News

  • Alumni IPB University: Peluang Pengembangan Biogas Masih Sangat Tinggi

    Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengadakan Green Campus Movement untuk mendukung visi green campus IPB University, (11/10). Green Campus Movement dilaksanakan dalam bentuk webinar dengan diikuti oleh mahasiswa dan masyarakat umum.
     
    “Webinar ini diselenggarakan untuk mendukung program kampus hijau IPB University. Kami berharap, kegiatan ini bisa memberikan pemahaman kepada mahasiswa dan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan,” jelas Rika Fahira, Ketua Pelaksana Green Campus Movement.
     
    Terkait pengolahan limbah, Alumni IPB University, Dr Sri Wahyuni menjelaskan salah satu limbah potensial untuk diolah adalah limbah peternakan. Limbah peternakan ini sangat melimpah dan generasi muda dapat memanfaatkan peluang tersebut.
     
    “Semua yang di peternakan tidak ada yang terbuang. Pasalnya limbah kotoran dari hewan ternak atau hasil ekskresi akhir dari hewan ternak seperti sapi, kambing, domba dan ayam dapat dimaanfaatkan sebagai biogas,” ungkap Sri yang saat ini menjadi Direktur PT Swen Inovasi Transfer.
     
    Lebih lanjut Sri mengatakan potensi biogas di Indonesia sangat tinggi. Sejauh ini, pemasangan biodigester di Indonesia masih berkisar 16 ribu unit sementara di China sudah mencapai 35 juta unit.
     
    “Biogas ini menjadi alternatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, karena gas metan yang dihasilkan dari buangan peternakan menjadi pemasok gas rumah kaca terbesar,” kata Sri.
     
    Sebagai upaya menjaga konsistensi penerapan green life style, Chintia Kusumarani, Miss Earth Indonesia 2019, mengajak para mahasiswa dan masyarakat untuk menerapkan gaya hidup hijau sehari-hari. Hal tersebut dapat diimplementasikan dengan beberapa hal kecil seperti mengurangi penggunaan plastik dan menghemat listrik. (kumparan.com)
  • Alumni Peternakan IPB University Ini Ungkap Potensi Besar Hewan Ternak Indonesia yang Dilirik Malaysia Hingga Australia

    Budi Susilo Setiawan, SPt, Owner Mitra Tani Farm (Peternakan Domba Terpadu) berkesempatan membagi pengalamannya dalam bidang usaha peternakan kepada Mahasiswa IPB University angkatan 57 pada (11/11). 

    Budi Susilo telah memulai bisnis peternakannya sejak tahun 2002, ketika ia masih berada di tahun kedua perkuliahan. 

    “Mengapa peternakan? Alasan pertama karena ada potensi. Negara Indonesia adalah negara agraris, seharusnya bisa mengekspor produk pertanian. Tapi faktanya sampai dengan hari ini kita masih impor. Kalau pun tidak impor setidaknya swasembada. Tidak ada yang salah dengan impor, yang salah adalah jika kita keasikan impor dan lupa membangkitkan potensi kita sendiri,” kata Budi Susilo mengawali paparannya.

    Alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan angkatan 37 ini memaparkan berbagai potensi besar dari hewan ternak Indonesia. 
    “Alasan kedua, kita memiliki sumber plasma nutfah. Ayam kampung kita dikenal dunia dengan daya adaptasi yang tinggi, gennya sering dimanfaatkan. Tapi terkadang kita tidak sadar. Jepang sedang melakukan penelitian terhadap ayam kampung kita. Jangan kaget jika nanti muncul ayam khas Jepang yang tetuanya adalah ayam kampung kita,” lanjut Budi Susilo.

    Potensi lainnya adalah kambing Etawa. Budi Susilo menyampaikan bahwa ia mendapati pengusaha asal Malaysia datang ke Kali Gesing, Purworejo, Jawa Tengah untuk mengumpulkan kambing Etawa berkualitas tinggi yang kemudian dikirim langsung ke Malaysia dengan pesawat khusus. Kemudian Malaysia memproduksi berbagai produk turunan dari susu kambing Etawa, seperti lulur susu kambing, sabun susu kambing serta susu kambing bubuk. Produk-produk tersebut akhirnya dipasarkan kembali ke negara-negara tetangga termasuk Indonesia.

    “Terkait domba, salah satu potensi kita adalah Domba Garut. Peneliti dari Australia mencoba menyilangkan bibit unggul Domba Garut dengan domba lokal mereka untuk kembali dipasarkan di Indonesia. Karena jika mereka memasarkan domba dari Australia, di Indonesia kurang diminati. Domba yang diminati Indonesia berkisar antara 20-30 kilogram saja,” imbuhnya.

    Potensi peternakan Indonesia juga pada hewan ternak sapi, salah satunya Sapi Bali. Seperti yang Budi Susilo sampaikan, lagi-lagi negara Malaysia selangkah di depan. Malaysia mengimpor Sapi Bali dan mengembangkan genetikanya, sehingga populasi Sapi Bali di sana bahkan lebih besar dibanding yang ada di Indonesia. Budi Susilo mewanti-wanti jika kita tidak kunjung menyadari potensi-potensi ini, maka jangan heran jika suatu saat kita harus impor Sapi Bali dari Malaysia, Domba Garut dari Australia, atau ayam dari Jepang.

    “Kekurangan kita adalah masih kurangnya perhatian kita pada sektor pertanian terpadu. Sehingga banyak peternak yang masih menerapkan sistem peternakan konvensional. Di sinilah perlu transfer ilmu dan teknologi pada petani-petani kita. Jika mereka dibiarkan menjadi single fighter dengan teknologi sederhana, akan kasihan. Jadi bagusnya kita serius membangun desa. Dari desa yang maju, maka kota akan maju,” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Alumnus Fakultas Peternakan IPB University Berbagi Kisah Bisnis di Masa Pandemi

    Peternakan menjadi salah satu sektor menjanjikan yang dapat ditekuni. Kebutuhan masyarakat terhadap pemenuhan gizi menjadikan sektor peternakan dengan fluktuasi harga tetap mampu bertahan pada saat pandemi. Hal ini kemudian diulas lebih lengkap dalam Billenialic: Bisnis Inovatif Era Milenial di Kala Pandemic bersama dengan Aif Arifin Sidhik, CEO AS Putra Group sekaligus Bendahara Pusat Hanter IPB University, (1/8).

    AS Putra Group terdiri atas PT AS Putra, PT Andeff Transportasi, PT ASP Land, AS Putra Motor, ASP (Breeding Farm), Hotel Grand Purnama, Putra Erina Sejahtera, dan PT AS Putra Perkasa Makmur.

    “Minat mahasiswa dan alumni IPB University terhadap bidang peternakan memang tinggi. Berdasarkan tracer study yang telah dilakukan, ternyata lulusan Fakultas Peternakan IPB University itu termasuk yang paling banyak memiliki bisnis di bidang wirausaha," ujar Dr Idat Galih Permana, Dekan Fakultas Peternakan IPB University.

    Dr Idat menjelaskan, 14,23 persen lulusan Fakultas Peternakan IPB University menekuni bisnis peternakan. "Hal ini menunjukkan bahwa memang minat mahasiswa dan alumni untuk terjun ke bisnis peternakan itu tinggi, ini merupakan satu nilai tambah untuk kita,” ujar dosen IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan.

