen dapat belajar mengenai berbagai skill tampil di depan kamera. Bukan hanya sekedar teknis, dosen juga dituntut untuk dapat memberikan informasi, penjelasan, dan ilmu yang menginspirasi khalayak umum, " urai Rektor.

    Tomi menyebutkan bila keahliannya di dalam dunia jurnalistik didapatkannya melalui gabungan pengalaman selama Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan ilmu yang didapatkan selama kuliah di IPB University. Pengalamannya menulis laporan harian di kampus membuatnya cerdik dalam menulis sehingga kemudian ia diterima sebagai wartawan di Harian Kompas di awal karirnya sebagai seorang jurnalis.

    “Berbicara di depan publik secara langsung maupun di depan kamera sebenarnya tidak jauh berbeda. Hal yang membedakan hanya jarak antara media dan audiens. Dalam berkomunikasi dengan audiens ada beberapa hal kunci. Hal tersebut yakni kerangka berpikir yang terstruktur rapi dengan tata bahasa dan cara penyampaian yang baik. Penting untuk dicatat karena dapat mencegah terjadinya miskomunikasi,” ujarnya.

    Lebih lanjut Tomi mengatakan, kadang kala rasa gugup kerap muncul ketika hendak tampil di depan publik. Perbedaan antara orang yang berpengalaman dengan amatir adalah caranya mengendalikan rasa gugup tersebut. Kemampuan beradaptasi dengan cepat di suasana yang baru amat dibutuhkan untuk menghindari munculnya rasa ketidakpercayaan diri. Presenter harus mampu mengatasi ketakutan atau rasa gugup tersebut. Tipsnya yakni harus mampu bersikap rileks sehingga tak akan terlalu repot akan hal teknis.

    "Pengendalian diri tersebut penting agar kesan dan pesan yang disampaikan dapat mudah dipahami dan diinternalisasikan oleh audiens. Bila terlalu banyak hal yang dipikirkan, maka esensi pesan yang disampaikan tidak akan sesuai dengan konteks.  Bersikap rileks dan menarik amat penting agar audiens  merasa teryakinkan oleh isi pesan yang disampaikan. Mencontoh dari Steve Jobs, salah satu presenter terbaik yang juga seorang engineer dan ahli pemasaran untuk produk Apple. Ia dapat mudah meyakinkan audiens bahwa produknya berbeda dan penuh kejutan. Hal yang dapat membantu audiens untuk terkesan dan mudah paham adalah penggunaan alat bantú visual yang baik, " urainya.

    Tomi juga memberikan 10 tips sebagai bekal untuk tampil di depan publik atau kamera. Pertama yakni kelebihan mudah berdaptasi dengan suasana baru. Presenter juga harus paham mengenai dimana ia akan berbicara dan bisa membayangkan tindakan dan gerakan yang dilakukan ketika tampil. Ia juga harus mengetahui siapa audiensnya, karena pesan dan gaya penampilan akan berbeda tergantung audiens. Selanjutnya, mengetahui pesan yang disampaikan juga penting, berlatih di depan kaca merupakan salah satu trik untuk membiasakan diri.
    Menjadi diri sendiri dan berusaha rileks juga penting agar mudah mengendalikan pikiran dan materi yang disampaikan sehingga dapat dieskpresikan dengan baik. "Setiap orang memiliki gaya penyampaian yang beragam, sehingga tak perlu meniru orang lain. Setiap orang memiliki gestur khas sebagai salah satu bentuk personal brand, bila rajin dilatih maka dapat meningkatkan kepercayaan diri, " jelasnya.

    Berikutnya menurutnya, presenter harus menyadari bahwa audiens yang hadir berkeinginan untuk melihat kita sukses dalam presentasi. Harapannya audiens tak hanya duduk dan mendengarkan, namun juga memahami pesan dan menginternalisasikannya ke dalam diri sehingga apa yang disampaikan akan bermanfaat baginya.

    “Bukan hanya sekedar kumpulan kata-kata, tetapi sebuah pesan yang membuat orang yang mendengarkan maupun yang membaca mendapatkan energinya dan kemudian menangkap jiwanya. Itulah yang menjadi ukuran keberhasilan ketika kita tampil di depan publik atau ketika kita sedang menulis,” tuturnya.

