News

  • Pakar Ayam IPB University Kembangkan Pusat Pendidikan Peternakan Terpadu di Masyarakat Pedesaan

    Guru Besar IPB University, Prof Cece Sumantri, berkesempatan mendapat Program Kedaireka dengan judul, “Pengembangan Pusat Pendidikan Peternakan Terpadu di Kelompok Peternakan Rakyat Kabupaten Sukabumi: Media Merdeka Belajar Bagi Mahasiswa dalam Berbisnis Ternak Terintegrasi Dengan Hulu Hilir Secara Berkesinambungan.” Program tersebut merupakan bagian kerjasama antara Fakultas Peternakan IPB University dengan PT Sinar Harapan Farm (SHF), yang mengembangkan pembibitan Ayam IPB D1 di Jampang Tengah, Sukabumi, Jawa Barat.

    Kegiatan ini menjadi sarana pembelajaran wisata pertanian terpadu berwawasan lingkungan bagi masyarakat. Ke depannya, selain ternak Ayam IPB D1, dalam area SHF akan dikembangkan peternakan kelinci dan domba serta lebah klanceng.

    Prof Cece Sumantri, penemu varietas ayam IPB D1 menjelaskan, program ini bertujuan sebagai upaya diversifikasi sumber protein hewani dengan membuat produk olahan bakso campuran dari daging ayam IPB D1 dengan daging kelinci. Upaya ini dilakukan karena konsumsi daging kelinci di masyarakat masih sangat rendah, karena masyarakat menganggap kelinci sebagai hewan kesayangan.  “Ayam IPB D1 dapat menghasilkan ayam dengan tekstur daging ayam kampung dan memiliki pertumbuhan yang cepat,” kata dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) ini.  

    Program pengembangan ternak ini akan dilakukan secara terintegrasi. Mulai dari budidaya, processing, pengolahan produk dan penanganan limbah. Sistem pertanian terpadu ini juga mendukung zero waste, karena limbah dari peternakan dimanfaatkan sebagai pupuk. Dengan demikian, akan membantu petani dalam efisiensi biaya pertanian. Selain itu, sistem pemeliharaan ternak di masyarakat pun bisa dibantu dalam hal manajemen pemeliharaan maupun manajemen pakan. Hal ini tentu dapat membantu masyarakat agar memelihara ternak bukan hanya sekedar untuk peliharaan saja tetapi sebagai salah satu sumber pendapatan. 

    Prof Cece mengklaim, program ini merupakan implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program ini mengajak mahasiswa bisa langsung ke industri dan langsung praktik dengan mengamalkan ilmunya kepada masyarakat. Program ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam penanganan dan pengelolaan ternak yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di masa depan.

    Sementara, Ali Mustofa, alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan menerangkan, program ini dapat mengurangi ketergantungan produk ternak terhadap impor yang masih cukup tinggi. Program ini juga sekaligus meningkatkan konsumsi protein hewani di masyarakat pedesaan berbasis kelinci dan ayam lokal. (ipb.ac.id)

  • Pakar IPB Teliti Pakan Daun Pelepah Sawit untuk Sapi Perah

    Sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia adalah sapi perah Friesian Holstein (FH), yang merupakan bangsa sapi perah dengan tingkat produksi susu tertinggi, dan berkadar lemak yang relatif rendah dibandingkan sapi perah lainnya. Jenis pakan yang diberikan pada sapi perah dapat mempengaruhi produksi dan kualitas susu, serta dapat berpengaruh terhadap kesehatan sapi perah. Akan tetapi faktor penyediaan pakan hijauan yang berkualitas masih menjadi kendala, karena semakin terbatasnya jumlah lahan untuk penanaman hijauan makanan ternak. Dengan demikian perlu diupayakan untuk mencari pakan alternatif yang potensial, murah dan mudah didapat serta tersedia sepanjang tahun. Perkebunan kelapa sawit berpotensi menjadi sumber pakan alternatif untuk mengembangkan usaha peternakan.

    Tiga orang peneliti yang terdiri dari P. Riski dari Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Sekolah Pascasarjana, Insitut Pertanian Bogor (IPB); B. P. Purwanto dari Program Diploma IPB; beserta Afton Atabany dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan (Fapet) IPB melakukan penelitian untuk mengetahui produksi dan kualitas susu sapi FH laktasi yang diberi pakan daun pelepah sawit.

    “Peluang bagi peternak untuk memanfaatkan hasil sampingan dan limbah dari perkebunan kelapa sawit berpotensial untuk dijadikan sebagai pakan alternatif untuk ternak, karena masih tersedia dalam jumlah yang banyak, belum dimanfaatkan secara optimal dan tersedia sepanjang tahun,” tutur Afton Atabany.

  • Pakar IPB University Jelaskan Dampak Kerusakan Hutan Amazon Akibat Ulah Manusia

    Kawasan hutan Amazon dikenal sebagai paru-paru yang diperkirakan dapat menampung 150 miliar karbon dan menjadi hot spot keanekaragaman hayati dan hewani dunia. Seiring dengan perubahan iklim global yang berdampak pada kekeringan ekstrim keberadaan dan fungsi hutan Amazon ini perlahan namun pasti akan terus mengalami degradasi dan jika tidak diambil langkah ekstrim bukan tidak mungkin lenyap dari bumi

    “Penyebab utama kehancuran ekosistem hutan Amazon ini adalah aktivitas manusia yang lebih mengedepankan kepentingan ekonomi jangka pendek seperti masuknya perusahaan raksasa pertambangan, pertanian dan peternakan yang menyisakan sengsara dan nestapa bagi penduduk asli yang hidupnya tergantung pada keberadaan hutan tropis ini,” ujar Prof Ronny Rachman Noor, pakar Genetika Ekologi dari IPB University.

    “Kerusakan hutan dalam skala besar yang telah terjadi puluhan tahun ini dikombinasikan dengan kekeringan menjadikan hutan Amazon diambang kehancuran yang tidak akan pernah terpulihkan kembali,” ucap Prof Ronny.

    Prof Ronny menjelaskan, bahwa di tahun 2015 hutan Amazon pernah dilanda kekeringan sangat parah yang berdampak pada kematian 2,5 miliar pohon dan tanaman serta satwa liar.

    Menurut Prof Ronny, kawasan hutan Amazon menciptakan iklim yang sangat unik di wilayahnya karena air yang menguap dari pepohonan ini membentuk awan hujan dan mendaur ulang kelembaban yang menyebabkan hutan tetap sejuk dan lembab sekaligus menyediakan air yang sangat vital bagi kehidupan satwa dan juga penduduk yang menggantungkan kehidupannya pada hutan tropis ini.

    “Kerusakan hutan yang terjadi selama ini membuat hutan terfragmentasi akibat kekeringan dan sebagian telah berubah menjadi savana yang mulai memecah hutan tropis ini. Kematian flora dan fauna hutan tidak akan dapat dipulihkan kembali dan berdampak pada kerusakan permanen,” tutur prof Ronny.