    Aif Arifin dalam pemaparannya menjelaskan tentang prosesnya dalam menekuni bisnis peternakan yang dimulai dari perjuangan orang tuanya sebagai wirausaha. Perusahaan yang Aif miliki setiap harinya memiliki kapasitas produksi sekitar 400 ton ayam hidup dan 100 ton telur. Bisnis keluarganya ini kemudian dilanjutkan dengan bisnis lain seperti bisnis properti, bisnis transportasi, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), hingga dealer motor.

    “Meskipun kami sudah mengembangkan sana-sini, namun tetap bisnis unggas ayam menjadi core bisnis kami, yang lainnya hanya sebatas pelengkap kami saja,” terangnya.

    Lebih lanjut, alumnus IPB University ini menerangkan, internet saat ini mendemokratisasi ekonomi. Dengan adanya internet, pebisnis memiliki kesempatan yang relatif sama dalam berbisnis, baik mereka dari desa maupun kota.

    "Adapun bisnis di era pandemi ini kita hanya perlu untuk melihat problematika yang ada di sekitar, karena rata-rata peluang-peluang bisnis itu muncul dari kendala sehari-hari. Kita harus menjadi bagian dari solusi ketimbang kita terus-menerus complain dan tidak melakukan apa-apa,” ujar Aif Arifin, alumnus IPB University.

    Kisah perjalanan dalam mempertahankan bisnisnya di masa pandemi dengan menutup beberapa cabang perusahaannya membuat Aif mempelajari banyak hal. “Hikmah yang dapat diambil dari kisah saya adalah pentingnya cashing terutama pada masa krisis, manajemen dalam pengelolaan finansial perusahaan. Pandemi ini juga mengajarkan kita agar siap dengan perubahan apapun. Bisnis pangan ini adalah bisnis yang rebornnya sangat cepat dibandingkan dengan bisnis-bisnis yang lain, karena orang tetap membutuhkan makan,” tutupnya

  • Alumnus IPB University ini Ubah Ulat Tepung Jadi Pangan Bergizi, Sudah Ekspor ke Berbagai Negara

    Ulat tepung yang sering digunakan pakan burung ternyata memiliki banyak protein yang baik dikonsumsi oleh manusia. Koes Hendra, Alumnus IPB University berhasil memanfaatkan ulat tepung menjadi pangan bergizi. Peternakan King Worm, Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat yang dikelolanya berhasil mendapatkan binaan dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). Di bawah naungan PT Sugeng Jaya Grup yang berdiri bulan April 2019 ini, Koes selaku CEO berhasil mengekspor ulat tepung kering ke berbagai negara seperti Belanda, Singapura, dan Malaysia.

    “Pengolahan ulat tepung cukup sederhana. Yakni dengan dikeringkan pada suhu 200 derajat celsius lalu didiamkan selama tujuh menit. Setelah itu ulat tepung pun siap disajikan dengan rasa yang gurih tanpa ditambah bumbu apapun,” jelasnya.

    Menurutnya, hewan kecil ini bisa menjadi alternatif sumber protein bagi manusia. Satu ekor ulat tepung mengandung 47 persen protein. Selain itu, di dalam ulat tepung juga terdapat omega-3 sebanyak 37.48 persen dan omega-6 sebanyak 35.52 persen.

    Selain dikeringkan, Koes berhasil mengubah ulat tepung menjadi abon. Masih dengan proses yang sederhana. Ulat tepung kering yang sudah dihaluskan ditambah bawang putih, gula, daun jeruk dan cabai, lalu aduk hingga merata dan abon ulat tepung pun siap disajikan.

    “Abon ulat tepung ini juga sudah dipasarkan dan terjual sebanyak 200 botol ukuran 30 gram dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan. Nama lain abon ulat tepung ini disebut dengan mealworm furikake di Jepang,” tuturnya.

    Keunggulan lain dari budidaya ulat tepung ini ialah hanya dibutuhkan tempat seluas satu meter persegi untuk menampung 60 kilogram ulat tepung. Ini jauh efisien dibandingkan peternakan ayam yang hanya bisa menampung empat ekor.

    “Jenis peternakan ini ialah urban farming, yang bisa dilakukannya budidaya di rumah. Selain itu, kandangya juga tidak mengeluarkan bau,” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Alumnus IPB University Pendiri Madu Pak Lebah Berbagi Prinsip Berbisnis

    Eureka Indra Zatnika, Alumnus IPB University Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan melihat potensi dari budidaya lebah madu di Indonesia. Ia mendirikan Madu Pak Lebah, Peternakan Budidaya Lebah Madu yang juga telah menjadi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Binaan Incubie Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University. Peternakan Madu Pak Lebah berlokasi di wilayah Semplak Bojong. Peternakan ini memproduksi madu unggulan dan telah dipasarkan hampir seluruh Indonesia.

    Eureka mengawali bisnisnya pada tahun 2013. Namun sebelum itu, sejak 2006 Eureka telah mempelajari tentang lebah di tempat kerjanya dahulu. "Tahun 2008 awal sewaktu itu saya diangkat menjadi trainer budidaya lebah madu. Banyak peserta pelatihannya dan kemudian terinspirasi pula untuk mengusahakannya sendiri yang akhirnya terealisasi pada 2013," ungkap Eureka.

    Peternakan Madu Pak Lebah memproduksi madu unggulan yang berasal dari nektar bunga yang dihisap lebah Apis Mellifera, Tetragronula, Apis Dorsata. Lebah Madu Apis Mellifera merupakan lebah madu yang paling unggul. Selain menghasilkan madu yang melimpah, lebah jenis ini juga relatif jinak dan mudah pemeliharaannya.

    Apis Mellifera ditandai dengan bentuk fisiknya yang berbeda dengan lebah lain yaitu memiliki tiga segmen bagian belakang abdomennya berwarna kuning dan panjang sayapnya sekitar 0,8 -0,95 cm. Kemudian lebah Tetragronula, lebah jenis ini tersebar diseluruh penjuru Indonesia dari sabang sampai Marauke.
     
    "Memulai usaha, diawali dengan niat, kerja keras, kemudian keseriusan menjalani usaha yang diinginkan. Usaha yang dimulai dari usaha yang disukai serta usaha yang sesuai dengan kemampuan kita. Dengan ilmu yang ada dan jangan lupa untuk selalu fokus, fokus, fokus dan serius serta terus menerus. Jadi jangan sampai mudah putus asa, itu kuncinya apabila ingin usaha berkembang," ujarnya.

    Dalam wawancaranya, Eureka memiliki lima prinsip yang selalu ia pegang teguh selama menekuni bisnis Madu Pak Lebah. Di antaranya adalah memulai bisnis dengan ilmu dan perhitungan, melakukan bisnis bukan hanya karena landasan ikut-ikutan, jujur dalam meyakinkan konsumen bahwa barang yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi, siap dengan kegagalan dan sabar.

    "Memulai bisnis itu coba-coba boleh, tapi harus disertai ilmu dan perhitungan, setelah itu yakin dan kemudian jujur. Memulai bisnis pun jangan pernah hanya karena ikut-ikutan, kita juga perlu menyesuaikan apakah bisnis itu cocok atau tidak dengan kita. Dan apabila pada saatnya gagal, maka kita juga harus siap dengan itu, sehingga sangat diperlukan sikap sabar. Tantangan terberat untuk generasi milenial sekarang adalah semangat untuk mendapatkan untung tapi takut gagal," terang Eureka.  

