News

  • KKN-T Mahasiswa IPB di Pekanbaru Fokus Berkontribusi Atasi Covid-19

    Di saat pandemi Covid-19 ini, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB)  melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat melalui program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Pekanbaru, Riau. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu masyarakat yang terkena dampak Covid-19, melalui program pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi masalah Covid-19.

    Kegiatan KKN-T IPB di Pekanbaru secara daring dengan tema Pemanfaatan Sumber Daya Wilayah dan Pemberdayaan Masyarakat melalui Techno Social Entrepreneurship untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada Masa Pandemi Covid-19.

    Wakil Dekan Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Peternakan IPB Idat Galih Permana mengharapkan, mahasiswa dapat membantu memberikan pemahaman serta solusi kepada masyarakat bagaimana cara beradaptasi dengan kebiasaan baru serta melakukan pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, pertanian dalam arti luas, industri dan lingkungan secara terintegrasi. 

    "Semoga mahasiswa kami ini dapat membantu masyarakat di Kota Pekanbaru," katanya.

    Sementara itu, perwakilan Pemerintah Kota Pekanbaru Zulfahmi Adrian mengungkapkan, Kota Pekanbaru tidak memiliki sumber daya alam (SDA), berbeda dengan kabupaten/kota yang ada di sekitar Pekanbaru. Di Kota Pekanbaru, yang lebih diiutamakan adalah kegiatan perdagangan, jasa, dan industri. 

    "Bapak Walikota Pekanbaru saat ini sedang gencar-gencarnya untuk mewujudukan Pekanbaru sebagai pusat investasi, yang nantinya dapat mensejahterakan masyarakat,” ujarnya. 

    Zulfami menjelaskan, saat ini Pekanbaru telah mengeluarkan perwako 104/2020 tentang berperilaku hidup bersih dan sehat sebagai tindak lanjut setelah lebih kurang 3 bulan menjalankan pembatasan berskala besar. Kepada mahasiswa yang akan melakukan KKN-T di Kota Pekanbaru, ia berharap agar memperhatikan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 yang telah ditetapkan Pemerintah Kota Pekanbaru. 

    "Kami berharap mahasiswa KKN ini nantinya menjadi pionir atau agen informasi, memberikan penyadaran dan advokasi kepada masyarakat agar  mematuhi protokol kesehatan pencegahan COVID-19 di Pekanbaru,” harapnya.

    Adapun program-program yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa IPB Pekanbaru dimulai dari kelompok 1 yang akan melakukan KKN di Desa Limbungan Baru dengan tema Peningkatan Perekonomian Masyarakat Pasca Covid-19 dengan pemanfaatan halaman rumah yang mencakup empat buah program yaitu sosialisasi menjaga kebersihan dan pencegahan Covid-19, program sehat bergizi, kebun keluarga, serta pengembangan usaha peternakan ayam dan pengelolaan limbah. 

  • Kolaborasi Fakultas Peternakan IPB University Bersama HANTER dalam Gelaran ILDEX 2022

    Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University berpartisipasi dalam pameran The 5th International Livestock, Dairy, Meat Processing and Aquaculture Exposition (ILDEX) Indonesia yang diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Banten (9-11/11). Pameran ini dibuka Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian RI, Dr Nasrullah yang mewakili Menteri Pertanian. Dirjen PKH juga menyempatkan untuk mengunjungi booth Fapet bersama Dirut PT. Permata Kreasi Media (penyelenggara ILDEX di Indonesia) Dr. drh. Widiyanto Dwi Surya.

    Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, yang hadir dalam pembukaan acara tersebut mengatakan bahwa semua sektor peternakan memiliki peran yang strategis dan penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa “Sektor peternakan dalam penyediaan protein hewani harus ditunjang dengan inovasi. ILDEX memotivasi dan memberikan semangat dalam upaya tersebut’’ jelasnya.

    Dalam kegiatan yang sudah berlangsung sejak tahun 2013 ini, turut hadir Ketua Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) Don P Utoyo selaku pihak yang menginisiasi kegiatan tersebut, selain itu hadir juga Managing Director VNU Asia Pacific Mr. Igor Palka selaku penyelenggara ILDEX di tingkat ASEAN. Acara yang diikuti oleh 117 peserta pameran yang berasal dari 25 negara ini ini diharapkan akan menjadi ajang promosi dan bertemunya pelaku usaha global dan memberikan dampak positif, efisien dan berdaya saing. Target acara yang akan menghadirkan 30 topik seminar ini diharapkan mampu menyaring 5000 pengunjung.

    Pada pameran ini, Fapet bersama Himpunan Alumni Peternakan (HANTER) IPB menampilkan beberapa produk, antara lain pakan ternak Sorinfer, Herbal Mineral Blok (HMB), magot, wafer ternak dan beberapa pakan ternak lain. Produk ternak lain juga tersedia berupa daging sapi dari Hijrah Food yang juga bagian dari HANTER dengan produk unggulan mereka seperti wagyu steak, daging has dan saikoro beef. Ada juga olahan daging lain yaitu dendeng, rendang, bumbu nasi gorang domba serta nasi kebuli kemasan kaleng yang juga merupakan produk dari beberapa alumni Fapet IPB. (Femmy)

  • Kolaborasi IPB University, WUR, Peternak dan Industri untuk Hasilkan Produk Peternakan Berkualitas

    Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar seminar penutupan program Sustainable Intensification Dairy Production Indonesia Project (SIDPI), 13/1. Program ini terdiri dari kegiatan riset dan pemberdayaan masyarakat, khususnya peternak sapi perah di Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kegiatan penutupan diadakan dalam rangka mensosialisasikan hasil-hasil dari program SIDPI kepada para peternak melalui lembaga di tingkat pusat dan daerah.

    Program SIDPI merupakan program kolaborasi IPB University bersama dengan Wageningen University Research (WUR), Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, PT Trouw Nutrituin Indonesia, dan Frisian Flag Indonesia. Kegiatan ini sudah dilakukan selama 3,5 tahun sejak tahun 2016 hingga tahun 2019.

     Adapun fokus kegiatan adalah peningkatan pendapatan peternak dengan meningkatkan produktivitas susu sapi perah melalui perbaikan pengelolaan pakan ternak.

    Dr Rudi Afnan, Wakil Dekan Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan, Fapet IPB University mengatakan program SIDPI didesain sebagai pilot project di wilayah Lembang. Kegiatannya berupa berbagai program peningkatan pengetahuan peternakan sapi perah, manajemen pengolahan pupuk dari limbah budidaya sapi perah.

    “Program ini  diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan produk sapi perah, mengurangi biaya pakan, meningkatkan efisiensi pengunaan sumberdaya, serta meningkatkan pendapatan peternak sapi perah skala kecil,” terang Dr Rudi.

    Di sisi lain, program ini juga berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca. Dr Rudi berharap, bisa terjalin kerjasama yang lebih erat untuk kemajuan peternakan Indonesia yang berorientasi pada lingkungan yang berkelanjutan.

    Hadir sebagai pemateri utama adalah Dr Nasrullah dari  Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan) RI, Gemma Verijdt dari Kementerian Pertanian, Alam, dan Kualitas Pangan, Belanda dan Dr Marion De Vries, dari Wageningen University Research (WUR) yang menjelaskan tentang program SIDPI.

    Dalam paparannya, Gemma Verijdt menjelaskan pemerintah Belanda sudah membuat kesepakatan dengan pihak swasta, pemerintah lokal dan masyarakat untuk mengurangi emisi karbon. Melalui kesepakatan ini, ditargetkan dapat mengurangi emisi gas metana dari sektor peternakan hingga 16 persen di tahun 2030. Untuk itu, pendekatan lingkungan terintegrasi terus dilakukan dengan berbagai negara, salah satunya Indonesia.