    Ia menjelaskan, jika tingkat deforestasi hutan Amazon sudah mencapai 25 persen dan mengalami peningkatan suhu rata rata periode pra industri maka hutan Amazon sudah dalam keadaan kritis. Kondisi saat ini tampaknya sudah mengarah ke titik kritis karena saat ini 17 persen hutan Amazon telah digunduli dan suhu global berada di atas suhu pra industri.

    “Data empiris menunjukkan bahwa kekeringan ekstrim tahun ini memicu kebakaran hutan akibat pembukaan lahan yang tidak terkendali. Disamping itu tingkat kematian satwa liar seperti lumba lumba yang menghuni danau di Amazon semakin meningkat akibat suhu air mencapai 40,9 derajat celcius,” ujar Prof Ronny.

    Menurut Prof Ronny, kekeringan ekstrim yang menimpa Amazon ini telah berdampak langsung pada kehidupan penduduk yang tinggal di kawasan ini karena sumber air dan pangan berkurang drastis hingga terganggunya transportasi akibat sungai yang mengering.

    “Kerusakan hutan Amazon akibat aktivitas manusia ini seharusnya dapat menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Indonesia karena terdegradasinya lingkungan dan hilangnya keanekaragaman hayati dan hewan ini akan berdampak pada kelangsungan hidup generasi mendatang,” ungkap Prof Ronny (ipb.ac.id)

  • Pakar IPB University Jelaskan Pemanfaatan Kecerdasan Buatan dalam Mengendalikan Kerbau Liar di Australia

    Pakar Genetika Ekologi IPB University, Prof Ronny Rachman Noor, mengungkapkan di kawasan Asia kerbau merupakan salah satu jenis ternak penghasil daging sehingga dibudidayakan, namun sayangnya saat ini populasi kerbau dunia menurun secara salah satunya akibat mekanisasi pertanian. Disamping itu kerbau memiliki ciri reproduksi khas yaitu silent heat atau birahi tidak tampak, sehingga menghambat keberhasilan inseminasi buatan pada kerbau.

    Dalam sejarah, dahulu Australia pernah mendapat sumbangan kerbau dari Bogor, kini populasi kerbaunya berkembang dengan sangat cepat di alam liar utamanya di kawasan utara Australia. Kawanan kerbau liar ini seringkali menjadi masalah besar terkait kerusakan lingkungan yang diakibatkannya.

    “Populasi kerbau di Australia umumnya menempati wilayah terpencil yang sulit terjangkau, oleh sebab pengawas populasi kerbau liar dilakukan oleh penduduk asli Australia. Salah satu wilayah populasi kerbau liar terbesar di Australia adalah wilayah Arnhem Northern Territory dan teluk Carpentaria di Queensland yang diperkirakan jumlah populasi nya lebih dari 200 ribu ekor,” papar Prof Ronny

    Lanjutnya, kondisi ini membuat lembaga penelitian Australia CSIRO dan pemerintah membuat program yang dinamakan Space Cows untuk memonitor populasi kerbau liar dengan memanfaatkan kombinasi teknologi satelit, kecerdasan buatan dan pengetahuan penduduk lokal.

    “Penggunaan teknologi kecerdasan buatan diperlukan untuk memprediksi perkembangan populasi ke depan dan juga penyebaran dan pergerakan kerbau liar,” ujarnya.

    Menurut Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University ini, program monitoring memang tidaklah mudah dilakukan karena disamping luasnya wilayah yang harus dijangkau juga karena keterpencilan wilayah serta besarnya jumlah populasi yang harus diawasi.

    “Sebagai gambaran besarnya skala proyek percontohan pengawasan ini wilayah yang harus diawasi mencapai 22 ribu kilometer di wilayah terpencil di Australia Utara dan harus menangkap 1000 kerbau dan sapi liar untuk diberi nomor dan dipasang alat pelacak,” tuturnya.

    Menurut Prof Ronny, proyek percontohan ini harus menggunakan kendaraan khusus dan helikopter untuk mengumpulkan kerbau liar dan dipasang alat pelacak Global Positioning System (GPS) sebelum dilepaskan kembali. Dengan adanya proyek percontohan ini pemerintah Australia dapat mengamati pergerakan dan perkembangan populasi kerbau liar untuk mengontrol dan mengendalikan populasinya.

    “Pemahaman akan perkembangbiakan dan juga pergerakan kerbau liar ini sangat vital untuk diketahui untuk mencegah ledakan populasi dan invasi kerbau liar ini ke wilayah peternakan,” katanya

    Populasi kerbau liar dalam jumlah besar ini telah berubah menjadi hama karena menginvasi wilayah yang memiliki sumber air sehingga mempengaruhi ketersediaan air dan juga ketersediaan pakan rumput liar bagi peternakan komersil.

    Ia menjelaskan, Australia yang memiliki wilayah sangat luas saat ini disamping menghadapi masalah kerbau liar juga menghadapi masalah sapi liar, babi liar, kelinci liar yang berdampak sangat besar bagi peternakan Australia yang selama ini menjadi andalan penghasil devisa.

    “Oleh sebab itu pengendalian populasi kerbau liar dengan memanfaatkan teknologi mutakhir diharapkan menjadi kunci untuk mengontrol populasinya agar dapat terkendali dan tidak merugikan dan menyebabkan degradasi lahan,” ujar Prof Ronny

  • Pakar IPB University Jelaskan Perbaikan Mutu Genetika Ternak Lokal untuk Atasi Stigma

    Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Asep Gunawan menyampaikan bahwa peningkatan konsumsi protein hewan akan terus bertambah dua kali lipat di negara berkembang. Namun, banyak pendapat yang menyatakan bahwa penyakit stroke, kolesterol, kanker, jantung disebabkan karena konsumsi daging domba dan sapi. 

    Oleh karena itu, dalam webinar Kedai Reka bertema “Perbaikan Mutu Genetik Produksi Daging Sehat dan Berkualitas pada Ternak Domba”, (28/11), Prof Asep menjelaskan tentang perbaikan mutu genetika ternak lokal untuk mengatasi stigma tersebut. 

    “Perbaikan mutu genetika ternal lokal dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu karakterisasi dan inventarisasi sumberdaya genetika ternak lokal, pengembangan model statistik untuk meningkatkan akurasi pengestimasian nilai pemuliaan dan parameter genetik dan perbaikan mutu genetik ternak lokal berbasis pendekatan molekuler genetika untuk perbaikan produksi dan kualitas daging ternak llokal sebagai penyedia pangan sehat,” ujarnya dalam webinar yang gelar atas kerjasama Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan IPB University dan mitra peternakan Sinar Harapan Farm (SHF). 

    Ia menambahkan bahwa perbaikan mutu genetik ini didasarkan hasil kajian-kajian. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terkait kualitas daging dan komposisi gizi.  "Hasil penelitian ini akan menjadi dasar pembentukan rumpun atau galur baru domba yang memiliki kualitas daging premium dan sehat. Selain itu, akan dikembangkan aplikasi untuk merecord ternak,” tambahnya. 