    Bermula dari pameran ke pameran, kini Madu Pak Lebah telah tumbuh menjadi bisnis yang menjanjikan. Hingga saat ini agen reseller madu Pak Lebah tersebar hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Selain itu Madu Pak Lebah juga telah bekerja sama dengan berbagai instansi pemerintah untuk mengadakan pelatihan budidaya lebah madu di berbagai daerah di Indonesia (ipb.ac.id)

  • Alumnus Muda IPB University Berbagi Kisah Cara Berwirausaha Sambil Kuliah

    Direktorat Kerjasama dan Hubungan Alumni (DKHA) bekerjasama dengan Himpunan Alumni IPB University kembali menggelar webinar Alumni Insight bertajuk “Break Your Limit” secara daring, 28/11. Kali ini, narasumber yang dihadirkan adalah Tekad Urip P Sujarnoko selaku CEO PT Agro Apis Palacio.  Alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan ini berbagi tentang cara harmonisasi antara kuliah dan kegiatan entrepreneur.

    Dalam penjelasannya, Ia berkisah mengenai pengalamannya selama berkecimpung di perusahaan yang bergerak di bidang pakan ternak, pengolahan limbah non B3 (bahan berbahaya dan beracun), dan domba. Ia memulai bisnisnya tersebut amat dini, yaitu ketika ia masih berkuliah pada semester lima di tahun 2010.  Semangat berwirausaha tersebut ia dapatkan atas kecintaannya di bidang peternakan.

    “Masih  banyak mahasiswa yang membenturkan antara kuliah dengan wirausaha. Di samping itu, banyak juga mahasiswa yang mempermasalahkan modal uang dan keahlian,” terangnya.  Ia menyebutkan bahwa hal tersebut bukanlah permasalahan utama, namun ketidakpunyaan visi dan misi yang paling berperan. Menurutnya, keberanian juga modal penting dalam berwirausaha. Tentunya dengan didampingi dengan perhitungan yang tepat.

    Lebih lanjut ia menjelaskan, menjadi wirausahawan harus  memiliki latar belakang pendidikan yang baik karena di dalamnya terdapat sistem yang berbeda dengan pedagang. Mahasiswa pun telah terdidik untuk berpikir sistematis, dari membuat produk berbasis riset hingga  menjadi produk akhir.  Berpikir sistematis ini, katanya,  amat  penting agar dalam menjalani usaha tidak serampangan.

    “Banyak perusahaan yang gagal dan mengalami kebangkrutan maupun stagnansi karena kurang berpikir sistematis. Pengusaha juga tidak boleh mengikuti aliran angin, namun harus memiliki arah dan tujuan yang jelas,” tambahnya.

    Ia juga menyebutkan, sebagai pengusaha harus siap bekerja lebih keras  bila ingin mencapai cita-cita. Modalnya bukan hanya uang, namun juga pemikiran kreatif terutama di era digital seperti saat ini. Tidak hanya itu, memiliki pertemanan yang  luas juga penting untuk menggali informasi dan data yang berguna dalam pengambilan kesimpulan.

    “Kita harus mulai memiliki mimpi yang besar, visi yang besar, dan harus diimbangi dengan kerja keras. Karena banyak dari kita hanya bermimpi, namun malas untuk melakukan,” ungkapnya.

    Ia mengatakan bila usaha keras tidak akan mengkhianati hasil. Calon pengusaha harus yakin dan bersikap optimis, walaupun kadang terjadi kegagalan. Di dalam dunia wirausaha, pengetahuan akan lebih bermakna  bila  diterapkan dalam berwirausaha. Ilmu yang didapat semasa kuliah akan berkontribusi besar dalam berwirausaha. Sehingga berkuliah tidaklah hanya untuk mendapatkan sekedar ijazah ataupun gelar (ipb.ac.id)

  • Annisa Rosmalia: Lulusan Terbaik Program Doktor IPB dengan Prestasi Luar Biasa

    Bogor, 15 April 2023 - Dunia akademik kembali mengukir prestasi gemilang. Annisa Rosmalia, seorang mahasiswa yang berdedikasi dari Fakultas Peternakan IPB, telah berhasil meraih penghargaan sebagai lulusan terbaik Program Doktor (S3) pada Wisuda IPB tahap pertama tahun 2023. Prestasinya ini semakin mengukuhkan reputasi Fakultas Peternakan IPB sebagai pusat unggulan dalam pendidikan dan penelitian di Indonesia.

    Annisa Rosmalia berhasil meraih prestasi ini berkat kecermatan dalam formulasi ransum ternak perah presisi, sebuah konsep terkini dalam pemenuhan nutrisi ternak untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas yang optimal. Dalam upayanya, ia menerima beasiswa PMDSU (Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Program ini memungkinkan mahasiswa unggulan seperti Annisa untuk mengejar pendidikan tingkat doktor dengan pendekatan yang holistik.

    Dalam pengembangan risetnya, Annisa bekerja sama dengan promotor, Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr. Ia merancang sebuah pendekatan terintegrasi yang menggabungkan elemen nutrisi, teknologi pakan, dan efisiensi penggunaan sumber daya. "Saya memilih Program Doktor Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INP) di IPB karena sejalan dengan latar belakang pendidikan saya, serta didukung oleh tenaga pendidik berkualitas dan lingkungan belajar yang kondusif," ungkap Annisa.

    Selama perjalanan studinya, Annisa berhasil mengatasi tantangan besar, termasuk adaptasi terhadap perkuliahan daring selama pandemi COVID-19. "Melaksanakan kuliah S3 secara online merupakan pengalaman baru yang menantang, terutama ketika harus sejalan dengan riset S2. Namun, semangat dan dukungan dari dosen dan kolega membantu saya melewatinya," ujarnya.

    Topik utama riset disertasinya adalah "Ransum Ternak Perah Presisi Berbasis Rumen Degradable Protein, Non-Fiber Carbohydrate, dan Sulfur". Melalui riset ini, Annisa berhasil mengembangkan basis data yang berharga mengenai protein yang dapat dicerna oleh rumen, serta merumuskan ransum presisi yang mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi pakan ternak perah. Risetnya ini memberikan sumbangsih yang signifikan bagi perkembangan peternakan di Indonesia. Melalui riset ini Annisa telah menerbitkan sebanyak 11 judul publikasi yang terdiri dari Jurnal internasional bereputasi dan proseding seminar internasional IOP.

    Keberhasilan Annisa tidak hanya terbatas pada bidang akademik. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan seminar internasional, termasuk sebagai peserta University Consortium Graduate Forum oleh SEARCA pada tahun 2021 dan Summer School INREF Smart-InAgr oleh SB-IPB & WUR pada tahun 2022. Sebagai asisten praktikum dan peserta berbagai kegiatan berprestasi, ia telah membuktikan komitmen dan semangatnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Setelah menyelesaikan program doktoralnya, Annisa memiliki cita-cita untuk berkontribusi sebagai seorang Dosen, membawa wawasan dan pengetahuan barunya ke dunia pendidikan. Prestasinya yang gemilang dan komitmennya dalam mencapai tujuan telah menjadikannya contoh inspiratif bagi mahasiswa dan komunitas akademik di seluruh Indonesia.

  • Asuransi Ternak dan Peternak Mulai Digaungkan

    Risiko terjadinya kerugian materil akibat perubahan iklim memang perlu diperhatikan. Investasi yang dibangun oleh pengusaha dapat dilindungi oleh asuransi yang berkaitan dengan bencana. Asuransi tersebut merupakan solusi praktis dan politis yang ditawarkan pemerintah maupun swasta. Ini karena menyangkut isu global (seperti trading) dalam industri karena dampaknya sangat luas.

    Asuransi juga dapat bersifat berkelanjutan karena tak hanya memperhatikan aspek ekonomi, namun juga sosial dan lingkungan. Dengan semakin banyak pengetahuan peternak akan kenyamanan berusaha, diharapkan jasa asuransi dapat diterapkan pada semua komoditas ternak dan juga bagi peternak yang mengalami risiko dalam bekerja. Selain itu asuransi juga bertindak sebagai pelayanan publik yang wajib diberikan oleh pemerintah.