    “Riset dan inovasi untuk mengurangi emisi di sektor peternakan terus dilakukan. Khususnya dalam pengelolaan limbah dan sistem perkandangan yang ramah lingkungan. Sistem perkandangan menjadi tantangan utama untuk membentuk mengelola limbah  terintgrasi. Hal ini terus kami kembangkan bersama dengan berbagai pihak,” ungkap Gemma.

    Sementara Dr Marion menjelaskan tentang keberhasilan program SIDPI. Hasil dari program ini menunjukkan bahwa pengelolaan pakan dapat meningkatkan kesehatan hewan ternak dan produk susu. Ia menerangkan, terjadi peningkatan sekitar 0,7 kilogram susu untuk satu ekor sapi per harinya. Melalui program ini juga, efisiensi sumber daya juga membuat biaya pakan berkurang serta itu emisi yang berdampak buruk untuk lingkungan juga berkurang.

    “Pengurangan emisi dilakukan dengan pengelolaan kotoran hewan yaitu mengurangi jumlah kotoran ternak yang dibuang. Upaya ini dapat mengurangi polusi ke sungai dan air tanah. Pilot project ini melibatkan  peternak KSPBU Lembang, serta peneliti dari IPB University dan Wageningen University Research. Ke depannya program ini akan terus dikembangan untuk 4500 peternak di Jawa Barat,” ungkap Dr Marion.

    Kegiatan seminar ini juga menghadirkan beberapa pembicara lain yang terlibat dalam program SIDPI. Diantaranya adalah Windi Al Zahra, Alumni Fapet IPB University yang saat ini menempuh Pendidikan di Wageningen University Research (WUR), Bram Wouters dari Wageningen University Research (WUR) dan Drs Dedi Setiadi dari KPSBU Lembang (ipb.ac.id)

  • Komitmen Serempak Fapet IPB University untuk Jadi Terdepan dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi Peternakan

     

    Dirinya juga menyebut, pandemi COVID-19 turut mengubah tatanan sosial masyarakat. Seperti rutinitas kegiatan sehari-hari maupun upaya untuk bersilaturahim dan berinteraksi. Dengan bermodal teknologi yang ada, diharapkan silaturahim akan tetap terjaga meskipun belum bisa bertatap muka secara langsung.

    Sebagai upaya menyambut kuliah tatap muka, Dr Idat menyebut, pihaknya telah menghimpun dana untuk pembangunan water station dan dana sosial untuk beasiswa. Ia juga menyebut, para alumnus telah berpartisipasi aktif dalam mendukung Fapet IPB University.

    Ketua Senat Fapet IPB University, Prof Nahrowi menyebut, setelah mendapat tempaan bulan ramadhan, sudah waktunya berkomitmen untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang lebih baik. “Apabila komitmen ini bisa dilakukan secara serempak, saya yakin Fapet IPB University dapat menjadi institusi terdepan dalam pengembangan ilmu dan teknologi peternakan,” ujar Prof Nahrowi.

    Dalam upaya menciptakan suasana kerja yang lebih kondusif dan menanggulangi permasalahan yang timbul akibat perkembangan teknologi yang cepat, Prof Nahrowi berpesan supaya saling menjaga silaturahim. “Mari kita maksimalkan teknologi yang ada untuk meningkatkan silaturahim secara online. Jika nanti pandemi COVID-19 sudah terkendali, kita bisa kembali silaturahim secara offline,” ujar Prof Nahrowi.

    Dirinya juga berpesan, dalam bersilaturahim dapat menggunakan bahasa yang baik. Tidak hanya itu, ia juga berpesan supaya menjadikan ajang sulaturahim untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. “Jika itu semua dilakukan, maka silaturahim ini dapat digunakan sebagai wadah untuk mendukung penelitian, pendidikan serta mencapai target-target kinerja yang sudah ditetapkan,” ujar Prof Nahrowi.

    Ketua Umum Hanter IPB University, Audy Joinaldy turut berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung Hanter IPB University untuk terus berkontribusi bagi almamater. Sampai saat ini pihaknya telah mengumpulkan dana untuk beasiswa bagi mahasiswa melalui Tali Kasih Hanter IPB University.

    “Kami juga ingin mengadakan Hari Pulang Kandang, semoga nanti bisa terwujud setelah pandemi COVID-19,” ujar Audy.

    Alumnus Fapet IPB University itu juga menjelaskan, dirinya turut mengundang para dosen Fapet IPB University untuk ikut memberikan sosialisasi tentang Fapet IPB University bagi siswa-siswi SMA di daerahnya. “Jadi sosialisasinya adalah khusus tentang Fapet IPB University di SMA Sumatera Barat. Dengan demikian diharapkan akan banyak siswa-siswi yang tertarik dengan peternakan dan mau masuk ke Fapet IPB University,” pungkas Audy Joinaldi, Alumnus IPB University sekaligus Wakil Gubernur Sumatera Barat.

    Pesan-pesan penting ini mengemuka saat berlangsung Halal bi Halal Fakultas Peternakan IPB University beberapa waktu lalu (ipb.ac.id)

  • Konferensi Internasional Fapet IPB University: 40 Persen Mahasiswa Indonesia Alami Kecemasan Akibat Pandemi

    Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar International Student Conference (ISC) 2020, (18/9). Kegiatan ini merupakan ajang tingkat internasional yang ditujukan bagi mahasiswa sarjana seluruh dunia. Agenda ini dihadiri oleh 269 peserta dari berbagai negara seperti Thailand, Inggris, Turki, China, Australia dan Indonesia.

    Dalam pembukaannya, Dr Drajat Martianto, Wakil Rektor IPB University Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan mengatakan kegiatan ini sangat didukung oleh institusi, karena selaras dengan misi kampus IPB University yaitu berkomitmen menjadi kampus terbaik di taraf internasional. Ia berharap, kegiatan ini mampu meningkatkan kapasitas dari mahasiswa sekaligus momentum transfer pengetahuan.

    “Harapannya, kegiatan ini mampu memberikan pengetahuan baru sekaligus membentuk jaringan global bagi para mahasiswa lintas negara ini. Selain itu kegiatan ini merupakan ajang bertukar pengetahuan guna meningkatkan inovasi-inovasi yang ada di IPB University. Saya ucapkan selamat melakukan kegiatan presentasi untuk seluruh peserta,” ungkap Dr Drajat Martianto

    Rangkaian kegiatan ISC 2020 meliputi konferensi, diskusi panel, dan summercourse. Sedikitnya ada 130 mahasiswa dari berbagai negara yang sudah mengirimkan karyanya untuk dipresentasikan selama kegiatan.

    Hadir sebagai pemateri dalam kegiatan pembukaan adalah Prof Dr Jeremy Huckins dari Departemen Psikologi dan Neurosains, Darthmouth College Hanover, United States. Materi yang disampaikan tentang kesehatan mental dan perilaku selama masa Pandemi COVID-19.

    Prof Dr Jeremy  menjelaskan penelitiannya tentang kesehatan mental mahasiswa khususnya terkait dengan dampak stres bagi tubuh selama masa pandemi. Menurutnya, masa pandemi membuat kesehatan mental mahasiswa menjadi terganggu. Ia menerangkan, tingkat kecemasan mahasiswa meningkat karena perubahan pola hidup dan berbagai informasi negatif tentang COVID-19. Tercatat ada 40 persen mahasiswa Indonesia yang mengalami gangguan kecemasan.

    “Selain di Indonesia, lebih dari 50 persen mahasiswa di Bangladesh juga mengalami kecemasan yang berlebih. Hal serupa juga dialami oleh 25-50 persen mahasiswa yang ada di China. Permasalahan ini akan terus mengalami peningkatan selama masa pandemi yang dialami secara global. Terjadi perubahan pola perilaku yang signifikan selama masa lockdown," ungkap Prof Jeremy .