    Sementara itu, Yusuf Munandar, Founder A.F.Y Farm Sheep and Goat Farm hadir dan menyampaikan strategi dalam beternak domba dan kambing. Domba dan kambing belum dikuasai oleh asing, sehingga masih memiliki potensi yang luas. 

    “Kegiatan utama dalam dunia usaha peternakan adalah budidaya, penggemukan dan perdagangan. Domba dan kambing yang ada di Indonesia banyak yang berpotensi untuk dikembangkan. Skema breeding harus dilakukan secara tepat waktu,” imbuhnya. 

    Menurutnya, saat memulai beternak, hal yang terpenting dimiliki adalah lahan dan pakan. Setelah itu baru kandangan, penyakit, skill dan kemampuan. 

    Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Peneliti Kedai Reka, Prof. Cece Sumantri menyampaikan bahwa program ini merupakan salah satu media belajar mahasiswa. 

    “Kegiatan ini juga dapat menjadi suatu wadah dalam peningkatan kompetensi mahasiswa untuk memperbaiki mutu genetik produksi daging dan berkualitas pada ternak domba,” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Pakar IPB University: Jangkrik Bisa Dongkrak Ekonomi, dari Pakan Ternak hingga Pangan Alternatif

    Seringkali kita memandang sebelah mata terhadap beberapa satwa yang terlihat seperti hama atau menjijikkan. Padahal di balik itu, terdapat segudang manfaat yang dapat diberikan olehnya. Seperti halnya jangkrik, serangga yang kerap muncul di malam hari itu memiliki manfaat yang berguna untuk mendongkrak ekonomi masyarakat.

    Dosen IPB University yang merupakan pakar sistem integrasi peternakan, Prof Dr Asnath M Fuah mengatakan bahwa jangkrik merupakan salah satu pangan alternatif yang baik untuk menambah nilai gizi pangan, serta kaya akan protein. Saat ini, masyarakat Indonesia lebih mengedepankan pada penggunaan jangkrik sebagai pakan unggas. Padahal dengan pemasaran yang baik, produksi pangan menggunakan tepung jangkrik akan lebih diminati.

    “Sebetulnya jangkrik bisa dijadikan olahan pangan. Asal pengolahannya baik dan berlabel, kita bisa membawanya ke market yang luas,” ungkapnya.

    Dengan demand yang tinggi untuk pakan unggas, supply jangkrik belum memenuhi, sehingga usaha budidaya jangkrik dinilai memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Terutama budidaya jangkrik jenis kliring, cendawang, dan kalung yang memiliki produktivitas yang tinggi.  Selain itu, pemeliharaannya mudah serta ramah lingkungan.

    Di samping untuk pakan unggas, Prof Dr Dewi Apri Astuti, dosen IPB University sekaligus pakar nutrisi ternak Fakultas Peternakan mengatakan bahwa penggunaan tepung jangkrik juga berguna bagi ternak ruminansia dengan kondisi kelahiran tertentu serta pada masa kehamilan. Saat ini, peternak lebih sering menggunakan bungkil kedelai dan tepung ikan yang masih diimpor. Padahal dengan penambahan tepung jangkrik, nilai gizinya pun tidak berbeda nyata.

    Hasil riset juga mengungkapkan bahwa ternak kambing, dalam masa kehamilan, setelah diberi pakan tepung jangkrik menunjukkan perbaikan nilai gizi dalam darah. Selain itu, pada kambing jantan, kualitas spermanya pun menjadi lebih baik. Namun demikian, pemberian tepung jangkrik sebagai pengganti susu maupun pakan bagi ternak hanya bersifat sementara saja.

    Dalam usaha budididaya jangkrik, Dr Yuni Cahya Endrawati, dosen IPB University dan pakar Satwa Harapan Fakultas Peternakan mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peternak jangkrik, yaitu kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban. Kedua hal tersebut dinilai sangat berpengaruh pada produktivitas jangkrik.

    “Karena tempat budidaya haruslah sama dengan habitat aslinya. Selain itu, tipe opositor pada tubuh tiap jenis jangkrik harus diperhatikan, karena akan menentukan manajemen penetasannya. Perbandingan antara beberapa jenis jangkrik yang dibudidayakan di Indonesia menunjukkan bahwa karakteristik jangkrik bimaculatus atau kalung memiliki keunggulan yang berbeda, baik dari umur hingga kandungan nutrien lebih baik. Walaupun jangkrik jenis mitratus memiliki penetasan yang lebih tinggi, karakternya yang lincah membutuhkan penanganan yang agak sulit. Jadi inilah alasan mengapa bimaculatus lebih unggul. Itu karena memang pemanfaatan diproduknya atau permintaan pasar secara karakteristik jangkriknya lebih disukai hewan lainnya sebagai pakan,” jelasnya.

    Sementara itu Ahmad Anwari, Ketua Kelompok Ternak Jangkrik Perwira Bekasi saat ditanya alasannya menggeluti bisnis budidaya jangkrik, ia mengaku bahwa budidaya jangkrik, selain menguntungkan juga tidak memerlukan halaman yang luas untuk budidayanya. "Pakan pendamping pun sangat mudah didapatkan seperti daun pisang maupun rerumputan yang berkadar air tinggi, " ungkapnya. (ipb.ac.id)

  • Pakar Peternakan dan Kesehatan Hewan Berkumpul Membahas Wabah PMK dalam Seminar Nasional Fakultas Peternakan IPB University

    Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menyelenggarakan Seminar Nasional  bertajuk “Upaya Pencegahan Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Melalui Implementasi Manajemen dan Bosekuriti, Peningkatan Imunitas, Logistik Ternak dan Produk Ternak Terstandar” secara daring  (2/6). 

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr membuka acara dengan memberikan sambutan sekaligus sebagai keynote speech.  “Dunia Peternakan mengalami musibah dengan adanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Seperti kita ketahui, bahwa wabah ini diberitakan pertama kali muncul pada bulan April 2022 di Jawa Timur (terutama di daerah Gresik, Sidoarjo, Lamongan dan Mojokerto ) kemudian juga di Aceh (Aceh Tamiang dan Aceh Timur). Setelah lebih dari 30 tahun, yaitu tahun 1986 kita dinyatakan bebas PMK oleh OIE (Word Organization for Animal Health) Badan Dunia untuk Kesehatan Hewan, saat ini kita harus berjuang kembali untuk mengatasi PMK” ujarnya.

    Dr. Idat juga menguraikan banyak hal terkait wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena sangat cepat penularannya antar ternak berkuku belah, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Keterkaitan dengan Hari Raya Idul Adha, hingga apresiasi pada langkah-langkah dan kebijakan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran (18 Mei 2022) terkait dengan “Pelaksanaan Kurban dan Pemotongan Hewan Dalam Situasi Wabah PMK”, dan juga Surat Edaran Badan Karantina Hewan Pertanian tentang “Peningkatan Kewaspadaan terhadap Kejadian PMK” terutama dalam pengaturan dan pengawasan lalu lintas ternak pada masa wabah PMK. Kita juga patut bersyukur Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 31 Mei 2022 juga telah mengeluarkan Fatwa terkait “Hukum dan Panduan Pelaksanaan Ibadah Kurban Saat Kondisi Wabah PMK”.