    Berkenaan dengan hal tersebut, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA) bekerja sama dengan IPB University mengadakan webinar dengan mengambil tema "Kebijakan Berbasis Evidence dalam Asuransi Ternak dan Peternaknya”, (08/04). Kegiatan tersebut digelar untuk memberikan pandangan serta analisis dan menemukan solusi terhadap permasalahan di sektor peternakan khususnya dari segi peternakan dan peternaknya.

    Ir Fini Murfiani M Si, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian menyebutkan bahwa sampai saat ini asuransi usaha ternak yang diadakan baru dikhususkan untuk satu komoditas yakni sapi dan kerbau, yakni Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau (AUTSK). Asuransi tersebut dikomunikasikan melalui Jasindo (Asuransi Jasa Indonesia) sebagai penyedia jasa asuransi ternak.

    Pengadaan AUTSK tersebut dimaksudkan untuk memberikan ketentraman pada peternak sehingga dapat mengelola usahanya dengan lebih baik. Peternak dapat memindahkan ketidakpastian risiko kerugian yang bernilai besar melalui pengalihan risiko dengan premi berbayar yang relatif kecil. Sumber pembiayaan premi dapat berasal dari swadaya, kemitraan, perbankan, pemerintah daerah maupun  Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

    Tahun 2021, pemerintah pusat telah menyiapkan 150 ribu ekor sapi/kerbau betina produktif senilai 24 milyar. Besar premi yang dibebankan yakni 2 persen dari nilai pertanggungan sedangkan bantuan premi yang diberikan pemerintah yakni sebesar 80 persen, sisanya dibayar peternak.

    Saat ini terdapat dua kinerja asuransi AUTSK yakni dengan bantuan premi dan mandiri. Ia menyebutkan bahwa dana APBN bersifat sebagai pemantik saja karena jumlah sapi dari bantuan mandiri sudah cukup besar. Jumlah pertumbuhan  per tahun dengan bantuan mandiri tersebut juga dinilai signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa para peternak telah menyadari pentingnya asuransi dan nilai pertanggungan yang mereka inginkan.

    “Harapan dan tantangan ke depan yakni cakupan komoditas tadi, fitur-fitur komoditas lainnya seharusnya patut kita kembangkan. Di antaranya untuk kambing, domba, dan unggas. Minimal dalam waktu dekat ini kambing dan domba. Tentunya melalui skema yang spesifik untuk komoditas,” ungkapnya.

    Prof  Muladno, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan selaku anggota AIPI turut menjelaskan bagaimana peran asuransi dalam industri peternakan rakyat maupun skala industri. Asuransi tersebut lebih ditekankan bagi populasi ternak indukan di Indonesia yang memiliki masa hidup lebih lama. Hal tersebut menjadi pertimbangan karena indukan berperan sebagai sumber perkembangbiakan baik sapi, kambing maupun ayam ras. Selain itu, mayoritas peternak sapi indukan merupakan peternak kecil.

    “Untuk relevansinya, bagaimana bila pemerintah mempunyai program-program asuransi yang dapat diterapkan pada semua komoditas. Karena selama ini subsidi yang diberikan pada peternak terbatas hanya bagi peternak sapi saja, ”jelasnya.

    Ia memperkirakan ada banyak manfaat yang bisa dirasakan peternak kecil bila sapi indukan diasuransikan. Di antaranya peningkatan populasi sapi, perhitungan jumlah sapi indukan menjadi lebih akurat, program pembiakan lebih mudah dilakukan, dan kebijakan dalam pengembangan peternakan lebih tepat. Selain itu, dalam jangka panjang, program pembibitan dapat juga diterapkan. Lebih lanjut, penggunaan dana untuk subsidi asuransi lebih baik daripada untuk pengadaan sapi indukan yang seringkali berumur pendek

  • Audiensi FLPI ke Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut,Kementerian Perhubungan RI dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI

    Jakarta-Tim FLPI pada tanggal 04 Desember 2017 melaksanakan kegiatan audiensi ke Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Kementerian Perhubungan RI. Kegiatan audiensi dilaksanakan oleh Prof Luki Abdullah selaku Chairman FLPI, Dr. Epi Taufik selaku ketua koordinator riset FLPI serta Dr.Rudi Afnan selaku koordinator grup riset live animal transportation FLPI. Tim FLPI diterima oleh Dr.Capt.Wisnu Handoko, Kepala Subdit Angkutan Laut Dalam Negeri selaku pimpinan rapat. Kegiatan ini juga turut mengundang Bapak Harry Boediarto selaku Direktur Usaha Angkutan Barang & Tol Laut PT PELNI (Persero) serta tim dari Puslitbang Transportasi Laut, Sungai, Danau dan Penyebrangan, Kemenhub RI.

    Kegiatan audiensi ini sebagai tindak lanjut dari agenda riset FLPI bertema “Optimalisasi Penggunaan Kapal Camara untuk Meningkatkan Efisiensi Sistem Transportasi Ternak”.  FLPI mengajukan perizinan secara langsung ke Kemenhub RI dan PT PELNI untuk pelaksanaan penelitian di Kapal Ternak Camara Nusantara. “FLPI akan membawa riset  ini sebagai agenda riset logistik nasional dengan mendapatkan dukungan dari Dirlala, Litbang Perhubungan dan IPB sebagai steering committee”, jelas Luki. “Hasil dari riset ini diharapkan sebagai penyediaan data sebagai dasar pengambilan keputusan Pemerintah yang selama ini masih bersifat parsial khususnya terkait sislognas”, ujar Harry Boediarto. Riset terkait optimalisasi penggunaan Kapal Camara yang dilaksanakan FLPI diharapkan mampu memberikan solusi kapal ternak yang belum efisien lantaran penuh saat mengangkut sapi dari Kupang, namun kosong ketika balik dari Jakarta ke NTT.  “Riset ini diharapkan juga mampu memberikan solusi produk apa yang dapat dimuat di kapal ternak, karena kosongnya muatan di kapal ternak saat kembali ke NTT lebih sulit ketimbang kapal tol laut yang memang multifungsi, sementara kapal ternak didesain untuk membawa sapi”, jelas Wisnu.

    Kegiatan audiensi FLPI dilanjutkan bersilaturrahmi dengan Ketut Diarmita  selaku Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan,Kementerian Pertanian RI.  Pada kesempatan audiensi FLPI, Dirjen didampingi oleh  Sri Widiastuti selaku Direktur Pakan dan tim dari Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (PPHNak). Audiensi FLPI juga turut dihadiri oleh Professional Advisory Committee (PAC) FLPI yaitu Harianto Budi Raharjo, direktur PT Lembu Jantan Perkasa. Bapak Dirjen sangat menyambut positif kegiatan FLPI dan membuka seluasnya program-program yang akan disinergikan dengan Ditjen PKH. “Ditjen PKH siap memfasilitasi seluruh kegiatan FLPI yang memajukan peternakan Indonesia”, jelas Ketut .