    Penting pula untuk diingat bahwa pesan yang disampaikan tak hanya harus bersifat menghibur, namun juga informatif. Hal lain yang perlu dicatat bahwa presenter tak perlu terjebak pada beberapa kesalahan kecil dalam penyampaian karena dapat dikoreksi sambil berjalan. Bila terdapat kesalahan dalam pengucapan, hendaknya tidak terlalu banyak meminta maaf untuk menghidari munculnya rasa gugup. Presenter dapat melakukan improvisasi untuk menutupi kesalahan tersebut (ipb.ac.id)

  • Rektor IPB University: Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) Bisa Jadi Learning Center Peternakan Indonesia

    Rektor IPB University, Prof Arif Satria hadir dalam webinar bedah buku “DNA-Desa” United 30 Tahun Berkarya dari IPB untuk NKRI (24/8). Buku ini menceritakan tentang Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) yang dikembangkan Prof Muladno, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan (Fapet).

    “Buku yang ditulis oleh mahasiswa Fapet ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kalangan muda dalam memajukan peternakan Indonesia. Kontribusi SPR di 12 provinsi sudah dirasakan oleh masyarakat luas. SPR terus istiqomah membangun desa, kita juga ingin logo IPB University ini menjadi semangat baru untuk masyarakat di lapangan. Agar logo IPB University tidak hanya sekedar gambar, tetapi simbol penyemangat untuk para petani, peternak, agar mereka semakin percaya diri,” ujar Prof Arif Satria.

    Menurutnya, SPR yang sudah berjalan sekian tahun ini bisa menjadi tolak ukur inovasi lainnya. Ukuran itulah yang menjadi bahan untuk improve model-model yang bisa dilakukan untuk SPR ini.

    “Infrastruktur laboratorium dan perkebunan di IPB University harus sempurna dan prima dalam mendukung kegiatan akademik. Sekaligus mendukung learning center yang bisa memberikan impact untuk dosen, mahasiswa, lebih-lebih lagi untuk masyarakat,” ujarnya.

    Ia memberi contoh, di Garut misalnya, ada program one village one CEO (OVOC) yang mengontrol perkembangan kandang melalui smartphone. “Ini sudah dilakukan untuk kandang pedet sapi. Artinya kalau kita kembangkan program-program 4.0 maka akan semakin mendorong efisiensi dari peternakan-peternakan yang ada di Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah memanfaatkan inovasi-inovasi dari IPB University,” ungkapnya.

    Begitu juga dengan pakan indigofera dicampur sorgum hasil inovasi Dosen Fapet IPB University. Prof Arif mengatakan, hal itu bisa menjadi potensi pasar pakan ternak yang dahsyat. “Para peternak di Indonesia bisa memanfaatkan inovasi dari IPB University mulai dari breeding, pakan, budidaya hingga inovasi kandang. Perancangan kandang ini bisa menggandeng program studi Ilmu Komputer dalam membangun kandang yang smart,” imbuhnya.
     
    Menurutnya, program SPR yang sudah berjalan ini menjadi etalase untuk menunjukkan pada publik bahwa teknologi-teknologi terkini dapat dikuasai oleh IPB University. “Semoga dengan peternak yang semakin solid, dibarengi semangat dan kepercayaan diri yang tinggi, serta dengan komitmen bersama maka kedaulatan pakan menjadi satu mimpi kita,” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Sosialisasi Beasiswa Japfa Foundation 2020

    Japfa Foundation melakukan kegiatan sosialisasi penerimaan Program Beasiswa Prestasi tahun 2020 bagi seluruh mahasiswa semester 6 di lingkungan Fakultas Peternakan IPB (04/04/2020). Kegiatan yang diselenggarakan di Auditorium JHH Fapet IPB ini dibuka oleh Dekan Fakultas Peternakan, Prof. Dr. Sumiati, M.Sc. Turut mendampingi beliau Wakil Dekan I, Dr. Ir. Idat Galih Permana  dan Wakil Dekan II  Dr. Rudi Afnan serta Komisi Kemahasiswaan dan Komisi Pendidikan dari Departemen INTP dan IPTP.