    Direktur Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, drh Agung Suganda, M.Si hadir mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI menyampaikan pidato kunci dalam kegiatan tersebut. Beberapa hal yang disampaikan antara lain adalah sejarah awal Indonesia telah mendeklarasikan bebas PMK pada tahun 1986 dan mendapatkan pengakuan internasional sebagai negara bebas PMK tanpa vaksinasi dari Badan Kesehatan Hewan dunia (OIE) pada tahun 1990. Saat ini Indonesia kembali diuji oleh wabah PMK yang sudah terkonfirmasi di 17 provinsi. Wabah PMK sangat berdampak pada program peningkatan kemandirian, ketahanan pangan serta berpotensi merugikan negara mencapai sekitar Rp. 9,9 trirliyun per tahun akibat penurunan produksi dan produktivitas, biaya pengobatan dan vaksinasi, pelarangan ekspor hewan dan produknya serta pembatasan lalu lintas hewan dan produksi hewan di dalam negeri. Langkah-langkah aksi penanganan PMK yang telah, sedang dan akan dilakukan antara lain dengan pembentukan gugus tugas dan posko atau crisis center tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, pengaturan lalu lintas ternak, pemberian bantuan obat-obatan, pengadaan dan penyediaan vaksin, pelatihan petugas atau tenaga kesehatan hewan, penjelasan komunikasi, edukasi dan informasi agar masyarakat peternak tidak panik namun tetap waspada untuk menghadapi penyebaran PMK yang begitu cepat, lanjutnya.

    Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan juga menyambut baik acara seminar ini, yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan IPB. Dalam pidato kuncinya ia menyampaikan harapannya agar seminar ini dapat mensosialisasikan, mendorong, dan meningkatkan perhatian insan peternakan untuk dapat melakukan langkah-langkah nyata dalam perspektif bidang peternakan, bersinergi bersama pemerintah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan wabah PMK.

    Seminar Nasional yang dimoderatori oleh Prof. Dr. Ir. Luki Abdullah, MScAgr  dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan -  Fapet ini menghadirkan empat orang narasumber dengan keahlian mumpuni di bidang peternakan. Narasumber pertama adalah Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA yang mengawali materinya dengan gambaran peternakan rakyat di Indonesia dan menjelaskan akibat yang ditimbulkan PMK bagi peternakan rakyat antara lain adalah banyak ternak yang terpapar, penularan virus cepat dan merebak masif, pasar hewan tutup dan perdagangan terhenti sampai peternak yang pasrah dan dimanfaatkan pihak lain. Di akhir paparan, Prof. Muladno memberikan solusi untuk Idul Adha ditengah merebaknya wabah PMK, solusi tersebut meliputi penjualan dalam bentuk daging segar kemasan bukan ternak hidup, penjual menyediakan jasa penyembelihan ternak qurban dan pengemasan daging segarnya, merekrut banyak tenaga terampil juleha (juru sembelih halal) bersertifikat dan memperbanyak pelatihan bagi juleha serta mengikuti prosedur penyembelihan hewan yang berlaku, mengacu pada SE Mentan RI Nomor: 03/SE/PK.300/M/5/2022). Dokumentasi berupa video selama proses penyembelihan, pemotongan daging, dan pengemasan daging segar siap edar juga bisa dijadikan solusi.

    Narasumber berikutnya menghadirkan Prof. Dr. Ir. Rudy Priyanto yang menyampaikan Manajemen dan Biosekuriti Ternak Ruminansia. Dalam paparannya dijelaskan bahwa penerapan manajemen dan biosekuriti di peternakan harus diperkuat untuk pengendalian PMK yang lebih efektif. Strategi yang bisa dilakukan yaitu dengan penerapan on farm biosecurity berbasis kawasan yang mencakup biosecurity ternak, kandang dan peralatan, pakan dan air minum, pengelola ternak dan pengunjung, serta kendaraan pengangkut ternak dan pakan pada suatu kawasan peternkan rakyat.

    Pada seminar ini Peningkatan Imunitas Ternak, yaitu melalui pemberian pakan berkualitas serta penambahan suplemen seperti vitamin dan mineral serta penggunaan herbal disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS. Dalam paparannya, Prof. Dewi juga memberikan kiat menjaga sapi tetap sehat, menjelaskan imunitas dan fungsinya untuk kesehatan hewan. Di akhir materi, disampaikan juga rekomendasi dalam peningkatan imunitas “Usahakan dilakukan pencegahan terhadap PMK, jaga kebersihan, berikan pakan yang dapat meningkatkan imunitas ternak” urainya.

    Keamanan Pangan Produk Ternak Ruminansia Peternakan juga menjadi salah satu materi pada seminar ini. Produk ternak seperti daging dan susu dari ternak yang terjangkit PMK aman dikonsumsi sepanjang dimasak dalam waktu yang cukup. Namun peternak dan masyarakat perlu diberikan edukasi bagaimana penanganan produk ternak yang terkena PMK agar tidak menyebabkaan penularan pada ternak lainnya. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Ir. Epi Taufik SPt MVPH, MSi.

    Materi terakhir menampilkan narasumber dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, Jawa Barat yaitu drh Supriyanto selaku Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat. Materi yang disampaikan yaitu Regulasi Transportasi Ternak untuk Mencegah Penyebaran PMK. Ratusan peserta seminar menyimak pemaparan seputar lalu lintas hewan saat wabah yang disampaikan berdasarkan dasar hukum dan data yang akurat terutama di provinsi Jawa Barat. (Femmy)

  • Pakar: Pemerintah harus fokus wujudkan swasembada daging

    Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof Ronny Rachman Noor mengatakan untuk mewujudkan swasembada daging pemerintah harus fokus pada program yang menjadi prioritas mengingat anggaran yang dimiliki terbatas.  Menurutnya, kekurangan pasokan daging sapi di dalam negeri akan terus terjadi sampai dengan tahun 2020.

    "Kita harus menyelesaikan kesenjangan antara produksi dan permintaan ini, anggaran kita terbatas, gunakan dengan sebaik-baiknya, apalagi tenaga ahli kita banyak," kata Ronny dalam kegiatan praorasi guru besar IPB di Kampus Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.

    Menurut mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan di KBRI Canbera, Australia ini, untuk mengisi kesenjangan tersebut diperlukan pembibitan sapi sebagai tulang punggung penyedia ternak bakalan untuk ternak potong.

    "Kita kurang bakalan, artinya kurang bibit. Ini yang tidak pernah disentuh, kita harus memiliki sapi bangsa baru untuk suplai bakalan dan suplai daging," kata Ronny.