  • Audit Eksternal ISO 9001:2008 oleh Sucofindo

    Pada tanggal 25 - 26 Februari 2016, SUCOFINDO melakukan audit (Surveillance Audit Sertifikasi ISO 9001: 2008)  terhadap pelaksanaan pelayanan akademik di Fakultas Peternakan IPB. Bertindak selaku auditor adalah Bapak Firman Suryalaga, yang didampingi oleh tim dari Fakultas Peternakan IPB. Audit oleh SUCOFINDO ini secara rutin dilakukan setiap tahunnya. Adapun tujuan audit eksternal kali  ini adalah untuk Memastikan kesesuaian Sistem Manajemen Mutu Organisasi serta Memastikan Sistem Manajemen Mutu Organisasi sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2008 dengan pelaksanaan kegiatan pada ruang lingkup yang ditetapkan, yaitu pelayanan akademik.

    Audit eksternal yang berlangsung selama dua hari tersebut, diawali dengan Rapat Pembukaan pada Hari Kamis, 25 Februari, pukul 9.30 pagi, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kesesuaian pelaksanaan kegiatan pelayanan dengan POB yang telah dituliskan dalam dokumen ISO di Bidang Management Representative, dan kemudian dilakukan audit di bidang layanan akademik. Pada hari Kedua, Jumat, 26 Februari 2016, kegiatan audit dilanjutkan dengan pemeriksaan dokumen bidang Tata Usaha dan infrastruktur/maintenance.

    Dari  bidang-bidang  yang diperiksa kesesuaiannya, masih ditemukan adanya kekurangan-kekurangan, pencapaian target yang tidak tercapai, dan beberapa kekurangan lain. Semua menjadi masukan dan koreksi yang sangat berharga bagi Fakultas Peternakan, untuk dapat diperbaiki di masa mendatang, demi terlaksananya pelayanan akademik yang berkualitas. Setelah seluruh rangkaian kegiatan audit eksternal ini selesai, maka pada sore harinya sekitar pukul 15.00 dilakukan penutupan oleh Dekan Fakultas Peternakan. Atas pelaksanaan kegiatan audit ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Firman Suryalaga selaku auditor, serta kepada SUCOFINDO.

    Semoga kita dapat terus bersinergi demi kemajuan Fakultas Peternakan IPB, masyarakat, dan bangsa Indonesia.

  • Ayam Lokal Unggul, IPB D-1 Mulai Diproduksi Massal

    IPB University gandeng UD Lestari Farm untuk kembangkan invensi varietas Ayam IPB D-1. Kerjasama ini di bawah koordinasi Fakultas Peternakan dan Direktorat Inovasi dan Kekayaan Intelektual IPB University.

    Penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) lisensi antara IPB University dengan UD Lestari Farm ini dilakukan oleh Wakil Rektor Inovasi, Bisnis dan Kewirausahaan, Prof Erika B Laconi dan Direktur UD Citra Lestari Farm, Ir Bambang Krista di Ruang Sidang Rektor Gedung Andi Hakim Nasoetion, Kampus Dramaga Bogor, (3/1).

    Dalam sambutannya, Prof Erika mengatakan bahwa tugas IPB University adalah menjadikan hasil invensi jadi inovasi. Hasil riset itu jika masih belum dapat dirasakan masyarakat maka masih menjadi invensi. Akan jadi inovasi jika sudah dirasakan masyarakat.

    “Saya bahagia bisa melaksanakan proses untuk melestarikan ayam lokal unggul kita melalui kerjasama ini. IPB D-1 adalah ayam lokal unggul hasil kawin silang, invensi dari Prof Cece Sumantri, Guru Besar Fakultas Peternakan. Temuan ini akan diproduksi oleh UD Lestari Farm,” ujarnya.

    Menurutnya kerjasama ini tidak hanya dalam hal pengembangan dan komersialisasi IPB D-1, akan tetapi dibuka juga peluang mahasiswa untuk magang dan kerjasama riset. Hal ini terkait dengan tugas utama IPB University dalam mencetak Sumberdaya Manusia (SDM) unggul. Sehingga dengan program magang ini, ada peluang mahasiswa bisa belajar berbisnis.

    “Masih ada ratusan invensi yang siap dipilih oleh para pengusaha untuk proses komersialisasi dan dijadikan kerjasama,” imbuh Prof Erika.  Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Dekan Fakultas Peternakan, Dr Rudi Afnan. Ia berharap semua pihak yang terlibat dalam kerjasama ini dapat bersinergi dengan baik dan produk inovasi dari Fakultas Peternakan dapat segera dirasakan oleh masyarakat luas.

    Sementara itu, Prof Cece Sumantri menyampaikan bahwa pengembangan ayam IPB D-1 ini basis penelitian dilakukan sejak tahun 2012. “Ayam ini ketahanan penyakitnya bagus, produksi telur 40 persen. Selain itu, setelah uji multilokasi ternyata pertumbuhannya pun luar biasa. Ayam montok dan tumbuh cepat. Sekira 10 minggu sudah bisa dipanen. IPB University merupakan satu-satunya perguruan tinggi yang berhasil merilis rumpun ayam baru yang sudah dilepas oleh Kementerian Pertanian RI dengan SK No. 693/KPTS/PK. 230/M/9/2019. Kerjasama ini masih dalam tahap pengembangan Day Old Chicken (DOC) atau anakan ayam,” ujarnya. (ipb.ac.id)

  • Ayo Minum Yoghurt Probiotik

    Probiotik adalah bahan pangan fungsional yang kini menjadi tren makanan yang dianjurkan oleh para ahli kesehatan.

    Para ahli menyepakati definisi probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup mampu memberikan manfaat kesehatan bagi inangnya (FAO/WHO 2002).

    Bakteri probiotik dianalogikan sebagai tentara barisan depan dalam saluran pencernaan manusia. Hal ini karena probiotik sangat mempengaruhi keseimbangan mikroflora di saluran pencernaan antara good bacteria dengan bad bacteria. Keseimbangan mikroflora akan mempengaruhi pola pencernaan dan penyerapan zat makanan dalam saluran pencernaan.

    Yoghurt probiotik adalah salah satu contok produk yang dapat dikategorikan sebagai pangan fungsional. Yoghurt dikategorikan sebagai pangan fungsional karena manfaatnya bagi kesehatan, antara lain menjaga keseimbangan mikroflora usus, anti tumor dan menurunkan kadar kolesterol.

    Berikut ini beberapa manfaat yoghurt probiotik bila dikonsumsi oleh manusia

    1. Minum sehari 100 ml Yoghurt probiotik akan membantu meningkatkan kesehatan tubuh
    2. Yoghurt probiotik merupakan minuman pendamping yang baik untuk penderita penyakit Thypus, Diabetes, dan Hyperkolesteromia
    3. Beberapa bakteri probiotik mampu menjaga stabilitas tekanan darah
    4. Mengurangi diare. Probiotik mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen ini karena probiotik memroduksi senyawa antimikroba serta asam laktat – senjata ampuh untuk penghambatan bakteri patogen – sehingga jumlah bakteri patogen di saluran pencernaan menurun, infeksi dan diare akhirnya bisa disembuhkan
    5. Menekan bakteri jahat di saluran pencernaan
    6. Meningkatkan imunitas tubuh. Probiotik mampu menurunkan respon inflamasi. Hal ini ditunjukkan dengan studi mencit yang disuntik dengan sel tumor dan diberikan yoghurt. Perlakukan ini mampu menekan terjadinya inflamasi dengan meningkatkan imunoglobin A (IgA) dan sel limfosit T CD 4+. Selain itu juga, studi pada manusia menunjukkan bahwa konsumsi probiotik mampu meningkatkan aktivitas fagositik dari sel imun monosit dan granulosit serta meningkatkan level antibodi yang disekresikan oleh sel imun limfosit B (Burns & Rowlands 2000; Perdigon et al. 2001). Solis et al. (2002) melaporkan, pemberian susu fermentasi yoghurt dapat meningkatkan produksi interferon IFN-y pada anak-anak yang kekurangan gizi. Beberapa peneliti juga berhasil membuktikan bahwa konsumsi BAL mampu meningkatkan sistem imun seluler dan humoral, di antaranya peningkatkan populasi dan proliferasi sel limfosit, produksi sitokin interferon-y (IFN-y), interleukin-12
    7. Mengandung bakteri baik untuk saluran pencernaan dengan populasi bakteri baik lebih dari 1 juta/ml

    Dengan semua manfaat di atas, saatnya untuk mengubah pola konsumsi harian kita dengan mengonsumsi sumber pangan yang sehat, salah satunya dengan mengkonsumsi probiotik. Di negara maju seperti Jepang, yoghurt probiotik sudah menjadi santapan sehari-hari. Mari mengonsumsi produk probiotik untuk kesehatan diri dan keluarga. “Let’s food be your medicine.”