    Kegiatan sosialisasi ini dihadiri sekitar 40 mahasiswa semester 6 dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan dan dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB. Peserta sangat antusias mengajukan pertanyaan mengenai beasiswa yang ditawarkan Japfa Foundation. Muhammad Ikhsan Almai dan Dian Winarti, sebagai perwakilan dari  Japfa Foundation  menjelaskan mekanisme pelaksanaan, Keuntungan yang akan didapat mahasiswa dan juga persyaratan pendukung apa saja yang diharus disiapkan untuk proses pendaftaran. Program Beasiswa ini diperuntukkan bagi mahasiswa semester 6 (enam) dari program studi yang relevan dengan bisnis JAPFA Group.

    Selain mahasiswa Semester 6, turut hadir juga para penerima Beasiswa Japfa Foundation tahun 2019 yang membagikan pengalaman mereka dalam menjalankan program beasiswa Japfa Foundation. salah satunya menceritakan bagaimana program bimbingan akademik, bahasa inggris dan kegiatan sosial membantu mereka untuk meningkatkan rasa percaya diri pasca lulus, serta menambah pengalaman dalam berbagi ilmu dan berinteraksi dengan masyarakat. Mereka memberikan dukungan kepada Japfa Foundation dan akan membantu serta mendampingi adik angkatan yang berminat mendaftar beasiswa Japfa Foundation 2020.

  • Studium Generale PT. Medion di Fakultas Peternakan IPB University

    Medion Group bekerja sama dengan Fakultas Peternakan IPB University mengadakan Studium Generale dengan tema “Livestock 4.0” secara virtual pada Rabu (3/3). Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 220 mahasiswa dengan dosen tamu yaitu Hermawanto, selaku Farm Management Service Assiant Manager PT Medion.

    Acara Studium Generale ini dihadiri oleh Dekan Fakultas Peternakan, Dr.Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr. dan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof.Dr. Irma Isnafia, S.Pt, M.Si. Dalam sambutannya Dekan Fakultas Peternakan menyampaikan bahwa era Industri 4.0 juga telah memasuki berbagai bidang termasuk di bidang peternakan, khususnya di industri unggas. Oleh karena itu mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan mempelajari perkembangan teknologi peternakan di era Industri 4.0.

    Pemaparan materi dalam Kuliah Dosen Tamu ini bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi mahasiswa serta memperkenalkan dunia industri manufaktur  farmasi peternakan.

    Pada kesempatan tersebut, Hermawanto juga mengulas pengetahuan yang membahas tentang perkembangan teknologi peralatan peternakan unggas yang saat ini berkembang ke arah Industri 4.0, seperti penggunaan automatic feeding line, automatic ventilation, software management dan kontrol jarak jauh.

    Para mahasiswa sangat antusias mengikuti materi yang disampaikan, terlebih di akhir acara pihak Medion mengadakan games berhadiah menarik yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

  • Summer Course 2021 Departemen IPTP IPB University Diikuti Peserta 18 Negara

    Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan IPB University sukses gelar Summer Course 2021. Kegiatan summer course yang berlangsung sejak 12 Juli hingga 23 Juli 2021 ini merupakan summer course yang ke-5 yang berhasil digelar. Tahun ini tema yang diangkat adalah “New Normal Challenges and Opportunities: Global Interconnectivity for Animal Production”.
    Pembukaan kegiatan summer course dihadiri oleh Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana, Direktur Program Internasional IPB University, Prof Iskandar Zulkarnaen Siregar, para wakil dekan, ketua departemen, dosen tamu luar negeri, para dosen Departemen IPTP dan peserta summer course.

    “Kegiatan Summer Course tahun ini diikuti peserta dari 18 negara. Total peserta summer course sebanyak 387 orang dengan 292 peserta dari Indonesia dan 95 peserta dari luar negeri. Peserta dari Indonesia berasal dari 33 universitas dan peserta dari luar negeri berasal dari 20 universitas yang terdistribusi di 14 negara. Yaitu Bangladesh, Malaysia, Filipina, Thailand, Taiwan, China, Jepang, Pakistan,  Nepal, Australia, Turki, Hungaria, Belanda, Bolivia,” jelas Dr Idat.

    Adapun dosen tamu yang mengisi kegiatan summer course ada 18 orang. Yakni empat Dosen IPB University dan 14 dosen dari luar negeri  dengan 14 negara yang berbeda.