    Ia mengatakan data empiris menunjukkan swasembada daging tidak akan pernah dapat terwujud jika tidak dilakukan langkah ekstrem dalam pembibitan sapi. Menurut Ronny, semua potensi ternak lokal penghasil daging seperti sapi, kambing, domba, ayam, itik, dan kelinci dapat dilibatkan untuk mewujudkan program swasembada daging. Sektor perikanan juga diharapkan dapat berperan besar dalam mewujudkan swasembada protein hewani melalui peningkatan konsumsi ikan.

    Ronny menambahkan program terpadu swasembada protein hewani ini diharapkan tidak saja mengefisiensikan penggunaan anggaran, tetapi juga akan menghilangkan sekat-sekat yang selama ini menghambat kerja sama lintas sektor.

    "Dengan hilangnya sekat ini diharapkan swasembada protein hewani dapat diwujudkan dalam waktu dekat untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia," kata Ronny (antaranews)

  • Pandemi COVID-19 Tingkatkan Bisnis Peternakan di Kalangan Milenial

    Idah Saidah, alumni IPB University pelaku wirausaha di bidang hijauan pakan Diervoeder Agro mengatakan bahwa permasalahan utama peternakan di Indonesia adalah petaninya yang berusia tua dan minim teknologi.
     
    “Strategi pemenuhan hijauan pakan yaitu eksplorasi hijauan pakan lokal, pemetaan daerah sentra hijauan pakan dan mendorong sektor hulu peternakan melalui penerapan dan investasi teknologi,” jelas Idah beberapa waktu lalu saat hadir sebagai narasumber dalam seri webinar “Strategi Pemenuhan Kebutuhan Hijauan Pakan Berbasis Teknologi di Era 4.0”.

    Webinar yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter), Fakultas Peternakan IPB University ini juga menghadirkan Prof Luki Abdullah, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University.

    Menurutnya, semenjak menyebarnya wabah COVID-19, bisnis peternakan di kalangan generasi milenial semakin berkembang dan menjadi peluang bisnis yang sangat diminati karena menguntungkan. Namun, Prof Luki menyebutkan bahwa perlu adanya kolaborasi antara teknologi dengan masyarakat untuk meningkatkan inovasi bisnis pakan hijauan.
     
    “Alasan kenapa ada fakultas peternakan di Indonesia itu karena beternak bukan hanya sekadar memelihara hewan ternak saja, tetapi beternak itu harus menjadi bisnis yang untung dan efisien,” tutur Prof Luki (ipb.ac.id)

  • Panen Perdana Broiler Closed House Kerjasama Fakultas Peternakan IPB dan Charoen Pokphand Indonesia  

    Fakultas Peternakan (Fapet) IPB menyelenggarakan acara panen perdana ayam broiler di Closed House yang terletak di Laboratorium Lapangan Blok B Fapet IPB Pada hari Selasa tanggal 2 November 2021.  Kandang ayam broiler closed house ini merupakan kerjasama dengan PT. Charoen Phokpand Indonesia yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2021 yang lalu. Sebelum bertandang ke Lab. Lapangan, para undangan yang terdiri Rektor dan para Wakil Rektor dan para Dekan dari berbagai Fakultas yang ada di lingkungan IPB serta Dekan Fapet di periode sebelumnya, Para wakil Dekan Fapet IPB, Ketua dan Sekretaris Senat Fapet IPB, Ketua dan Sekretaris Departemen serta para Kepala Divisi di Lingkungan Fapet IPB terlebih dahulu menghadiri acara resmi yang berlangsung di halaman Fakultas Peternakan IPB.

    Dekan Fakultas Peternakan IPB Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr menyampaikan indikator performa ayam broiler selama 32 hari pemeliharaan. “Melihat performa yang dilaporkan dari Tim Closed House sangat baik, dengan awal DOC masuk sebanyak 20.200 ekor, tingkat kematian kurang dari 3.44% yang relatif sangat rendah dibandingkan dengan kandang konvensional” urainya. Beliau juga menjelaskan rata-rata bobot badan  2,10 kg pada umur 32 hari dengan Feed Conversion Ratio (FCR) sebesar 1,42 (serta Index Performance (IP) sebanyak 445 (excellent).

    Selanjutnya disampaikan sambutan dari Assistant Vice President PT. Charoen Pokphand Indonesia Bapak Ali Imron. Dengan antusias beliau menyampaikan apresiasinya dalam kesempatan ini “Saya dangat berbahagia karena mendengar bahwa performa dari ayam-ayam yang akan dipanen itu luar biasa, jarang-jarang di kandang Charoen Pokphand sendiri bisa mencapai angka itu” ujar pria yang juga alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB ini. Bapak Ali Imron juga menyampaikan bahwa closed house yang ada di Fapet IPB ini bisa menjadi sarana untuk kegiatan MBKM mahasiswa lintas program studi dan lintas PT.

    Tidak hanya Ali Imron, Rektor IPB Prof. Arif Satria juga menyampaikan kebanggaannya akan performa yang dihasilkan dalam panen perdana kali ini. Selanjutnya beliau juga berharap Teaching Farm Fapet IPB terus berkembang sebagai tempat riset dan sarana MBKM untuk para mahasiswa. Acara dilanjutkan dengan mengunjungi Broiler Closed di Lab. Lapangan Blok B serta ditutup dengan ramah tamah dan santap siang dengan steak berkualitas dari Fakultas Peternakan IPB. (Femmy/Sri Suharti)

  • Panen perdana Indigofera di Tulang Bawang

    Panen perdana Indigofera di daerah Tulang Bawang, telah dilakukan pada awal bulan Mei 2016. Indigofera merupakan salah satu jenis hijauan pakan yang tengah didiseminasikan kepada masyarakat petani peternak untuk pakan ternak ruminansia. Tanaman ini telah dikembangkan sejak tahun 2008 oleh Prof. Luki Abdullah di Laboratorium Agrostologi Departemen INTP Fakultas Peternakan IPB.

    Indigofera saat ini telah diperkenalkan dan ditanam di berbagai wilayah, salah satunya adalah daerah Tulang Bawang, Lampung. Penanaman Indigofera di wilayah Tulang Bawang dilakukan atas kerja sama petani peternak dan pemerintah daerah dengan panduan tim ahli dari Laboratorium Agrostologi Departemen INTP Fakultas Peternakan IPB. Kesungguhan dalam bekerja dan mengaplikasikan ilmu membuahkan hasil yang luar biasa. Tanaman Indigofera tumbuh subur dengan percabangan yang banyak dan daun yang rimbun.