  • Bagaimana Cara Pemotongan Hewan Kurban di Masa Pandemi Corona?

    Bagaimana cara memotong hewan kurban di masa pandemi corona yang aman? Pertanyaan itu beberapa hari ke depan mungkin akan mengemuka.

    Saat ini protokol kesehatan memang dikedepankan dalam berbagai tindakan. Termasuk tentunya dalam penyembelihan hewan kurban saat Idul Adha yang akan dirayakan beberapa hari lagi.
     
    Ahli dari IPB punya pandangan bagaimana cara memotong hewan kurban di masa pandemi corona. Ada beberapa protokol kesehatan yang mesti dilakukan.
     
    "Pemotongan hewan kurban di masa pandemi harus tetap mempertimbangkan pemotongan secara syar’i, menghasilkan daging yang aman, sehat, utuh, halal dan berkualitas. Kita sudah masuk dalam masa new normal di mana kita dituntut untuk tetap beraktivitas, termasuk tetap melakukan ibadah pemotongan hewan kurban,” ungkap Dr Tuti Suryati, Sekretaris Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University dalam siaran pers IPB, Sabtu (4/7).
     
    Tuti menyampaikan itu dalam sambutannya pada kegiatan webinar yang diselenggarakan oleh Departemen INTP bekerjasama dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Halal Science Center (HSC) - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University. Kegiatan ini dikhususkan untuk panitia kurban dan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Seluruh Indonesia.
     
    Sementara menurut Prof Dr Khaswar Syamsu, Kepala HSC, dalam praktik penyembelihan hewan masih banyak ditemukan hal-hal yang tidak sesuai prosedur penyembelihan dan syariat. Padahal Islam sudah mengatur tata cara kurban dengan rinci. Selain itu juga ada poin-poin kesejahteraan hewan yang harus dipenuhi saat proses pemotongan hewan.
     
    “Beberapa hal dasar dalam pemotongan kurban yang belum diketahui seluruh panitia kurban di antaranya adalah penyembelihan harus memotong tiga saluran. Yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran darah. Selain itu harus menggunakan pisau yang tajam dan tidak boleh menyembelih di hadapan hewan lain yang akan disembelih,” ujar Prof Dr Khaswar.
     
    Sementara itu, anggota Komisi Fatwa sekaligus Direktur Bidang Ekonomi Syariah di MUI, H. Amirudin Yakub, menyebutkan, bahwa ada peraturan khusus pemotongan hewan kurban selama masa pandemi.
    Saat proses jual beli harus memperhatikan protokol kesehatan. Selain itu pemotongan direkomendasikan hanya dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) dengan jumlah panitia terbatas.
     
    “Panitia menyediakan fasilitas cuci tangan karena darah adalah tempat yang subur untuk pengembangbiakan bakteri dan virus. Lalu, pendistribusian daging juga hanya boleh dilakukan oleh panitia atau pengurus masjid. Setiap DKM dan panitia kurban harus memperhatikan hal ini,” ungkap Amirudin.
     
    Dan pandangan dari drh Supratikno, MSi, PAVet, dosen IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan selaku Ketua Tim Penyembelihan Halal HSC IPB University mengungkapkan bahwa ada beberapa proses yang menyebabkan hewan stres dan cacat.
     
    Oleh karena itu perlu adanya upaya khusus saat proses pengangkutan, penempatan di kandang dan penyembelihan. Hal ini untuk menjaga kesehatan hewan dan kualitas daging hewan kurban.
     
    “Hewan kurban juga harus memenuhi syarat utama, yaitu sehat dan tidak cacat. Selain itu harus cukup umur, minimal hewan telah berumur lebih dari 24 bulan untuk sapi dan lebih dari 12 bulan untuk kambing dan domba. Selain itu persyaratan terakhir adalah tidak kurus yang dapat dilihat dari penonjolan tulang rusuk, bagian pinggang dan pinggul,” tutup Supratikno. (kumparan.com)
  • Bahan Baku Jadi Kendala Industri Pakan Ternak

    Indonesia sebenarnya bisa menghasilkan industri pakan ternak yang sehat, aman dan berkelanjutan. Namun, bahan baku pakan ternak yakni jagung ternak belum mencukupi untuk industri.

    Hal ini disampaikan Wakil Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Rudy Afnan, saat memberikan sambutan pada Kuliah Umum Kemin Industry bertemakan "Recent Issue in Feed Technology and Animal Nutrition for Healthy and Safe Animal Product" di Auditorium Janes Hummuntal Hutasoit (JHH), Rabu (19/9).

    Rudy mengatakan, selama ini bahan baku pakan ternak yakni jagung ternak hanya terdapat di beberapa wilayah di Indonesia dan cukup untuk wilayah tersebut saja. Swasembada jagung ternak hanya ada di Sulawesi Selatan (Sulsel), Sulawesi Utara (Sulut) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Sementara, sentra produksi pakan ternak ada di Sumatera Utara (Sumut).

    "Untuk biaya angkut bahan baku jagung ternak dari beberapa wilayah tersebut ke sentra produksi di Sumatera Utara relatif sangat mahal jika dibanding biaya mengimpor bahan baku dari luar negeri. Jika biaya angkut mahal, biasanya 20 persen dari total biaya dibebankan pada konsumen," jelasnya.

    Rudy mengatakan, kebijakan larangan penggunaan antibiotics growth promoter (AGP) untuk pakan ternak di Indonesia oleh pemerintah beberapa waktu lalu, memang harus didukung. Hanya saja, perlu dipikirkan penyediaan bahan pengganti AGP, yang selama ini belum bisa diproduksi dalam skala besar.

    "Bahan pengganti AGP sebenarnya bisa dengan single factor yakni herbal maupun probiotik. Namun, seperti yang dilakukan di IPB, baru mampu dibuat dalam skala laboratorium. Kemin Industry juga melakukan seperti kami. Hanya bedanya, Kemin sudah mampu memproduksi dalam skala industri," tukasnya.

    Sementara Head Of Japfa Foundation, Andi Prasetyo, menjelaskan, pihaknya sebagai organisasi yang aktif menyuarakan pentingnya pendidikan ternak dan agrikultur, ikut berperan sebagai fasilitator antara Kemin Industry dan IPB.

    "Dukungan terhadap kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dari komitmen dan perhatian Japfa Foundation terhadap pendidikan ternak dan agrikultur di Indonesia," ujarnya.

    Andy menambahkan, diperlukan adanya informasi mengenai pengaplikasian modernisasi yang mengacu pada prinsip revolusi industri 4.0 pada dunia peternakan yang mampu bersaing, baik dalam skala nasional maupun internasional dan tentu diharapkan informasi tersebut bisa menjadi faktor pendorong minat generasi muda agar terus berinovasi dalam dunia peternakan yang selaras dengan kemajuan teknologi saat ini.