    “Yang dari IPB University itu ada Prof Asnath M Fuah, Prof Irma Isnafia Arief, Prof Asep Gunawan dan Dr Maria Ulfah. Adapun dosen tamu dari luar negeri yang akan mengisi di antaranya Prof Steffen Weigend (Germany), Prof Mehmet Ulas Cinar (Erciyes University), Prof Aminul Islam (Bangladesh Agricultural University), Prof Michinao Hashimoto (Singapura), Dr Vincent Guyyonat (Kanada),  Dr Kun Yi Hsin (NCHU, Taiwan), Assoc Prof Akos Bordner (SZIU, Hungaria), Dr Margret Wenker (WUR, Belanda), Dr Autchara Kayan (Kasetsart Univ, Thailand), Assoc Prof Ahmed Gad (Checzh Republic), Dr Salome Atieno Mogose (University of Embou, Kenya), Dr, Muhammad Jasim Uddin (Mudoch University, Australia),” tambahnya.

    Menurutnya, selain kegiatan perkuliahan, summer course dikombinasikan dengan demostrasi kegiatan praktikum lapang secara virtual, virtual exurcion  tentang budaya dan keanekaragaman ternak Indonesia,  diskusi interaktif, tugas individu dan kelompok, presentasi dan penilaian akhir.

    “Di akhir kegiatan, setelah penilaian peserta akan mendapatkan dua kredit poin dengan nama mata kuliah “Summer Course on Animal Production”,” imbuhnya.

  • Summer Course Faculty of Animal Science

     

     

     

     

     

     

     

  • Surveillance ISO 9001:2015 di fapet IPB

    Dalam rangka Memastikan kesesuaian Sistem Manajemen Mutu Organisasi serta Memastikan Sistem Manajemen Mutu Organisasi sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2015, Fakultas Peternakan IPB kembali mendapatkan  Surveilllance  ISO 9001: 2015 (7-8 Oktober 2019). Bertindak sebagai auditor eksternal yaitu Bapak Holys dan Ibu Nena dari SUCOFINDO. Ruang Lingkup Audit adalah  pelaksanaan pelayanan akademik di Fakultas Peternakan IPB.

    Audit eksternal yang berlangsung selama dua hari tersebut, diawali dengan Rapat Pembukaan pada Hari Senin, 7 Oktober, pukul 09:30 WIB, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kesesuaian pelaksanaan kegiatan pelayanan dengan POB yang telah dituliskan dalam dokumen ISO di Bidang Management Representative, dan kemudian dilakukan audit di bidang layanan akademik di tingkat Departemen. Pada hari Kedua, Selasa, 8 Oktober, kegiatan audit dilanjutkan dengan pemeriksaan dokumen bidang akademik, dan ketatausahaan dan infrastruktur/maintenance.

    Dalam Melayani Kebutuhan Pelanggan pada bidang pelayanan akademik, mulai tanggal 1 September 2018, Fakultas Peternakan menerapkan Sistem  Informasi Manajemen Mutu ISO 9001:2015 berbasis Cloud Application (Sismacloud) yang bermanfaat untuk memudahkan pelacakan surat sampai dimana progress pengerjaannya, mempermudah melakukan pengawasan oleh pimpinan, mempermudah pembuatan rekapitulasi keadaan surat. Sistem ini mampu menampilkan pelayanan surat mana yang tidak mencapai sasaran mutu, merekap jumlah surat, mengidentifikasi bagian mana yang paling lama melaksanakan pekerjaannya, menampikan lama pengerjaan tiap bagian, dan lain-lain. Adapun dari tanggapan petugas pelaksana maupun pengguna jasa layanan sudah merasa puas dengan adanya sistem tersebut, yang menjadikan pelayanan akademik menjadi lebih efektif, efisien, terkontrol dan mudah.

    Pada saat acara penutupan Surveillance tersebut, auditor tidak menemukan temuan minor ataupun mayor, dan hanya memberikan saran-saran perbaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan akademik. Semua menjadi masukan dan koreksi yang sangat berharga bagi Fakultas Peternakan, untuk dapat diperbaiki di masa mendatang, demi terlaksananya pelayanan akademik yang berkualitas. Setelah seluruh rangkaian kegiatan audit ini selesai, maka pada sore harinya sekitar pukul 15.00 dilakukan penutupan oleh Plt. Dekan Fakultas Peternakan.