    Tanaman yang dikenal dengan nama Tarum ini telah dikaji oleh Prof. Luki Abdullah dalam berbagai aspek. Mulai dari sisi agronomi, nutrisi, pengawetan hingga agrobisnis Indigofera. Indigofera sangat potensial untuk dikembangkan karena produktivitas dan nilai nutrisinya tinggi. Dalam penelitian terakhir, berbagai produk olahan telah dikembangkan dan dapat dimanfaatkan untuk berbagi ternak, termasuk unggas , ikan maupun binatang kesayangan. Salah satu produk unggulan yang inovatif adalah konsentrat hijau. (nrk - intp.fapet.ipb.ac.id)

  • Para Profesor Bahas Pembiakan Sapi di Komunitas Peternakan Rakyat

    IPB University bersama Asosiasi Profesor Indonesia (API) menggelar webinar bertajuk Pengembangan Industri Pembiakan Sapi di Komunitas Peternakan Rakyat, (7/12). Dr Sofyan Sjaf, Wakil Kepala Bidang Pengabdian kepada Masyarakat - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University dalam sambutannya mengatakan bahwa saat ini perguruan tinggi perlu segera menepis anggapan sebagai menara gading dan berusaha memberikan dampak positif bagi masyarakat. Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) yang digagas oleh Prof Muladno, merupakan salah satu instrumen penting dalam menyumbang keilmuan perguruan tinggi untuk diterima masyarakat.

    “Acara ini sangat baik untuk memberikan gambaran utuh bagaimana industri pembiakan ini bisa dimulai dari komunitas rakyat. Hanya dengan jalan itulah kita membantu negara ini dengan keilmuan yang kita miliki agar kelak kita bisa melihat Indonesia makmur, cerdas bersama-sama rakyat itu sendiri,” kata Dr Sofyan.

    Sementara itu, Prof Dr Ari Purbayanto, Guru Besar IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) mengatakan, kegiatan ini merupakan seri perdana dari program Guru Besar IPB University Mengabdi. Nantinya para Guru Besar akan turun ke desa untuk mentransfer ilmunya kepada masyarakat dan memberikan solusi terhadap pemecahan masalah bangsa.

    Ketua API ini juga berharap, tak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat, kegiatan ini turut mampu memberikan arah pembangunan terhadap swasembada daging, swasembada pangan di Indonesia.

    Prof Dr Asep Gunawan, dosen IPB University dari Fakultas Peternakan dalam paparannya mengatakan, saat ini IPB University telah melakukan beberapa upaya dalam hal pemuliaan ternak dengan mencoba mengkarakterisasi dan menginventarisasi sumber daya genetik ternak lokal khususnya penghasil pedaging yang dengan hal itu akan dapat diketahui kekhasan yang dimiliki ternak lokal.

    Peningkatan peran peternakan rakyat, kata Prof Asep, dapat dilakukan dengan penerapan teknologi tepat guna. Dalam hal ini peran Informasi dan Teknologi (IT) tidak bisa dilepaskan dalam sistem pemuliaan. Sistem pemuliaan 4.0 akan memberikan kemudahan dalam menjual ternak, memberikan kemudahan akses kesehatan ternak. Di samping itu, peternak akan lebih mudah melakukan pencatatan serta keluar masuk ternak akan lebih terkontrol dengan update data.

    Dalam kesempatan yang sama, Prof Muladno mengatakan, peran teknologi dalam meningkatkan kesejahteraan peternak perlu dibarengi motivasi dasar. Yakni pola pikir dan komitmen yang kuat dari para petani. Tanpa motivasi, teknologi akan sia-sia. Sebab banyak program yang telah bergulir gagal disebabkan lemahnya motivasi para peternak.

    “Karenanya dalam kriteria perangkat SPR, pola pikir dan komitmen itu porsinya 45 persen. Dasarnya ini harus dikuatkan dulu. Kalau ini sudah bagus maka selanjutnya perbaikan kelembagaan dan manajemen 35 persen. Barulah kemudian teknologi dan sarana prasarana, yang porsinya hanya 20 persen,” ujar Prof Muladno.

    Ia melanjutkan, kemandirian peternak tidak bisa diraih sendiri. Peran perguruan tinggi harus menjadi pusat riset dan pengembangan komunitas peternak. Saat ini sudah enam perguruan tinggi penyelenggara SPR di Indonesia. Yaitu IPB University, Universitas Islam Kadiri (Uniska) Kediri, Universitas Tadulako, Universitas Antakusuma (Untama), Politeknik Pertanian dan Peternakan (Poltana) serta Universitas Lampung.

    Sementara itu, perguruan tinggi, ada juga peran dari pemerintah daerah yang menjadi fasilitator utamanya serta pemitra sebagai motivator, partner networker dan promotor. Ke depan, Prof Muladno mengajak perguruan tinggi lain untuk bisa mengikuti dan bergabung menjadi bagian dari SPR ini demi mencapai kemandirian dan kesejahteraan para peternak di Indonesia (ipb.ac.id)

  • Pascasarjana Fapet IPB Siap Buka Prodi Logistik Peternakan

    Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) bersiap untuk buka Program Studi Pascasarjana Logistik Peternakan. Pembukaan program studi ini akan bekerjasama dengan Belanda. Demikian disampaikan oleh Dekan Fakultas Peternakan IPB, Dr. Moh. Yamin saat membuka acara “Workshop Logistik Peternakan untuk Ketahanan Pangan Indonesia”. Acara digelar di Fapet Kampus IPB Darmaga, Senin (14/3).
     
    Menurut dekan, Program Studi Logistik Peternakan sangat diperlukan di masyarakat. Dengan hadirnya program studi baru ini, terangnya, Fapet IPB bisa berkontribusi dalam riset-riset yang perlu dikembangkan.
     
    Workshop ini menghadirkan para peserta dari berbagai unsur, yakni akademisi, bisnis, pemerintah dan komunitas yang tergabung dalam Forum Logistik Peternak Indonesia (FLPI) yang diketuai oleh Prof. Dr. Luki Abdullah. Kegiatan workshop dirangkai dengan launching website dan newsletter FLPI.  
     
    Ketua FLPI, Prof. Luki Abdullah mengatakan forum ini akan menjadi wadah menjalin kerjasama antara pemerintah, bisnis dan komunitas peternak dalam bidang logistik peternakan. Ia juga menambahkan, forum ini dapat membantu perbaikan keamanan dan keselamatan produk peternakan, mengupayakan cara untuk meningkatkan efisiensi nilai produk juga dapat memberikan rekomendasi kebijakan pada pemerintah terkait logistik peternakan terutama unggas dan ruminansia.
     
    Terkait logistik peternakan, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Pertanian RI, Ir. Fini Murfiani, MSi menyampaikan tahun ini pemerintah telah memiliki kapal khusus pengangkut sapi yang sesuai dengan animal welfare. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung program pemenuhan pangan asal ternak, memperlancar pengangkutan dan distribusi ternak secara cepat.
     
    Dalam workshop juga disampaikan terkait fakta logistik pakan ternak Indonesia oleh Ketua Umum Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia yang juga Guru Besar IPB, Prof.Dr. Nahrowi. (dh - news.ipb.ac.id)
     

    Kontak: Prof Luki Abdullah, No HP 0812.1107.022 

  • Payung Hukum Penerapan Kesrawan pada Sistem Transportasi Ternak Ruminansia Kecil

    Kesejahteraan ternak (kesrawan) merupakan hal yang penting dalam proses transportasi ternak. Apalagi hal itu sudah menjadi ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia dan di berbagai negara di belahan dunia. Penerapan kesrawan yang baik juga akan menghasilkan kualitas hasil ternak, yakni daging yang baik pula, sekaligus dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam usaha peternakan.