    Selain itu Prof Jeremy juga memperkenalkan alat ukur tingkat kecemasan pada siswa selama pembelajaran daring. Menurutnya,  penggunaan media sosial yang meningkat mempengaruhi kesehatan mental siswa. "Media sosial banyak memberikan informasi-informasi negatif terkait pandemi dan menurunkan aktivitas fisik. Dampak negatif ini paling banyak ditemukan pada orang usia muda," pungkasnya (ipb.ac.id)

  • Kontribusi IPB untuk Logistik Peternakan Indonesia

    Bisnis peternakan di Indonesia saat ini menghadapi permintaan yang terus meningkat pada produk-produk hasil ternak. Namun tingginya tingkat permintaan produk ternak masih terkendala dalam pengelolaan distribusi pasokan yang menyebabkan tingginya biaya logistik. Kendala dalam pengembangan logistik peternakan adalah infrastruktur, manajemen dan sumberdaya manusia. 

    Fakultas Peternakan  IPB sebagai institusi pendidikan dan penelitian telah berkomitmen untuk berkontribusi dalam pengembangan logistik peternakan di Indonesia. “Bagi Fapet IPB , logistik tidak hanya sekedar memindahkan produk ternak dari satu tempat ke tempat lain tetapi logistik terkait dengan aspek keamanan dan ketahanan pangan”, jelas Dr.Yamin sebagai Dekan Fapet IPB.

    IPB telah membuka program S1 plus Logistik Peternakan yang bertujuan  untuk menghasilkan kompetensi para lulusan untuk mampu mengimplementasikan keahlian, ilmu pengetahuan, teknologi dan sains di bidang logistik peternakan. Pembentukan program studi ini didukung oleh Asosiasi Logistik Indonesia (ALI). “ALI juga mendukung jika program studi memerlukan dosen tamu dari anggota ALI terkait logistik secara umum”, jelas Zaldy Ketua ALI saat meeting bersama  tim Fapet IPB pada  Februari 2017 lalu.

    Perkuliahan perdana program Sarjana Plus Logistik Peternakan akan dimulai pada awal tahun ajaran baru 2017-2018, di bulan Juli 2017. Logistik peternakan merupakan area multidisiplin ilmu, antara lain ilmu peternakan, logistik, pengolahan, teknologi rantai dingin, ekonomi dan ritel.  Oleh karena itu Program S1 Plus ini terbuka bagi lulusan S1 dari jurusan yang relevan (Peternakan, Kedokteran Hewan, Logistik, Transportasi, Ekonomi, Teknik Industri, Ilmu Konsumen dan Keluarga) fresh graduate ataupun sudah bekerja.

  • Kreatif! Mahasiswa IPB Ciptakan Snack JunkKrips Berbahan Dasar Jangkrik

    Jangkrik (Gryllidae) adalah serangga yang berkerabat dekat dengan belalang. Memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik adalah omnivora. Dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh jangkrik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara jangkrik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitar.  Umumnya jangkrik dianggap sebagai salah satu jenis pakan burung atau hewan hias lainnya.

    Padahal jangkrik memiliki berbagai manfaat dengan kandungan gizi yang kaya. Kandungan nutrisi penting pada jangkrik adalah protein, asam lemak essensial, vitamin serta mineral. Pada jangkrik yang masih segar kandungan proteinnya sekitar 40%, namun apabila sudah diolah menjadi jangkrik kering atau jangkrik panggang, kandungan protein akan meningkat hingga 64%. Selain protein ternyata jangkrik juga mengandung zat kitosan seperti yang terkandung pada udang dan memenuhi 15-25% kebutuhan vitamin A.  Kebanyakan masyarakat di Indonesia belum memanfaatkan potensi jangkrik yang sangat menjanjikan ini.

    Lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yakni Uswatun Khasanah, Muhamad Suhendra, Andini Siwi Pratama, Triyana Nur  Rizki dan Iza Fitria Husna menciptakan Snack JunkKrips yang kaya protein, bahan dasarnya jangkrik. JunkKrips merupakan suatu inovasi yang sangat unik dan memiliki rasa yang enak dan renyah serta kandungan gizi yang sangat baik untuk tubuh.

    Di bawah bimbingan M Sriduresta Soernarno, Spt MSc selaku dosen pembimbing, Uswatun dan tim terus berinovasi dengan mengeluarkan berbagai macam varian produk olahan JunkKrips, diantaranya adalah StickKrips dan BasKrips. Kedua varian produk ini  memiliki rasa dan tekstur yang unik dan berbeda. Konsumen juga dapat memilih pilihan rasa yang disajikan dari Baskrips dan StickKrips, diantaranya adalah rasa barbeque, jagung bakar, pedas, original dan balado.

    Dalam waktu dekat Uswatun dan tim akan mengeluarkan varian produk JunkKrips ke-3 setelah Baskrips dan StickKrips. Produk Barunya diberi nama Choco JunkCho siap diluncurkan menjadi produk baru dan tentunya memanfaatkan jangkrik sebagai bahan dasar. Nah nantikan terus inovasi dari lima mahasiswa IPB ini ya... (ipb.ac.id)

  • KSKP IPB Gelar Diskusi Pakar “Potensi Pengembangan Hijauan Pakan Ternak di Areal Perhutani”

    Survey karkas tahun 2012 yang dilakukan oleh Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) menunjukkan bahwa sapi lokal dari peternakan rakyat di Indonesia berada dalam kondisi kurus 36 persen, sedang 49 persen, dan gemuk 15 persen. Selain itu, sekitar 30 persen sapi dan kerbau siap potong adalah berumur tua dan bobot potong rata-rata yang diperoleh adalah 50 kilogram (kg) di bawah potensi sebenarnya.
     
    Oleh karena itu diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas pakan, lingkungan kandang dan tata laksana pemeliharaan. Permasalahan utama dalam mengembangkan hijauan pakan ternak (HPT) karena terbatasnya ketersediaan lahan. Salah satu lahan yang berpotensi untuk digunakan sebagai lokasi pengembangan HPT di Kabupaten Bogor adalah lahan perhutani Kawasan Penguasaan Hutan (KPH) Bogor. Demikian hal yang mengemuka dalam Diskusi Pakar  “Potensi Pengembangan Hijauan Pakan Ternak di Areal Perhutani”, Kamis (25/2) di Ruang Sidang Rektor Gedung Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Perhutani KPH Bogor menguasai lebih dari 40 ribu hektar areal di Kabupaten Bogor, dan di beberapa lokasi sangat berpotensi untuk pengembangan HPT.
     
    Direktur Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (KSKP) IPB Dr. Dodik Ridho Nurrochmat menyampaikan bahwa KSKP IPB mulai melakukan kajian pemanfaatan lahan tidur. Beberapa kajian  percontohan pemanfaatan lahan tidur dilaksanakan di lahan-lahan milik pribadi atau pengembang, yaitu  di Tanjung Sari Sumedang dan Gunung Putri Kabupaten Bogor. “Ke depan, kami tertarik mengembangkan HPT yang tumbuh di bawah naungan Perhutani,” ujarnya.
  • Kuliah Inaugurasi Guru Besar IPB sebagai Anggota AIPI

    Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA terpilih sebagai Anggota Komisi Ilmu Pengetahuan Dasar, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Untuk itu, AIPI bekerjasama dengan IPB menggelar Kuliah Inaugurasi di Auditorium Andi Hakim Nasoetion Kampus IPB Dramaga, Bogor, Rabu (3/7).

    Ketua AIPI, Prof. Sangkot Marzuki mengatakan, inaugurasi anggota sangat penting dilakukan sebagai cara memperkenalkan anggota AIPI kepada masyarakat untuk membuktikan kebenaran pilihan dalam memilih anggotanya. Dikatakannya, AIPI didirikan pada tahun 1990 di bawah Undang-undang Republik Indonesia No. 8/1990 tentang Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.