    Semoga kita dapat terus bersinergi demi kemajuan Fakultas Peternakan IPB, masyarakat, dan bangsa Indonesia.

  • Tantangan Alumni Perguruan Tinggi di Era Disruptif Inovasi

    Pada 2010 – 2030 adalah periode dimana Negara Indonesia menerima bonus demografi, yaitu Jumlah penduduk usia produktif  (umur 15 – 60 tahun) mencapai angka 69 %.

    “Keadaan tersebut menjadi peluang dan tantangan. Dalam hal ketahanan pangan, penambahan jumlah penduduk juga menjadi isu yang penting bagi kita,” ungkap Audy Joinaldy Ketua Umum Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (Hanter) IPB dalam sambutannya di Upacara Wisuda dan Penyerahan Ijazah Program Pendidikan Diploma Sekolah Vokasi IPB Tahap I Tahun 2018/2019 di Bogor (24/7).

    Sambungnya disaat IPB mencanangkan diri menjadi Entrepreneur University, menjadi tantangan tersendiri. Indonesia hanya memiliki 0,8 – 1,2 % penduduk yang menjadi pengusaha, bandingkan dengan Thailand 5 %, Singapura 7 % atau bahkan China 14 %. “Paling tidak butuh 2 % dari jumlah penduduk menjadi pengusaha untuk mendukung perekonomian nasional yang kuat.

    Kunci menjadi pengusaha bukanlah modal atau uang, tetapi networking, untuk itu adik-adik wisudawan/wisudawati sekalian tetaplah jalin silaturahmi antar sesama kalian maupun dengan seluruh civitas akademika IPB, disinilah salah satu network dari kalian. Bukalah network seluas-luasnya dengan kami di Himpunan Alumni IPB dan juga dengan pihak luar,” tutur Audy.

    Audy berpesan, hidup di tengah era disruptif inovasi, terjadi perkembangan teknologi sangat pesat. Era digital memberikan kesempatan bagi setiap entitas untuk berinovasi dengan cepat. Pada saat yang sama, inovasi memberikan dampak disruptif kepada entitas lainnya yang lambat untuk merespon perkembangan dan Inovasi yang terjadi.

    “Dimanapun dan apapun jenis pekerjaan yang adik-adik hidupi, kunci keberhasilannya adalah bila memiliki nilai tambah atau added value. Hanya pribadi yang memiliki nilai tambah yang dapat memberikan perbedaan nyata dalam masyarakat, bangsa dan negara,” pungkasnya (troboslivestock.com)

  • Tepung Jangkrik Alternatif Bahan Baku Pakan Ternak

    Ketergantungan bahan baku pakan impor di Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Bahan baku pakan sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil kedelai misalnya tercatat impornya berturut-turut mencapai 4,1 ton dan 4.450.000 ton. Oleh karenanya diperlukan alternatif bahan baku lokal sebagai sumber protein, salah satunya yang berpotensi adalah jangkrik yang dapat dibuat tepung dan memiliki kelebihan berprotein tinggi, mudah dipelihara, murah dan bisa dilakukan pada lahan sempit.

    Hal itu diuraikan Guru Besar Fakultas Peternakan IPB, Prof Dewi Apri Astuti dalam Online Training Satwa Harapan, Harapan Satwa Jangkrik, yang diselenggarakan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB melalui aplikasi daring, Sabtu (8/8/2020). Dipaparkan Dewi bahwa protein kasar jangkrik adalah sebesar 58.3%, lemak 10.3%, dengan asam lemak palmitat (16:0) 50.32%, stearate (18:0) 32.06%, oleat 9.77% linoleat 2.34%.

    “Adapun asam amino yang terkandung yakni arginin 3.68%, histidin 1.94%, isoleusin 3.09%, leusin 5.52%, lisin 4.79%, methionine 1.93%, sistin 1.01%, phenilalanin 2.86%, valin 4.42%, alanine 5.55%, glisin 3.62% dan hitin 8%,” jelas Dewi.

    Oleh karena itu ia menyebut bahwa tepung jangkrik berpotensi menjadi sumber bahan baku pakan untuk ayam broilerdan layer, puyuh petelur, burung kicau, maupun ikan hias.