    "Kami berharap kegiatan kuliah umum ini dapat menghasilkan inisiasi kerjasama akademik di bidang pendidikan dan penelitian serta pengabdian pada masyarakat, bertambahnya pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan serta dinamika teknologi pakan dan nutrisi terkini, serta terciptanya kesepahaman antar seluruh stakeholders terkait pengembangan teknologi pakan dan nutrisi terkini," pungkasnya. (beritasatu.com)

  • Bahas Sorgum di Rembug Online Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB University

    Nama sorgum sudah tak asing bagi sebagian kalangan, namun secara umum tanaman ini masih belum banyak dimanfaatkan sebagai komoditas industri pakan Indonesia. Dalam ketahanan pangan, pakan merupakan komponen penting yang tidak bisa dihindari. Inefisiensi sistem produksi peternakan dalam negeri salah satunya disebabkan ketidakmampuan pengendalian biaya pakan.

    Hal tersebut disampaikan Prof Dr Luki Abdullah, dosen IPB University dalam Rembug Online 5 yang diselenggarakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB University, (23/9).
    Prof Soeranto Human, peneliti Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dalam paparannya mengatakan, mewujudkan ketahanan pangan tidak bisa dilakukan hanya mengandalkan satu komoditas saja. Untuk meningkatkan kualitas pangan, ke depan perlu mengarah ke konsep pangan fungsional, yakni beragam, berimbang dan bergizi.  Sudah menjadi rahasia umum, bahwa ketergantungan terhadap padi sangat tinggi. Masyarakat mayoritas mengkonsumsi beras atau nasi. Indonesia menjadi negara kedua setelah Vietnam dengan rata-rata konsumsi 111,58 kg per kapita per tahun.

    Tak mudah memang menggantikan ketergantungan tersebut. Sehingga menurut Prof Soeranto, strategi diversifikasi pangan dilakukan dengan mempertahankan produksi padi, namun sebagian untuk ekspor. Bersamaan dengan itu, pangan pokok lokal harus mulai dipromosikan. Produksi peternakan, perikanan, buah dan sayuran juga perlu ditingkatkan.
    “Terkait dengan peternakan ini, tidak bisa dipungkiri bahwa ternak butuh pakan. Karena itu kita perlu pikirkan agar sorgum bisa diintegrasikan selain untuk pangan juga untuk pakan. Banyak sekali keragaman genetik yang kita punya. Mulai yang berbentuk umbi-umbian, pati dan bijian seperti sorgum ini,” ujar Prof Soeranto.

    Sorgum memiliki keunggulan dengan daya adaptasi luas pada kondisi lahan pertanian Indonesia. Tanaman ini tahan terhadap kondisi lahan sub-optimal atau kekeringan, tanah masam dan tanah salin. Sehingga sangat berpotensi meningkatkan produktivitas lahan kering dan mitigasi perubahan iklim.
    Di berbagai negara, terang Prof Soeranto, sorgum sudah banyak diaplikasikan sebagai pangan fungsional sebab kandungan nutrisinya cukup baik. Dalam 100 gram sorgum, memiliki 332 gram kalori, 11.0 gram protein dan 73 gram karbohidrat. Sorgum juga bebas gluten, glikemik rendah, kaya kalsium, antioksidan dan tinggi serat.

    Sementara itu, Rahardi Gautama, CEO PT Sedana Peternak Sentosa mengatakan bahwa sorgum telah menjadi bahan makanan yang konon sudah dikonsumsi masyarakat Jawa pada abad 9-10, jauh sebelum masyarakat mengenal padi di abad 12-14 masehi. Hal itu tertuang dalam buku Eating and Drinking in Ancient Central Java 9th-10th Century dimana sorgum telah ada pada ukiran-ukiran dalam candi Borobudur dan Prambanan.

    “Yang kami lakukan di Sedana, bijinya untuk pengganti beras atau tepung. Jika jenisnya sweet sorgum, tangkainya juga bisa menghasilkan bahan pemanis seperti gula atau sirup. Sementara seluruh tanamannya bisa digunakan sebagai pakan ruminansia,” kata pria yang juga lulusan Departemen Meteorologi dan Geofisika IPB University ini.

    Melihat potensi yang dimilikinya, BATAN telah melakukan riset perbaikan varietas sorgum menggunakan mutasi radiasi sinar gamma dan bioteknologi terkait. BATAN juga mengusulkan pelepasan varietas unggul sorgum, menyediakan benih dan diseminasi ke masyarakat serta bekerjasama melakukan pengembangan sorgum sebagai sumber pangan, pakan dan energi (ipb.ac.id)

  • Bakteri asam laktat (BAL) sebagai bahan alami untuk meningkatkan nilai tambah produk hasil ternak Indonesia

    Potensi pertumbuhan industri pengolahan susu mencapai 7% per tahun sementara prospek pertumbuhan industri daging mencapai 10% pada 2020. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga industri susu dan daging berpeluang besar untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja (Asosiasi Industri Pengolah Susu)

    Nilai tambah yang lainnya adalah potensi untuk mengembangkan produk hasil ternak lokal yang lebih aman dan menyehatkan dibanding produk-produk hasil ternak impor. Potensi ini dilandaskan pada hasil riset ilmiah yang telah dilakukan oleh Prof. Irma yang sejak 2008 telah meneliti bakteri asam laktat (BAL) dan bahan alami untuk meningkatkan nilai tambah produk hasil ternak Indonesia.

    Penggunaan bakteri asam laktat saat ini tengah menjadi tren di Indonesia. Apabila kita mengunjungi minimarket dan supermarket terdekat, akan banyak ditemukan produk susu dan olahan susu, salah satunya adalah yogurt baik hasil produksi dalam negeri maupun produk impor.

    Yogurt adalah produk probiotik yang mengandung mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup akan bermanfaat bagi kesehatan manusia. Mikroorganisme ini adalah bakteri asam laktat (BAL).

    Daging adalah produk pangan hewani yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber isolasi bakteri asam laktat ini. Dari tahun 2008-2010, para peneliti Indonesia berhasil mengidentifikasi dan mengisolasi 20 bakteri asam laktat dari daging sapi lokal Indonesia, dari bangsa peranakan ongole.

    Namun tidak semua bakteri asam laktat yang berhasil diisolasi memiliki sifat probiotik, yang bermanfaat bagi kesehatan. Dalam penelitiannya Prof. Irma berhasil mengidentifikasi dan mengisolasi 10 bakteri asam laktat dari 20 bakteri asam laktat dalam hasil ternak lokal Indonesia yang memiliki karakteristik ini.

    Karakteristik probiotik dalam penelitian sebelumnya digambarkan dengan kemampuannya untuk mencegah diare yang salah satunya disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif atau bakteri jahat yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

    Pencemaran E. coli ini marak terjadi di Indonesia. Informasi dari Kementerian Kesehatan menyebutkan, gejala penyakit ini berupa sakit perut seperti kram dan diare yang pada sebagian kasus bahkan dapat mengeluarkan diare berdarah (haemorrhagic colitis). Juga dapat timbul demam dan muntah.

  • Bappeda Kabupaten Tegal Kunjungi Fapet, Bahas Rencana Pelaksanaan Kedaireka untuk Kambing - Domba

    Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menerima kunjungan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tegal pada (1/12). Bertempat di ruang sidang Fapet, rombongan yang terdiri dari Kepala Bappeda beserta jajarannya. Dr. Sugeng Santoso, pihak yang menjembatani pertemuan tersebut menjelaskan bahwa setiap tahun ada kegiatan IPB di Tegal (Bappeda). Dosen Fakultas Pertanian IPB University ini mengatakan jika akan lebih baik jika ada orang IPB lebih banyak berpartisipasi di Tegal.