    Akademi ini dibentuk sebagai badan independen untuk memberikan pendapat, saran dan nasihat kepada pemerintah dan masyarakat pada akuisisi, pengembangan, serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. AIPI terbagi ke dalam lima komisi yaitu Komisi Ilmu Pengetahuan Dasar, Komisi Ilmu Kedokteran, Komisi Ilmu Rekayasa, Komisi Ilmu Sosial dan Komisi Kebudayaan. AIPI berupaya mempromosikan ilmu pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti konferensi ilmiah dan forum diskusi kebijakan, publikasi, serta pengembangan hubungan nasional dan internasional.

    Dalam kesempatan ini Prof. Muladno mengangkat tema pentingnya meningkatkan kemampuan peternak rakyat dari berbagai aspek teknis maupun non teknis, khususnya dalam aspek bisnis.  Menurutnya, eksistensi sapi lokal di Indonesia tergantung jutaan peternakan rakyat. “Tidak ada cara lain dalam meningkatkan kemampuan para peternak kecuali melalui bisnis kolektif,” ujarnya.

    Dengan begitu, terangnya, akan ada skala minimum kepemilikan ternak sehingga dapat dikembangkan dan berdaya saing lebih tinggi. Sayangnya peran dan ketekunan para peternak sapi lokal ini dinilai belum cukup mendapat perhatian dari pemerintah maupun akademisi.

    Di tempat yang sama, Rektor IPB, Prof. Dr. Herry Suhardiyanto menyampaikan ucapan terima kasih kepada AIPI yang telah memberikan kehormatan bagi Prof. Muladno untuk menjadi anggota Komisi Ilmu Pengetahuan Dasar atas dasar pemikiran atau gagasannya dalam rangka mengatasi ketahanan pangan.  

    Prof. Muladno menginisiasi konsep Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) – 1111 dengan motto 1000 ekor betina produktif, 100 ekor pejantan, 10 strategi, dan 1 visi yaitu mewujudkan peternak yang berdaulat.  Selain itu, tujuan dari SPR-1111 ini adalah menjadi sarana pembelajaran bagi peternak sapi potong skala kecil agar berwawasan lebih baik, lebih profesional, dan lebih cerdas seperti peternak berkualifikasi sarjana dalam menjalankan usaha peternakannya. 

    SPR-1111 ini merupakan salah satu “Teknologi IPB Prima” selain pengembangan Padi IPB 3S, Kedelai Pasang-Surut dan berbagai inovasi serta pemikiran dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

    Apa yang dilakukan Prof. Muladno selama ini dipahami sebagai sebuah proses pendidikan yang terjadi dalam masyarakat dan sangat relevan dengan tujuan dan semangat IPB dalam pengarusutamaan pertanian dalam rangka memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan Indonesia.

    “Selamat atas prestasi yang membanggakan. Ramaikanlah dunia ilmu pengetahuan dengan inovasi-inovasi yang cemerlang bagi kepentingan bangsa dan negara Indonesia sehingga dapat bersaing dengan negara lain di pasar bebas ASEAN,” ujar rektor. (ipb.ac.id)

  • Kuliah Pembekalan KKNT Fakultas Peternakan IPB Berikan Materi Hard Skill dan Soft Skill untuk Mahasiswa

    Lebih dari 250 mahasiswa hadiri Kuliah Pembekalan KKNT (Kuliah Kerja Nyata Tematik) yang digelar oleh Fakultas Peternakan IPB pada Sabtu (12/6). Kuliah pembekalan ini menghadirkan lima orang narasumber dengan tiga materi ilmu peternakan dan dua materi di luar ilmu Peternakan dan berlangsung selama kurang lebih 4 jam secara online melalui aplikasi zoom. dan Kabag Humas IPB

    Hadir pula dalam acara tersebut Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Idat Galih. Permana, M. Sc.Agr yang memberikan arahan kepada adik-adik peserta KKNT IPB 2021. “KKN ini suatu wadah yang sangat penting bagi adik-adik semua, terutama bagaimana bisa berinteraksi dengan masyarakat ” ujarnya. Beliau menyampaikan beberapa tujuan yang bisa dicapai dari adanya kegiatan KKNT ini, diantaranya bagaimana mahasiswa dapat meningkatkan rasa peduli dan empati mengenai permasalahan yang ada di masyarakat serta membuat program yang bisa mengungkit potensi desa tersebut atau bahkan mampu menyelesaikan beberapa permasalahan yang terjadi di desa tersebut.

    Materi kuliah pertama disampaikan oleh Dosen Fakultas Kehutanan IPB Dr. Soni Trison, S.Hut, M.Si. mengenai Kewirausahaan dan Pengembangan Jejaring Mitra Kerja. Beliau menyampaikan Materi dipaparkan secara apik dan interaktif membuat mahasiswa begitu antusias mengikuti kuliah di sesi pertama ini. Beliau juga berbagi pengalamannya bekerjasama dengan beberapa kementerian dan juga bagian dari CSR beberapa perusahaan nasional.  

    Sesi kedua kuliah menghadirkan tiga orang Pemateri dari Fakultas Peternakan. Materi pertama disampaikan Dosen Ilmu Produksi Ternak M. Baihaqi, S.Pt, M.Sc mengenai diantaranya pengetahuan tentang bangsa-bangsa ternak “Jangan sampai anak Fapet di lapangan itu tidak bisa membedakan antara kambing dan domba, karena ini sering terjadi di masyarakat” ujarnya.  Materi selanjutnya mengenai Nutrisi dan Teknologi Pakan dipaparkan oleh Prof. Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc yang membuka wawasan mahasiswa mengenai jenis-jenis pakan ternak yang biasa digunakan di Indonesia serta fungsi-fungsinya.

    Materi terakhir ilmu Peternakan disampaikan oleh Dr. Epi Taufik, S.Pt., MVPH, M.Si mengenai Budidaya, Pakan dan Pengolahan. Dalam kuliah ini beliau juga mematahkan beberapa anggapan atau stigma negatif mengenai hewan ternak dengan memberikan gambaran nilai gizi serta kemanan produk-produk ternak.

    Sebagai materi penutup, Kabag Humas IPB Ibu Siti Nuryati, S.TP, M.Si hadir berbagi tips dan kiat-kiat dalam menulis berita dengan materi Teknik Penulisan Populer di Media Massa. materi disampaikan secara lengkap dari mulai jenis-jenis tulisan sampai cara mudah menyusun berita berikut dengan contoh berita untuk memudahkan mahasiswa peserta KKNT memahami bahasan yang diberikan. Beliau juga memberikan cara membangun relasi dalam membuat pemberitaan “Pada saat di lokasi dimanapun dalam konteks publikasi, untuk peluang ketermuatan di media lokal datangi redaksi untuk menjalin hubungan dengan media masa” jelasnya. (Femmy)

  • Kuliah Pembekalan KKNT Fapet Bahas Isu Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

    Fakultas Peternakan IPB University melaksanakan Kuliah Pembekalan KKNT (Kuliah Kerja Nyata Tematik) bagi seluruh mahasiswa semester 6 yang mengikuti program KKN  secara daring, (21/5).

    Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Peternakan, IPB University Dr. Idat Galih Permana berharap pada tahun ini peserta bisa betul-betul tune in di lapangan. “KKN merupakan pendidikan di luar kampus (Program MBKM) dan kesempatan besar berinteraksi dengan masyarakat. Suasana KKN dihadapkan dengan masyarakat sesungguhnya, permasalahan real di lapangan. Mahasiswa diharapkan mampu mengimplementasikan program di masyarakat. Ekspektasi masyarakat sangat tinggi terhadap mahasiswa KKN” jelasnya.