    “Dapat juga dimanfaatkan untuk ternak ruminansia, yakni pada domba sebagai susu pengganti dan pada masa pertumbuhan dan pada kambing bisa diberikan pada masa pertumbuhan, bunting dan laktasi,” katanya.

    Dari serangkaian penelitian yang dilakukannya, ia menyimpulkan bahwa tepung jangkrik ternyata juga mengandung nutrien berkualitas tinggi. Selain untuk unggas kicau, tepung jangkrik dapat juga diberikan pada hewan model tikus untuk meningkatkan imunitasnya, anak kambing atau domba sebagai susu pengganti, anak kambing atau domba sebagai pakan pertumbuhan, induk kambing pada saat menjelang bunting (flushing diet), serta pada kambing pejantan untuk memperbaiki kualitas spermanya (majalahinfovet.com)

  • Tidak Hanya Urusan Pangan, Soal Pakan Hewan Pun IPB University Menjadi yang Terdepan, Yuk Kulik Program Studinya

    Program Studi Nutrisi dan Teknologi Pakan (Prodi NTP), Fakultas Peternakan IPB University merupakan satu-satunya program studi jenjang sarjana di Indonesia yang mengkaji tentang sistem produksi penyediaan pakan, evaluasi kualitas pakan dan penggunaan teknologi, manufaktur dan logistik pakan, serta rekayasa nutrisi dan biosintesis produk ternak unggul dan ramah lingkungan.

    “Komposisi pakan yang tepat menjamin tercukupinya kebutuhan nutrisi ternak untuk tumbuh sehat dan optimal sehingga produk yang dihasilkan berkualitas baik,” ujar Dr Anuraga Jayanegara selaku Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) IPB University.

    Di tingkat nasional, Prodi NTP memiliki peranan yang penting dalam bidang nutrisi dan pakan ternak. Untuk itu Prodi NTP berusaha untuk terus mempertahankan serta meningkatkan pelaksaan peran ini dengan menghasilkan lulusan yang kompetitif baik secara nasional maupun internasional.

    “Departemen INTP mengelola tiga program studi yaitu  Prodi S1 Nutrisi dan Teknologi Pakan (NTP), S2 dan S3 Ilmu Nutrisi dan Pakan (INP),” jelasnya.

    Departemen dengan motto “Better Feed for Better Food” ini mengelola enam divisi keilmuan. Yakni Divisi Ilmu dan Teknologi Tumbuhan Pakan dan Pastura (ITPP), Divisi Ilmu dan Teknologi Pakan (ITP), Divisi Manufaktur dan Industri Pakan (MIP), Divisi Nutrisi Ternak Unggas (NTU), Divisi Nutrisi Ternak Perah (NTP), serta Divisi Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (NTDK).
     
    Kegiatan belajar mengajar di Prodi NTP didukung oleh tenaga pendidik berkualitas internasional serta berbagai fasilitas pendukung lainnya. Dosen-dosen INTP mempunyai kualifikasi sangat kompeten, 85 persen bergelar doktor dan 32 persen bergelar profesor. Pada tahun 2019, dosen berprestasi tingkat nasional bidang saintek berasal dari INTP serta pegawai Administrasi Akademik Terbaik IPB University juga dari INTP.

    “Departemen INTP telah terakreditasi A oleh BAN-PT dan ASEAN University Network Quality Assurance (AUN-QA),” jelas Dr Anuraga.

    Sektor-sektor bidang pekerjaan yang dapat ditekuni oleh lulusan Prodi NTP diantaranya industri pakan ternak, industri peternakan, pemerintahan, lembaga penelitian, hingga wirausahawan. Rata-rata masa tunggu lulusan Prodi NTP untuk bekerja tidak lebih dari tiga bulan.

    "Alumni Prodi NTP telah mampu bersaing di berbagai lapangan pekerjaan serta berhasil menduduki posisi penting di berbagai lembaga baik swasta maupun pemerintahan. Hal tersebut tentu berkat bimbingan yang diterima selama menjadi mahasiswa di Prodi ini, " ungkapnya (ipb.ac.id)

  • Tim Sekolah Peternakan Rakyat IPB University dan RRI Fakfak Gelar Dialog di Papua

    Tim IPB University yang terdiri dari Prof Muladno (penggagas Sekolah Peternakan Rakyat/SPR), Prof Drh Agik Suprayogi (Ketua Unit Penyelenggara SPR) dan Arya W Padmodimulyo (Juru Bicara Solidaritas Alumni SPR Indonesia/SASPRI nasional) hadir dalam Dialog Interaktif dengan topik “Sosialisasi Sekolah Peternakan Rakyat” di Studio Program I Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Fakfak, Papua, (20/4). Kehadiran Tim IPB University ke Papua ini sebagai upaya penyebaran SPR ke seluruh Indonesia.
     