    Dalam hal ketentuan hukum, dua regulasi pemerintah yang mengatur kesejahteraan hewan dan transportasi hewan yakni Undang-Undang No. 41/2014 tentang perubahan atas UU No. 18/2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan, dimana pembahasan kesrawan terdapat pada Pasal 66 – 67, dan pembahasan transportasi hewan terdapat pada pasal 66 ayat 2 Huruf D. Regulasi kedua yakni pada Peraturan Pemerintah No. 95 tahun 2012 tentang kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan, dimana pembahasan kesrawan terdapat pada Pasal 83 – 99, sedangkan pembahasan tentang transportasi hewan dibahas pada Pasal 89.  

    Aspek penting penerapan kesejahteraan hewan tersebut dibahas pada pelatihan online dengan tema ‘Logistik Ruminansia Kecil (domba/kambing) yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB pada 19-20 Juni 2020 lalu melalui aplikasi daring.

    Acara menghadirkan dua narasumber penting yakni Budi Susilo, S.Pt, Business Owner Mitra Tani Farm dan Staf Pengajar pada Laboratorium Ruminansia Kecil, Divisi Produksi Ternak, Daging, Kerja dan Aneka Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB, Muhamad Baihaqi, S.Pt, M.Sc.

    Faktor kesrawan menjadi kian kritis ketika dikirim dari satu tempat ke tempat lain melalui suatu sarana transportasi. Baihaqi menjelaskan, faktor ternak, fasilitas dan pemahaman operator sangat penting dalam upaya mencegah kerugian selama proses transportasi ternak. “Diperlukan pembuatan prosedur transportasi ternak di Indonesia guna
    meminimalkan kerugian dan aspek kesejahteraan hewan,” kata Muhammad Baihaqi. (Livestockreview.com)

  • Peduli Pakan Ternak, Mahasiswa IPB University Tanam 2000 Tanaman Pakan dan Pelatihan Pengawetan Pakan

    Sebanyak 20 mahasiswa Fakultas Peternakan IPB University yang juga sebagai penerima beasiswa Japfa Foundation atau disebut Japfa Foundation Scholarship Club (JFSC) menggelar program pengabdian kepada masyarakat di desa Neglasari, Kecamatan Dramaga, Bogor, tepatnya di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Neglasari, Sabtu (7/12).
    Dr Moch Sriduresta S, SPt, MSc, dosen Fakultas Peternakan IPB University, menyampaikan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat merupakan metode untuk mendekatkan diri agar mahasiswa dapat belajar langsung di lapangan kepada para peternak dari hulu sampai hilir. Tempat pengabdiannya dipilih di Desa Neglasari karena didukung komoditas domba sehingga kita dapat memanfaatkan produk hasil ikutan seperti wool.

    Kegiatan pengabdian yang dilakukan yaitu penanaman 1600 bibit Indigofera dan 400 tanaman odot sebagai sumber pakan ternak. Tanaman indigofera dipilih karena tanaman tersebut merupakan hijauan ternak jenis leguminosa yang berasal dari Papua dan memiliki nutrisi yang tinggi bagi ternak. Kelebihan lain dari tanaman indigofera adalah memiliki produktivitas yang tinggi, mudah ditanam dan dapat bertahan baik dalam kondisi kering maupun basah.
    Sedangkan tanaman odot adalah salah satu varietas rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang memiliki keunggulan produksi tinggi, apalagi pada saat musim hujan batang rumput lebih lunak, sehingga daya suka kambing atau domba bertambah. Selain itu kandungan nutrisi yang tinggi seperti protein kasar rumput odot sebesar 12-14% bahkan ada yang mencapai 17%, kemudian tingkat kecernaan juga tinggi yaitu berkisar 65-67%.

  • Pelatihan “Logistik Rantai Dingin pada Produk Daging” 27-28 Agustus 2019

    Pelatihan logistik rantai dingin pada produk daging diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) yang diinisiasi oleh Fakultas Peternakan IPB. Kegiatan ini juga didukung oleh Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia(ARPI). Pelatihan diadakan untuk kedua kalinya di tahun 2019 yang berlangsung selama dua hari pada 27-28 Agustus 2019. Pada hari pertama kegiatan dilaksanakan di Fakultas Peternakan IPB. Kegiatan pelatihan dibuka oleh Prof.Sumiati selaku Plh.Dekan Fakultas Peternakan IPB.

     

     

    Materi pelatihan sesi pertama disampaikan oleh Ibu Irene Natasha selaku Direktur Komersial dan Operasional PT Adib Cold Logistics beserta tim tentang logistik rantai dingi n produk daging di Indonesia. Sesi kedua disampaikan oleh Prof Irma Isnafia selaku Ketua Departemen IPTP Fakultas Peternakan IPB tentang manajemen rantai pasok daging sapi dan unggas. Sesi ketiga disampaikan oleh Bapak Raden Didiet Rachmat Hidayat selaku peneliti dan praktisi ilmu transportasi dan logistik Trisakti tentang penerapan halal logistik pada rantai dingin.

    Pada hari kedua para peserta pelatihan mengunjungi cold storage milik PT Adib Cold Logistics di kawasan Narogong, Bekasi. Kegiatan kunjungan diikuti penuh swmangat dan antusias para peserta dari kalangan bisnis, akademisi, pemerintah dan komunitas peternak dari berbagai wilayah Indonesia, antara lain Medan, Pekanbaru, Indramayu dan Jabodetabek. Kegiatan ini juga didukung oleh media partner Majalah Infovet, Foodreview dan Agropustaka.

  • Pelatihan “Manajemen dan Sistem Penjaminan Mutu RPH Unggas serta Kunjungan ke RPH Unggas PT Ciomas Adisatwa"

    Bogor(18/11), Fakultas Peternakan IPB bekerjasama dengan FLPI menyelenggarakan Pelatihan "Manajemen dan Sistem Penjaminan Mutu RPH Unggas serta Kunjungan ke RPH Unggas PT Ciomas Adisatwa (JAPFA)". Kegiatan berlangsung selama dua hari , mulai tanggal 17-18 Januari 2019.

    Pelatihan hari pertama pada tanggal 17 Januari 2019 dilaksanakan di ruang sidang Fakultas Peternakan IPB. Kegiatan diawali dengan materi "Manajemen RPH Unggas yang Berdayasaing" yang disampaikan oleh Dr.Ir. Niken Ulupi, M.Si ,dosen Departemen Iptp Fapet Ipb. Materi kedua mengenai "Sanitasi Higiene dan Sertifikasi NKV" yang disampaikan oleh drh.Ira Firgorita selaku Kepala Subdit Higiene Sanitasi dan Penerapan, Kesmavet Ditjen PKH. Materi ketiga tentang "Teknik Pemotongan Halal dan Sertifikasi Halal" disampaikan oleh drh.Supratikno,MPaVET dari Halal Science Center IPB. Materi keempat mengenai " Rantai Dingin di RPHU" disampaikan oleh Ir.Hasanuddin Yasni, MM selaku ketua Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI).