    Dekan Fapet juga mengungkapkan pada tahun ini khususnya dalam sektor peternakan, wabah PMK  (Penyakit Mulut dan Kuku) sudah menyebar dan menjadi concern kita sebagai insan peternakan. “Masyarakat saat ini masih panik, baik masyarakat umum maupun peternak. Bagaimana peran mahasiswa ketika ternak sakit, begitu pula dengan produk susu. Mahasiswa harus memahami bagaimana penyakit ini, jangan sampai karena takut PMK, jadi tidak mengkonsumsi produk ternak, tapi jangan abai juga” ujarnya. Lebih lanjut juga ia beresan kepada para mahasiswa untuk melakukan  kegiatan ini dengan senang dan bahagia dalam berinteraksi langsung dengan masyarakat dan menjalankan program .

    Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University,  Dr. drh. Sri Murtini, hadir sebagai narasumber dan memberikan kuliah mengenai pengetahuan tentang Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Dalam paparannya, Dr. Sri menjelaskan sangat penting bagi mahasiswa yang akan KKN untuk menenangkan masyarakat terutama peternak. Mahasiswa biasanya jadi tempat bertanya. “Penting untuk mahasiswa mendapat informasi yang tepat agar tidak terjadi distorsi berita. PMK menyebabkan kerugian ekonomi tidak hanya untuk peternak, tapi juga untuk petani (terkait pakan/rumput). Kerugian pada hewan langsung bisa berakibat menurunnya produktivitas, karena hewannya tidak mau makan” jelasnya.

    Selanjutnya materi pertama seputar peternakan disampaikan oleh Dr. Epi Taufik, S.Pt, MVPH, M.Si. perihal aspek teknologi hasil ternak dan keamanan produk hasil ternak disaat wabah PMK “Hal terpenting untuk daging dan olahannya adalah harus selalu mengikuti instruksi penanganan. Daging dan produksi susu pasteurisasi dari hewan dengan PMK aman dikonsumsi” ungkap dosen di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi (IPTP) Fapet ini.

    Selain seputar PMK, mahasiswa juga mendapat materi lain seputar peternakan yang tidak kalah menarik. Materi tersebut antara lain mengenai Penerapan Teknologi Pakan dan Nutrisi Ternak di Lokasi KKN oleh Prof. Asep Sudarman.  Selain itu ada juga materi mengenai Produksi dan Manajemen Pemeliharaan Ternak yang disampaikan oleh M. Baihaqi, M.Sc yang memberikan pencerahan kepada mahasiswa seputar hoax-hoax di masyarakat misalnya daging domba atau kambing mempunyai kolesterol yang tinggi serta menyebabkan darah tinggi.

    Materi terakhir terkait laporan pelaksanaan KKN, menghadirkan Kabag IPB TV,  Dr. Dwi Retno Hapsari, SP, M.Si. mengenai Teknik Menulis Berita Populer. Materi disampaikan secara komunikatif dan interaktif kepada para mahasiswa peserta kuliah pembekalan. ‘’Saat ini berita banyak dikemas lebih ke aspek entertainment dan punya peluang di Fapet. Banyak sekali konten mengenai peternakan yang dari tayangan banyak mengadopsi dari media-media besar, setidaknya yang sering mengutip kita adalah Kompas” jelasnya. Secara pembahasan, Retno yang juga merupakan dosen di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB ini menyampaikan pengenalan pengertian berita populer, tips menulis, mendapat ide serta memilih foto. (Femmy)

  • Kuliah Tamu IPTP IPB University: Ecoprint, Teknik Pewarnaan Alami Kain Sutra Yang Ramah Lingkungan

    Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University gelar kuliah tamu pada mata kuliah Inovasi Teknologi Pengolahan Serat Ulat Sutra pada Kamis (6/5). Pada kesempatan ini Departemen IPTP menghadirkan seorang expert pada bidang fashion ramah lingkungan yaitu Ahmad Ilvan Dwiputra.

    Tema yang diangkat adalah pewarnaan alam kain sutra melalui Ecoprint. Kuliah tamu ini diadakan untuk meningkatkan minat dan wawasan mahasiswa tentang pengolahan produk peternakan, khususnya pada produk turunan ulat sutra. Ini merupakan kali pertama mengundang langsung Co-founder dari Semilir Ecoprint.

    Ahmad menjelaskan Ecoprint merupakan teknik mentransfer bentuk dan warna daun sebenarnya ke kain tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya atau bahan buatan.

    "Teknik ini memanfaatkan daun sebagai signature motif Ecoprint. Kekayaan flora Indonesia bisa kita eksplorasi untuk diwujudkan dalam fashion," ujarnya.

    Ia melanjutkan pemilihan bahan baku kain dan bahan baku daun menjadi penting dalam teknik ini. Menurutnya kain yang berasal dari serat protein memiliki keunggulan dibandingkan kain dari serat selulosa.

    "Kain berasal dari serat protein itu jauh lebih bagus untuk Ecoprint dan pewarnaan alam, motifnya akan terlihat lebih jelas. Contohnya pada kain sutra, ketika mordantnya cukup maka warna akan lebih kuat menempel dan susah hilangnya," jelasnya.

    Selain itu daun yang digunakan juga memiliki karakteristiknya masing-masing. "Jadi ada jenis-jenis daun yang bagusnya digunakan saat segar dan ketika kering kurang bagus, ada juga daun yang bisa digunakan keduanya baik segar maupun kering, dan ada pula jenis daun yang bagusnya digunakan saat kering. Contohnya daun eucalyptus, dalam kondisi segar atau kering tetap bagus hasilnya, kemudian daun ginitry itu segar bagus digunakan namun ketika kering warnanya mulai berubah,” ujarnya.

    Ada empat tahapan penting dalam teknik Ecoprint yaitu Scouring (pencucian), Mordant, Ecoprinting dan Fixasi.

    "Mordant berfungsi untuk memperbesar daya serap kain untuk menarik zat warna. Bahan yang sering digunakan yaitu tawas, cream of tartar dan iron (tunjung).  Pada kain serat protein seperti sutra, tunjung yang digunakan hanya sedikit, sekitar 2-4 persen, karena jika berlebihan dapat menyebabkan kain keras dan rapuh," ungkapnya.

    Ia menambahkan proses fixasi bertujuan agar warna tahan lama. Pada tahap ini dapat menggunakan air kapur, tawas atau tunjung. Namun untuk kain sutra tidak dapat menggunakan tunjung. Untuk warna gelap dapat digunakan kapur, dan warna cerah digunakan tawas.

    Terdapat dua metode dalam proses Ecoprint, pertama metode pounding menggunakan alat bantu seperti palu untuk memukul daun/bunga agar tercetak di kain. Warna dan motif daun/bunga akan terlihat jelas dan tegas dengan cara ini. Namun metode ini tidak mengeluarkan warna asli daun (dominan warna klorofil) serta akan cepat pudar.

    Berikutnya adalah metode steaming menggunakan alat kukus dengan bantuan suhu tinggi (panas) untuk membantu proses melekatnya zat tanin yang dikeluarkan daun/bunga ke media Ecoprint.

    "Kelebihan cara steaming adalah tidak memerlukan tenaga ekstra seperti pounding, warna yang dihasilkan natural dan asli dari daun/bunga sendiri. Akan tetapi kita tidak bisa memprediksi warna yang akan dihasilkan setelah proses pengukusan," ungkapnya.

    Acara yang diselenggarakan secara daring ini berlanjut dengan sesi tanya jawab dengan antusiasme peserta yang cukup tinggi (ipb.ac.id)

  • Kuliah umum dari Ronald Knust Gaichen

    Pada hari Kamis, tanggal 17 Maret 2016, bertempat di ruang sidang Fakultas Peternakan IPB, staf dan mahasiswa S2 maupun S3 di Fakultas Peternakan mendapatkan kesempatan kuliah umum dari Ronald Knust Graichen. Ronald Knust Graichen merupakan seorang konsultan pendidikan dari STOAS Vilentum University yang tengah terlibat dalam kegiatan kerjasama "The Neatherlands Initiative for Capacity Development In Higher Education (NICHE)" di IPB. Dalam kesempatan ini Ronald menyampaikan tema mengenai “How to design and improvement of written exams”

    Ronald menjelaskan beberapa jenis tes tertulis yang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan, misalnya jika ingin mengetahui tingkat pengetahuan peserta tes, maka jenis tes yang sesuai diantaranya adalah tes berjenis essay. Ronald juga menjelaskan beberapa perbedaan jenis tes dan juga manfaatnya yang ada saat ini misalnya pilihan ganda, besar/salah, dll. Ronald juga menjelaskan tentang perlunya keselarasan antara hasil belajar dengan pertanyaan dalam tes yang diujikan. Kuliah umum diakhiri dengan sesi tanya jawab dengan peserta. 

