Latest

Sebagai bentuk kepedulian dan pengabdian kepada masyarakat yang terkena bencana, Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan berbagai kegiatan IPB Peduli berupa pengiriman bantuan kemanusiaan, program aksi pertanian dan penyelenggaraan trauma center bagi anak-anak. Bantuan kemanusiaan dikirimkan kepada masyarakat korban bencana banjir di daerah Pantura (Subang dan Indramayu) serta meletusnya Gunung Kelud. Untuk korban banjir, telah dikirimkan 200 paket sembilan bahan pokok, seratus paket alat tulis sekolah dan seratus dus pakaian layak pakai yang dibagikan di wilayah Kecamatan Losarang dan Kandang Haur serta Kecamatan Pamanukan.  Sementara itu, bantuan kemanusiaan yang sudah dan dikirimkan untuk korban meletusnya Gunung Kelud berupa masker, plastik terpal, makanan tambahan untuk anak dan kebutuhan lainnya.
 
Berkaitan program aksi pertanian di area meletusnya Gunung Kelud, Tim Peduli IPB memberangkatkan tiga tim yang terdiri dari Tim Pemeriksa Kesehatan Hewan Ternak (FKH), Tim Pemeriksa Kerusakan Lahan dan Tanaman (FAPERTA) dan Tim Pemantau Hewan Ternak (FAPET). Tim menggunakan mobil klinik yang dibekali peralatan bedah hewan, obat-obatan, peralatan untuk menganalisis kualitas tanah dan kondisi tanaman, membuat pakan ternak. Selain itu, dibawa sebanyak empat ton pakan ternak yang sudah difermentasi (hifer) dan dua ton konsentrat untuk membantu kebutuhan pakan di daerah terdampak (Kediri dan Malang). Ketiga Tim IPB Peduli ini diberangkatkan Prof Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, Rektor IPB pada Minggu (23/2) dihadiri Dekan FKH dan para sukarelawan yang terdiri dari dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa.
Read more: Rektor Lepas Tim IPB Peduli ke Kelud

Semarang-21 Februari 2014, Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tidak bisa terlepas dari dampak perdagangan pasar bebas.  Industri peternakan Indonesia dihadapkan pada tantangan pasar bebas dunia baik secara regional di kawasan ASEAN maupun global.  Oleh karena itu, peningkatan efisiensi produksi dan produktifitas ternak menjadi hal yang sangat penting dalam rangka meningkatkan daya saing di pasar bebas.  Persaingan produk peternakan di pasar bebas tersebut tidak hanya berlaku untuk komoditi yang diekspor, namun komoditi yang dipasarkan dalam negeri juga harus bersaing dengan komoditi impor dari negara lain.

Disamping itu, tarif bea masuk produk impor yang rendah bahkan 0% merupakan salah satu tantangan besar bagi produsen lokal termasuk para peternak untuk mampu menyediakan produk berkualitas baik dengan harga yang bersaing.  Mengingat usaha peternakan di negara importir dalam skala besar yang dikelola dengan efektif dan efisien.
Read more: Ditjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan, Perguruan Tinggi dan LIPI Sepakat Bangun Kemandirian Pangan A