    Kegiatan pelatihan kedua pada tanggal 18 Januari 2019 berupa kunjungan ke RPH Unggas PT Ciomas Adisatwa (JAPFA). Peserta pelatihan dibagi dua kelompok secara bergantian untuk memperoleh materi di kelas dan melihat secara langsung praktek terkait manajemen dan sistem penjaminan mutu RPH Unggas di PT Ciomas Adisatwa, Parung-Bogor. Materi didalam ruang kelas disampaikan oleh Galih Gumilar,ST selaku Quality Control Head di RPHU tersebut.

    Kegiatan pelatihan diikuti oleh 14 peserta yang penuh antusias dan semangat. Mereka berasal dari kalangan bisnis ( PT.Cibadak Indah Sari Farm, PT Intan Sinar Abadi, RPA Nusantara, PT Sucofindo), akademisi (STIE Pelita Bangsa), pemerintah (Dinas Peternakan Provinsi NTT, LPPOM MUI Kota Bogor) dan perseorangan. Kegiatan ini terselenggara atas dukungan dan kerjasama yang baik dengan PT Ciomas Adisatwa (JAPFA)-Parung dan media partner antara lain Majalah Poultry Indonesia, Livestockreview.com dan Agropustaka. (flpi-alin.net)

  • Pelatihan Analisis SWOT Fapet IPB

    Setelah sukses melaksanakan pelatihan pelatihan ISO 9001:2015 dalam rangka mewujudkan pelayanan akademik berkulitas tinggi yang berstandar internasional, Fakultas Peternakan IPB melanjutkan sesi pelatihan ISO, pada hari Senin, 7 November 2016. Adapun tema Kegiatan pelatihan kali ini adalah analisis SWOT tentang pelayanan akademik dalam rangka penyusunan dokumen ISO 9001:2015. Trainer yang diundang kali ini adalah Ir. M. Agus Setiana, MS, salah satu trainer yang sering melakukan pelatihan di tingkat nasional. Training diikuti oleh dihadiri oleh Staf pengajar dari Departemen IPTP dan INTP dan tenaga kependidikan dari fakultas dan departemen. Pelatihan diadakan di ruang sidang Fakultas Peternakan, dimulai pada pukul 09:00, dengan dibuka oleh Wakil Dekan Fakultas Peternakan IPB.

    Kegiatan pelatihan ini diadakan mendapatkan pengetahuan cara menganalisis strategi dengan cara memfokuskan perhatian pada kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang merupakan hal yang kritis bagi keberhasilan Fapet IPB. Perlunya identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi serta kekutan dan kelemahan yang dimiliki organisasi melalui telaah terhadap lingkungan dan potensi sumber daya Fapet IPB dalam menetapkan sasaran dan merumuskan strategi organisasi yang realistis dalam mewujudkan misi dan visinya.

  • Pelatihan Capacity Building and Leadership Development bagi mahasiswa Fakultas Peternakan

    Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Peternakan IPB menggelar Capacity Building and Leadership Development bagi mahasiswa Fakultas Peternakan (Sabtu, 14 Desember 2019). Kegiatan yang diikuti oleh lebih dari seratus mahasiswa ini ini berlokasi di Kebun Raya Bogor. Peserta kegiatan berasal dari lembaga kemahasiswaan di lingkungan Fapet IPB seperti : Himasiter, Himaproter, DPM, BEM, dan lain lain.

    Kegiatan pelatihan  dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama, dan Pengembangan Dr. Rudi Afnan,  Dr. Rudi berharap agar pelatihan tersebut dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan, sikap, dan perilaku.

    bertindak sebagai trainer, Iyep Komala, S.Pt, M.Si dan tim memberikan materi pelatihan berupa games dan diskusi yang bertujuan untuk mengasah kemampuan berkomunikasi, motivasi diri, kemampuan problem solving, kreativitas, dan kepemimpinan. Setiap selesai mengikuti sebuah permainan, dijelaskan megenai tujuan dan manfaat yang terdapat dalam permainan tersebut. Banyak hal yang dapat diambil dari permainan yang diberikan untuk pengembangan kapasitas sumberdaya, baik untuk individu maupun organisasi.

    Kegiatan pelatihan Capacity Building adalah sebuah sarana pelatihan ’edukreasi’ (edukasi sekaligus rekreasi ) yang sangat dinamis, interaktif dan menyenangkan yang dilakukan melalui berbagai aktivitas yang menarik.  Capacity Building dapat diartikan sebagai proses meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan (skills), sikap (attitude) dan perilaku (behaviour) dari mahasiswa. Melalui pelatihan ini, mahasiswa  diajak untuk mengikuti proses pembinaan diri yang terpadu, sistematik dan tepat yang dapat diimplementasikan dalam aktivitas sehari hari.

    Melalui Pelatihan Capacity Building  and Leadership Development ini, diharapkan kualitas anggota lembaga kemahasiswaan di Fapet dapat lebih baik, serta menciptakan kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh organisasi agar dapat berjalan dengan baik.

     

     

  • Pelatihan dan Uji Kompetensi Bidang Pemotongan Daging (Butcher) Level Junior Batch 2

    FLPI bekerjasama dengan Fapet IPB, BBPKH Cinagara, LSP-PI , BNSP menyelenggarakan Pelatihan Dan Sertifikasi Kompetensi Bidang Pemotongan Daging (Butcher) Level Junior Sesuai SKKNI – Batch 2 yang berlangsung mulai dari tanggal 03 s.d. 09 Februari 2020.

    Pelatihan diikuti oleh 6 orang peserta dengan latar belakang dari Rumah Potong Hewan milik swasta dan Pemerintah Daerah. Pelaksanaan kegiatan pelatihan dilakukan di di Laboratorium Ruminansia Besar dan RPH Fakultas Peternakan IPB. Selama kegiatan pelatihan peserta mendapatkan informasi mengenai titik kritis yang dapat mempengaruhi kualitas daging, pengemasan dan penyimpanan daging yang sesuai standar dan juga bagaimana jenis potongan daging yang memenuhi kualifikasi standar internasional. Keseluruhan materi yang diberikan sudah sesuai dengan SKKNI Sektor Peternakan Bidang Pemotongan Daging (Butcher).

    Hal ini nantinya diharapkan dapat mendorong pengusaha lokal untuk dapat memenuhi permintaan kualifikasi produk daging baik di dalam maupun di luar negeri, jelas Prof Luki Abdullah selaku Ketua FLPI saat pembukaan pelatihan. Kegiatan juga dihadiri oleh Prof. Sumiati selaku Dekan Fakultas Peternakan IPB yang sangat mendorong kolaborasi kegiatan seperti ini yang melibatkan multistakeholder dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM. (flpi-alin.net)