     

  • Kunjungan dari University of Adelaide

    Sebanyak 20 orang mahasiswa dari University of Adelaide mengunjungi Fakultas Peternakan IPB pada tanggal 27-28 November 2014. Rombongan disambut oleh Wakil Dekan dan mahasiswa Fakultas Peternakan IPB di Ruang Sidang Fakultas pada pukul 09:00. Agenda kegiatan yang diadakan di Fakultas Peternakan adalah pengenalan Institusi, collaboration meeting, kunjungan ke laboratorium lapang Fakultas Peternakan IPB.
     

    Acara diakhiri dengan penutupan dan early dinner  pada hari Jumat, 28 November 2014 di Wisma IPB Landhuis.

  • Kunjungan Professional Advisory Committee (PAC) Logistik Peternakan Indonesia ke Belanda

    Animal Logistic Indonesia-Netherland (ALIN) merupakan proyek kerjasama di bidang logistik peternakan yang dilaksanakan oleh Fakultas Peternakan IPB (Fapet-IPB) bekerjasama dengan Konsorsium Belanda yang dipimpin oleh Maastricht School of Management (MSM) yang didanai EP-Nuffic, Belanda. Salah satu output dari proyek ALIN adalah Fapet-IPB memiliki kemampuan akademik, organisasional dan manajemen untuk menyampaikan pendidikan dan pelatihan yang memperhatikan aspek gender dalam melaksanakan penelitian dalam bidang logistik peternakan.

    Melalui FLPI (Forum Logistik Peternakan Indonesia), ALIN dan Fapet IPB telah menjalin kerja sama dengan stakeholders, dalam mendukung pembentukan program studi logistik peternakan pada jenjang Sarjana Plus dan Pascasarjana. Tim PAC berasal dari komponen akademisi, industri, pemerintah, dan komunitas untuk mendesain, menyelenggarakan, dan evaluasi pelaksanaan program studi tersebut. Tim PAC terdiri dari 1) Zaldy Ilham Masita (Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia); 2) Prof. Dr. Ir. Senator Nur Bahagia (Direktur Pusat Kajian Logistik dan Supply Chain ITB); 3) drh. Sudirman, MM (Business Development Director PT Sierad Produce, Tbk); 4) Ir. Harianto Budi Raharjo (Operational Direktur PT Lembu Jantan Perkasa); 5) Ir. Fini Murfiani, MSi (Direktur PPHnak, Kementerian Pertanian RI).

    Salah satu agenda PAC adalah memenuhi undangan dari pihak Belanda untuk melakukan exposure visit ke lembaga-lembaga sektor logistik peternakan dan lembaga pendidikan internasional sehingga mampu menyusun standar penyelenggaraan program pendidikan logistik peternakan di Indonesia. Belanda merupakan contoh yang baik di dalam praktik manajemen logistik peternakan dan memiliki universitas kelas dunia dengan fasilitas yang lengkap dan memadai. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 08 s.d. 12 Mei 2017 di Belanda, antara lain kunjungan ke NVWA Utrecht, Cattle and Logistic The Netherlands, STC Education and Training in Transport and Logistics-Rotterdam., Wageningen UR dan lainnya.

    Terdapat poin- poin penting hasil exposure visit antara lain penguasaan karakteristik produk ternak sebagai komoditas merupakan hal terpenting dalam logistik peternakan. “Fapet-IPB telah memiliki bekal dasar menguasai karakteristik produk ternak untuk pengembangan program studi logistik peternakan”, jelas Ir Harianto Budi Raharjo dalam kegiatannya di Belanda pada tanggal 11 Mei 2017. Poin penting lainnya juga dijelaskan oleh Prof Senator bahwa higienitas menjadi prioritas dalam proses logistik peternakan di Belanda, hal ini menjadi pembelajaran penting bagi logistik peternakan di Indonesia. “Pada praktik logistik peternakan di Belanda, setiap ternak dimonitor secara day-to-day melalui fasilitas IT”, jelas Prof Senator. Beliau juga menjelaskan bahwa kegiatan logistik peternakan di Belanda berjalan secara parsial, namun dapat terkelola secara baik karena terjalin kepercayaan yang sangat tinggi antar stakeholders.

    Tim PAC dan ALIN juga mendapatkan pengetahuan mengenai kesejahteraan hewan yang disampaikan oleh EonA (Eyes on Animals). Lembaga NGO , EonA, menyampaikan materi peningkatan kesejahteraan hewan selama transportasi, membahas masalah-masalah yang sering terjadi dan praktik terbaik yang diterapkan di Eropa. Selain itu, juga membahas permasalahan yang sering terjadi di Indonesia terutama teknik yang digunakan untuk mengangkut hewan dari kapal yang tidak memperhatikan kesejahteraan hewan. “Terdapat pengalaman dari sebuah perusahaan produksi dan perdagangan ternak di Eropa, investasi perusahaan untuk kesejahteraan hewan hasilnya berdampak positif pada tingkat pengembalian finansial perusahaan ” jelas Lesley Moffat sebagai founder dan koordinator EoNa saat menyampaikan kuliah di hadapan tim PAC dan ALIN tanggal 09 Mei 2017 di Harderwijk (NL). Tim PAC dan ALIN sangat terbuka dalam diskusi mengenai hal tersebut untuk menghasilkan logistik peternakan Indonesia yang lebih baik dengan memperhatikan kesejahteraan hewan. (ipb.ac.id)

  • Kupas Tuntas Omega-3 oleh Para Ahli dari Fapet IPB di Webinar Kedaireka

    Tim Program Matching Fund Kedaireka Fakultas Peternakan IPB University yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, MS menggelar Webinar bertajuk  Sosialisasi Prospek Pakan Premium Mengandung Omega-3 untuk Menghasilkan Pangan Fungsional. Acara ini berlangsung secara hybrid di Ruang Sidang Departemen IPTP, Peternakan (Fapet) IPB University pada (6/10) dan terselenggara atas kerjasama Kedaireka yang merupakan program dari Dikti, Fapet IPB, STP (Science Techno Park) IPB, dan Indofeed (sebagai mitra). Peserta yang hadir sekitar 150 orang terdiri dari Mahasiswa, Dosen, Peternak, Peneliti, Instansi Pemerintah, Balai Peternakan, Akademisi Politeknik dan Pengusaha Bidang Peternakan.

    Dekan Fapet Dr. Idat Galih Permana sangat mengapresiasi acara tersebut. Dalam sambutannya ia menguraikan beberapa hal terkait Kedaireka dan Fapet “Pada tahun ini Fapet berhasil meloloskan 9 judul program Kedaireka yang mendapatkan Dana bantuan dari Kemenristek, dosen-dosen di Fapet sangat kompetitif dan produktif menghasilkan riset dan inovasi” ujarnya. Terkait Omega 3, ia  menjelaskan bahwa riset ini sudah dipublikasikan dan mendapat paten dan upaya mensosialisasikan harus lebih luas lagi supaya bermanfaat bagi masyarakat. “Telur ini salah satu produk hewani yang sangat luas permintaannya, trend produk Omega-3 merupakan produk premium yang sangat diminati masyarakat, namun produk-produk ini baru ada di supermarket-supermarket besar dan ini adalah kesempatan kita agar marketnya bertambah dan peternak yang membudidayakan lebih mendapat keuntungan” ungkapnya.