    Kegiatan ini terselenggara berkat Kerjasama Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University dan RRI Fakfak, Papua.
     “SPR IPB University sampai saat ini sudah berkembang menjadi 61 SPR tersebar di 25 kabupaten dan 12 provinsi di Indonesia. Akan terus tumbuh secara progresif di tanah air,” ujar Prof Muladno selaku Kepala PSP3 IPB University.
     
    Menurutnya SPR IPB University merupakan solusi perbaikan untuk peternakan di Kabupaten Fakfak. Mengingat permasalahan peternakan di wilayah ini bukan semata teknologi, namun kapasitas para peternak yang masih lemah dan adanya kesenjangan pemikiran antara birokrat dengan peternak.
     
    “Oleh karena itu di SPR inilah mereka harus sekolah untuk meningkatkan mental, semangat dan percaya diri dalam bisnis kolektif berjamaah di bidang peternakan. Kurikulum di SPR IPB University, 80 persen adalah bertujuan memperbaiki mental menuju karakter baik bagi mereka. Dan hanya 20 persen membahas teknologi,” jelasnya.
     
    Ia menambahkan, dalam SPR, peternak akan didampingi oleh perguruan tinggi dan melibatkan berbagai pihak unsur. Yaitu pemerintah daerah setempat, swasta dan peternak itu sendiri (konsep Academician-Business-Government-Community/ABGC).  Di saat yang sama Prof Agik juga menyampaikan bahwa perguruan tinggi sesuai dengan tugas dan fungsinya, memiliki tanggung jawab besar dan wajib hadir dalam meningkatkan kapasitas peternak rakyat.
     
    “Kehadiran IPB University di Kabupaten Fakfak bertujuan untuk melakukan koordinasi, konsolidasi dan sosialisasi SPR ke berbagai pihak. Diantaranya dengan Pemkab Fakfak (bupati dan dinas terkait), DPRD Kabupaten Fakfak, perguruan tinggi sekitar (Universitas Papua), swasta setempat (PT Rimbun Sawit Papua), masyarakat/peternak di Distrik Bomberay, Distrik Kokas, Kampung Kinam dan Fior,” ujar Prof Agik.
     
    Partisipasi aktif masyarakat Fakfak dalam dialog interaktif ini sangat tinggi, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul.  “Secara umum mereka sangat senang dan berharap banyak pada IPB University sebagai perguruan tinggi besar agar dapat hadir membantu peternakan rakyat di Fakfak. Permasalahan perkandangan, sistem pemeliharaan ranch dan sapi yang masih dilepasliarkan menjadi masalah besar di peternakan sapi di Fakfak. Dampak pemeliharaan sapi yang digembalakan secara lepas liar sangat mengganggu kehidupan bagi masyarakat, mereka tidak bisa berkebun dengan tenang serta mengganggu lalu lintas umum,” ujar Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University ini.
     
    Sementara itu Juru Bicara SASPRI Nasional, Arya menyampaikan bahwa pihak swasta juga sangat diharapkan perannya dalam membangun SPR. Pihak swasta menjadi penghela sisi hilir agar proses bisnis peternakan rakyat dapat berputar terus dan memastikan hilirisasi produksi ternak dapat hadir di tingkat masyarakat konsumen.
     
    Dialog interaktif ini diharapkan mampu menyebarkan informasi sekaligus promosi bagi program unggulan IPB University, yaitu SPR. Kegiatan ini juga menjadi media edukasi bagi warga maupun peternak di Kabupaten Fakfak untuk lebih memahami maksud dan tujuan adanya SPR.  Tindak lanjut dan komitmen IPB University dalam jangka pendek sangat dinanti pemda maupun peternak di Kabupaten Fakfak melalui PSP3 LPPM IPB University sebagai respon dari kegiatan ini (ipb.ac.id)