    Webinar yang dimoderatori oleh  Prof. Yuli Retnani dari Divisi Manufaktur dan Industri Pakan Departemen INTP Fapet ini menampilkan 3 Narasumber yang ahli di bidangnya. Narasumber pertama yaitu Prof. Iman Rahayu sebagai Inventor Suplemen Omega-3. Dalam presentasinya, Prof. Iman menceritakan rekam jejak inovasi pakan Omega-3 yang menghasilkan telur Omega-3 sebagai suplemen karena dicampurkan ke dalam pakan, melalui bioproses ke ayam.

     “Penelitian dimulai sejak tahun 1995, melalui rekayasa pakan, membuat suplemen Omega-3  dengan beberapa penelitian antara lain meningkatkan nutrisi makro dan mikro, meneliti teknologi Omega, Kualitas Telur, Suplementasi Omega-3 dan studi perilaku konsumen lalu mendapat paten di tahun 2009”urainya. Guru Besar di Fapet IPB ini juga memastikan bahwa produk yang dihasilkan adalah produk yang ramah lingkungan karena bahan baku suplemennya berasal dari limbah ikan lemuru dan ampas tahu kering fermentasi.

    Hadir pula Prof. Sumiati sebagai Narasumber yang menjelaskan Aplikasi Penggunaan Inovasi Suplemen Omega-3 pada Pakan Ayam yang menghasilkan telur fungsional yaitu telur yang sudah didesain melalui rekayasa nutrient. Manfaat telur fungsional sendiri, dijelaskan oleh Prof. Sumiati antara lain untuk mengatasi kekurangan protein “Selain itu, kandungan Omega-3 baik untuk memelihara fungsi otak, meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, menurunkan risiko terjadinya penyakit pada otak serta menurunkan kolesterol darah” jelasnya. Namun, manusia tidak bisa membentuk Omega-3 dalam tubuhnya, sehingga kita perlu mengkonsumsinya dan dengan kondisi geografis Indonesia sebagian besar adalah lautan yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber Omega-3 dalam pakan ayam petelur.

    Materi terakhir disampaikan oleh CEO PT. Nutricell Pacific yaitu Ir. Suaedi Sunanto, S.Pt., M.BA., IPU, beliau memaparkan mengenai Prospek dan Tantangan Pemanfaatan Inovasi Suplemen Omega-3 di Industri Pakan Ayam Petelur. Secara lugas beliau menggambarkan beberapa fakta menarik mengenai DHA yang menjadi bagian penting dalam Omega-3 yaitu 97% Omega-3 yang ada di otak terdiri dari DHA yang berfungsi mempengaruhi kecepatan informasi dan proses di otak dan bermanfaat bagi ibu hamil, anak-anak dan orang dewasa. “Marketnya yaitu banyak produk makanan yang diklaim mengandung Omega-3 menghasilkan pertumbuhan penjualan sangat bagus dengan klaim DHA dan melebihi produk biasa yang tidak mengandung DHA” jelasnya yang menambahkan bahwa klaim DHA mampu membuat costumer membeli kembali sehingga menjadi parameter yang cukup strategis. (Femmy)

  • Kurangi Bau Amis pada Itik, Mahasiswa IPB University Manfaatkan Kayu Apu

    Itik merupakan salah satu komoditas peternakan yang cukup dikenal di Indonesia. Kandungan lemak yang tinggi pada bagian bawah kulitnya menyebabkan bau amis sehingga permintaan daging itik menjadi rendah. Tiga mahasiswa IPB University yaitu Binda Octa Rosa Pramesty dan Evri Choiriyah Al Firdaus dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan serta Lelli Hapsari Romadhoni dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, melakukan riset untuk menurunkan kandungan lemak pada itik melalui pakan yang diberi nama water plant dietary.

    Binda selaku Ketua Kelompok menjelaskan kandungan lemak pada daging paha itik berumur delapan minggu sekitar 8.47 persen sedangkan kandungan lemak pada daging paha ayam broiler berumur enam minggu berkisar 6.54 persen. Lemak jenuh yang tinggi akan menyebabkan kandungan kolesterol juga tinggi dan menyebabkan bau amis sehingga akan mempengaruhi permintaan konsumen yang menjadi rendah. 

    Untuk itu tim riset Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKMPE) 2019 ini membuat terobosan pakan untuk mengurangi kandungan lemak tersebut. "Water plant dietary merupakan ransum yang ditambahkan dengan tanaman air yaitu kayu apu. Kami menggunakan tanaman air ini dicampurkan ke pakan komersial yang sering digunakan masyarakat. Pakan komersial yang kami gunakan adalah pakan komersial BR-11,” ujarnya.

    Itik dapat mencerna makanan yang tinggi serat jika dibandingkan dengan ayam. Kayu apu merupakan tanaman air yang sering dianggap menjadi gulma dan tidak memiliki nilai ekonomis. Kayu apu memiliki kandungan serat yang cukup tinggi yang diharapkan dapat mengikat kolesterol pada daging itik. 

    "Kayu apu juga dapat berkembang biak dengan cepat dan kontinyu sehingga tidak akan mengalami kekurangan dan tidak akan bersaing dengan manusia. Yang paling penting kayu apu disukai oleh unggas air,” ungkapnya.

    Saat ini penelitian yang dibimbing oleh Dr Ir Widya Hermana M.Si ini berada pada tahap penentuan dosis penambahan kayu apu yang efektif untuk penurunan kadar lemak dan kolesterol pada daging itik. 

    "Keutamaan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan daging itik yang rendah lemak dan kolesterol namun tidak mengurangi rasa khas yang ada. Selain itu, agar tanaman kayu apu yang awal mulanya dianggap gulma perairan dan tidak memiliki nilai ekonomis dapat dimanfaatkan dengan baik,” tandasnya. (ipb.ac.id)

  • Laboran IPB Juara II Pranata Laboratorium Pendidikan Berprestasi Nasional

    Laeli Komalasari, SP, M.Si, Pranata Laboratorium Pendidikan asal Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil menjadi Juara II dalam ajang Pemilihan Pranata Laboratorium Pendidikan Berprestasi Nasional. Inovasinya yang berjudul "Mesin Tetes Inovasi Pendukung Efektivitas Kinerja Akademik di Laboratorium" ini sangat membantu peneliti melakukan risetnya.

    “Kejadian listrik padam di Bogor belakangan lebih sering terjadi dan sulit diprediksi. Kejadian tersebut menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan penetasan telur unggas (secara artifisal). Adanya gangguan listrik berdampak pada perkembangan embrio yang tidak sempurna,  telur gagal menetas dan akhirnya mengganggu proses penelitian,” ujarnya.

    Laeli membuat mesin tetas yang cocok untuk mengatasi permasalahan tersebut. Mesin tetas buatannya memiliki kapasitas 100 dan 200 butir telur. Sumber energi yang digunakan berasal dari listrik PLN dengan mengombinasikan power inverter yang mempunyai fungsi dapat mengkonversikan tegangan 12 volt DC menjadi tegangan 220 volt AC dengan aki sebagai cadangan energi.

    “Dengan demikian, pada saat listrik padam, secara otomatis sumber panas dalam mesin didapatkan dari alat inverter yang bersumber dari aki. Mesin tetas didesain khusus sehingga telur dapat diposisikan secara vertikal dengan kantung udara berada di atas. Keadaan ini membuat  respirasi embrio berjalan optimal. Posisi telur horisontal menyebabkan penyebaran panas tidak merata sehingga perkembangan embrio tidak sempurna. Untuk itu desain mesin ini memposisikan telur secara vertikal,” terangnya.

    Menurutnya, kelebihan inovasi ini adalah sudah teruji dan sudah diimplementasikan serta telah meluluskan banyak sarjana, magister serta menghasilkan publikasi ilmiah.

    Selain menjadi Juara II Pranata Laboratorium Pendidikan Berprestasi Nasional 2018, Laeli juga pernah mendapatkan penghargaan sebagai The Second Winner in Scientific Paper Award pada Jurnal Nasional Terakreditasi (Media Peternakan).

    Laeli merupakan salah satu dari 49 peserta yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Setelah lolos seleksi pada bulan September, Laeli berhasil masuk dalam 10 finalis yang diundang ke Jakarta selama empat hari untuk dilakukan pemilihan peringkat 1, 2, dan 3.

    “Saya merasa sangat beruntung karena support mengalir deras dari berbagai pihak termasuk suaminya tercinta (Melzuardi), Staf  Divisi Unggas terutama Dr. Niken Ulupi, Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan IPB,  Dr. Irma Isnafia Arief, warga Departemen IPTP, khususnya Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri dan Dr. Ir. Lucia Cyrilla, Pemimpin Fakultas Peternakan (Dekan dan Wakil Dekan) Tim Direktorat Sumberdaya Manusia IPB, Tim Coaching dan Tim Biro Komunikasi IPB,” ujarnya. (ipb.ac.id)

  • Lansia, Balita, Ibu Hamil dan Penderita Penyakit Degeneratif Disarankan Konsumsi Telur Omega 3 Setiap Hari untuk Cegah COVID-19

    Ditengah ancaman penyebaran penularan wabah COVID-19, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan. Selain tetap berada di rumah dan bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH), memperkuat daya tahan tubuh menjadi cara utama dalam mencegah terinfeksi virus Corona.

    Prof Iman Rahayu Hidayati Soesanto, Kepala Divisi Produksi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB University mengatakan mengonsumsi makanan seimbang menjadi salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Ini karena, nutrisi dan protein yang baik sangat penting untuk sistem kekebalan tubuh yang kuat.

    Mengonsumsi makanan bergizi seperti telur omega-3 secara rutin ternyata bisa menjadi solusinya.  Menurutnya, mengkonsumsi telur omega-3 setiap hari akan semakin melengkapi zat gizi yang didapat tubuh untuk membantu memperkuat daya tahan tubuh.

    "Untuk membentuk daya tahan, tubuh tak hanya membutuhkan vitamin saja, melainkan lebih banyak dari itu seperti telur omega-3 yang mengandung 10 kali kandungan DHA dan EPA dari telur biasa. DHA atau docosahexaenoic acid dan EPA atau eicosapentaenoic acid merupakan asam lemak tidak jenuh esensial yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. DHA dan EPA juga berfungsi sebagai antioksidan  untuk mencegah stres dan menjaga kesegaran kulit," katanya.

    Prof Iman menuturkan, telur omega 3  ini bagus untuk meningkatkan kesehatan dan kecerdasan anak. Yang paling penting adalah kandungan kolesterolnya rendah. Telur omega-3 juga memiliki karakter khusus yang tidak dimiliki telur biasa. Yakni warna kuning lebih pekat karena mengandung B-caroteen (betakaroten) yang akan semakin menambah selera makan. Tidak hanya itu, protein telur dan asam lemak sebagai lipoprotein, dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan sebagai anti bakterial.

    “Perlu diketahui bahwa COVID-19 dapat menyerang sel darah, kemudian merusak pembuluh darah di dalamnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka DHA dan EFA sangat dibutuhkan tubuh guna menjaga pembuluh darah agar terhindar dari kerusakan akibat virus, termasuk virus COVID-19," ungkapnya.

    Salah satu inovasi Prof Iman adalah Telur Omega 3 IPB. Telur ini mengandung omega-3 sebagai asam lemak tidak jenuh dan kandungan gizi lengkap serta sumber protein tinggi. “Dianjurkan konsumsi tiap hari tanpa takut kolesterol. Disarankan dikonsumsi oleh lansia, balita, ibu hamil dan penderita penyakit degeneratif. Bisa dikatakan bahwa proses penyembuhan virus COVID-19 akan bertumpu pada kekuatan sistem imunitas tubuh masing-masing pengidap (ipb.ac.id)

  • Larva Black Soldier Fly, Dari Solusi Penanganan Sampah Organik Hingga Penghasil Rupiah

    Salah satu metode pengolahan sampah organik, seperti sampah dapur, adalah biokonversi dengan metode BSF (Black Soldier Fly). Produk yang dihasilkan antara lain maggot dan kompos. Produk ini dapat bernilai ekonomi tinggi karena dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kegunaan lainnya.

    Prof Dewi Apri Astuti, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan mengatakan bahwa maggot BSF memiliki keunggulan sebagai pakan ternak. Eropa bahkan telah memanfaatkan larva sebagai salah satu pakan ternak berkelanjutan demi menunjang kebutuhan pangan. Terlebih kebutuhan akan protein hewani meningkat seiring dengan meningkatnya angka pertumbuhan populasi.

    Menurutnya, kehadiran pakan berkontribusi signifikan untuk menghasilkan produksi ternak yang optimum. Dikarenakan biaya pemberian pakan yang cukup tinggi, dunia peternakan mencari alternatif pakan yang efisien, salah satunya BSF. Solusi ini dapat mengatasi tingginya angka impor tepung ikan yang menyebabkan defisit negara.

    Dalam Webinar Paguyuban Pegiat Maggot bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berjudul “Pengurangan Sampah dengan Biokonversi BSF Menuju TPA Bebas Sampah Organik, (16/04), ia menjelaskan beberapa keunggulan larva BSF. Yakni sebagai pakan ternak adalah mengandung nutrien berkualitas, mudah dipelihara, murah dan memberi solusi dalam masalah lingkungan.  “Kehadiran BSF sebagai pakan ternak ini memiliki potensi untuk mengolah limbah menjadi rupiah,” katanya.

    Menurutnya, sampah organik dapat digunakan sebagai media pertumbuhan larva. Produknya dapat dikomersialisasikan dalam larva segar, larva kering, tepung maggot dan sisa limbah seperti kitin dan kitosan. Sisa limbah ini dapat dipergunakan di bidang kosmetik dan makanan.

    “Media sangat mempengaruhi bagaimana kualitas larva. Bagusnya limbah-limbah dapur atau pasar dikombinasikan dengan sumber-sumber protein yang lebih tinggi,” sebutnya.  Prof Dewi menambahkan, media sampah organik sekitar 800 kg dapat menghasilkan 300 kilogram larva. Harga media dan biaya operasionalnya berbeda-beda tergantung lokasi. Namun kombinasi dengan bungkil sawit dinilai lebih baik karena dapat menghasilkan larva berprotein tinggi.  “BSF sudah merambah ke industri yang menjanjikan. Pembudidaya pemula maggot dapat memulainya dengan cukup mengumpulkan (larva) untuk pakan ikan dan unggasnya,” tambahnya.

    IPB University juga memiliki rumah BSF dan produksinya sudah kontinyu. Di rumah BSF, ia mengkombinasikan limbah ternak yang biasanya berkadar nitrogen tinggi dengan limbah sayuran/hijauan atau cacahan sisa pakan ternak. Rasio ini dapat menghasilkan komposisi larva yang berkualitas baik.

    “Nutrisi larva BSF sebagai pakan ternak sudah terbukti nyata memiliki keunggulan. Pemberian pada unggas tidak memberikan perbedaan yang nyata dalam hal konsumsi. Bahkan, dapat menekan biaya produksi serta menghasilkan berat telur lebih tinggi serta rendah kolesterol dan tingkat imunitas yang baik,” ujarnya.

    Selain itu, lanjutnya, dapat diolah sebagai susu pengganti anak ternak dan menjadi produk pakan tinggi energi bagi ruminansia. Produk samping kitosannya juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi pertumbuhan bakteri metanogen pada limbah ternak yang berpengaruh buruk pada kualitas lingkungan (ipb.ac.id)