    Dekan Fapet, Dr. Idat Galih Permana menyambut baik kunjungan tersebut. Agenda kunjungan adalah mendiskusikan kerjasama Fapet dengan Kab. Tegal melalui program pengembangan kambing dan domba di Kab. Tegal. “Tegal merupakan daerah lintasan Jateng ke Jabar, suatu kondisi yang strategis untuk pengembangan ternak tidak hanya untuk kebutuhan Tegal namun juga Jabotabek” ujar Dekan Fapet dalam pembukaan acara tersebut.

    Kepala Bidang Perekonomian dan Sumberdaya Alam Bappeda Tegal,  Sigit Dwi Nugroho S, S.TP menyampaikan beberapa poin penting perihal kerjasama antara Kab. Tegal dengan IPB. Diawali tahun 2006 Bappeda Kab. Tegal bekerja sama dengan IPB untuk menyusun masterplan pertanian hingga saat ini sudah terjalin kerjasama lainnya termasuk KKN mahasiswa dan pengabdian masyarakat. “Pada tahun ini, menjajaki Kedaireka pertanian. Untuk peternakan kami melihat potensi daging kambing dan domba untuk kebutuhan sate tegal. Ada 200 warung sate di 5 kecamatan di Tegal  dengan kebutuhan : 500-1000 ekor per hari dan saat ini belum ada teknologi memperbanyak domba” ungkapnya.

    Rencana tersebut didukung pula oleh kehadiran Prof. Asep Gunawan dan M. Baihqi, M.Sc  yang nantinya akan terlibat langsung dalam kerjasama tersebut. Menurut Prof. Asep, dengan adanya kedaireka dapat lebih mempercepat program tersebut “Inovasi dan kolaborasi hal yang luar biasa untuk pemda, kami terus lakukan perbaikan dan identifikasi kualitas bibit dan daging premium yang kaya akan kandungan mineral, anti hipertensi dan sudah menemukan marker seleksi untuk keempukan” ujar peraih penghargaan People of The Year Metro TV 2022 ini.

    Ketua Departemen INTP Fapet, Prof. Anuraga Jayanegara turut mendukung program tersebut. “Kami siap berkolaborasi, di INTP ada pakan ada nutrisi, khusus domba ada standar kebutuhan dan kami akan rekomendasikan kebutuhan zat gizi” ujarnya. (Femmy)

  • Begini Hikmah Bakteri Baik pada Produk Peternakan

    Indonesia dikaruniai mega-biodiversitas flora-fauna yang tinggi, hal ini beriringan dengan diversitas mikrobanya yang juga tinggi. Terkait mikroba, beberapa pangan lokal daerah di Indonesia dihasilkan dengan memanfaatkan aktivitas mikroba.

    Prof Irma Isnafia Arief, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan pada acara Kajian Kauniyah Ramadan yang diselenggarakan Masjid Al-Hurriyyah IPB University, akhir pekan lalu menyampaikan beberapa produk lokal olahan berbasis aktivitas mikroba yang menguntungkan.  Di antaranya ialah sie reuboh dari Aceh, dadih dari Sumatera Barat, dangke dari Enrekang dan daging se'i dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

    "Sie reuboh itu pengolahan daging dengan berbagai bumbu kemudian didinginkan sehingga terjadi proses fermentasi alamiah, dadih merupakan susu kerbau fermentasi pada wadah bambu yang ditutup daun pisang selama 48 jam, sementara dangke yaitu keju segar dari susu kerbau atau sapi yang diberikan getah pepaya dan dibiarkan selama tiga jam, bentuknya itu seperti tahu atau keju," jelasnya

    Sementara daging se'i merupakan daging asap terfermentasi alamiah. Umumnya asap yang digunakan berasal dari bakaran kayu Kosambi. Untuk menyantapnya, daging se'i asap biasanya harus dimasak terlebih dahulu.

    "Asap dari kayu Kosambi itu akan memberikan flavour yang khas, daging se'i akan di angin-anginkan selama lima hari dan akan terjadi proses fermentasi oleh bakteri asam laktat yang tahan terhadap asam dan asap yang asalnya dari daging itu sendiri," tuturnya.

    Ia menambahkan bahwa bakteri tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan senyawa antimikroba sehingga mampu mencegah kontaminasi silang dari bakteri patogen perusak daging sehingga daya simpannya lebih awet.

    "Bakteri asam laktat itu juga mampu menghasilkan enzim-enzim yang bisa merombak protein pada daging menjadi komponen yang lebih sederhana seperti peptida atau asam amino sehingga lebih mudah diserap. Akhirnya daging se'i ini lebih empuk karena komponennya sudah dipecah oleh enzim yang ada," ungkapnya.

    Selain itu terdapat olahan susu lainnya yang memanfaatkan mikroba misalnya yoghurt yang berasal dari susu sapi atau kambing difermentasikan menggunakan bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus.

    Mikroba baik menguntungkan atau biasa disebut probiotik ini memiliki beragam manfaat. Menurut Prof Irma di antara manfaatnya yaitu menghambat penempelan bakteri patogen pada saluran pencernaan dengan mengeluarkan zat antimikroba, anti inflamasi, mereduksi tranlokasi bakteri jahat juga memodifikasi toksin atau reseptor toksin di saluran pencernaan.

    "Selain itu bakteri baik atau probiotik ini juga berperan sebagai imunomodulator yaitu mampu men-trigger sel imun untuk meningkatkan imunitas tubuh," jelasnya. (ipb.ac.id)

  • Begini Sistem Logistik Pakan yang Efisien serta Strategi Saat Pandemi

    Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB University bersama Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) adakan training online dengan tema Sistem Logistik Pakan yang Efisien, (4-5/6). Pada hari pertama, hadir Istiadi SPt, MM General Manager PT Charoen Pokphand Indonesia selaku pembicara utama. Acara ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai daerah dan latar belakang.

    Pada pemaparannya Istiadi menyampaikan bahwa logistik meliputi perencanaan, penerapan, dan pengendalian aliran fisik material dan barang jadi dari titik asal ke titik penggunaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan profit. Karena itu logistik harus dilakukan secara efektif dan efisien supaya mendapatkan profit yang diinginkan.

    "Logistik pakan di Indonesia khususnya logistik pakan ruminansia terbagi tiga aspek mulai dari raw material, work in process dan finished good. Setiap alur harus dilaksanakan perencanaan dan pengendalian,” jelasnya.

    Pada aspek raw material, berkaitan dengan sumber bahan baku yaitu impor dan lokal. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan pemakaian bahan baku lokal.

    “Ini menjadi pertimbangan apakah bahan baku tertentu akan kita stok banyak atau tidak. Pada bahan baku lokal, ketika pemasok bisa melakukan one day delivery maka kita tidak perlu stok banyak. Untuk bahan baku impor kita harus bayar dulu. Disamping itu, waktu pengiriman juga lama sekitar 40-45 hari. Moda transportasi juga menjadi pertimbangan," tuturnya

    Ia menambahkan dalam pengadaan logistik pakan dilakukan proses konfirmasi dan ini membedakannnya dengan pengadaan  tradisional. Misal kapan waktu kapal akan jalan, sudah sampai dimana sehingga ada monitoring hal ini untuk mengurangi masalah biaya selama transportasi. Bahkan jika dapat data yang akurat kita bisa lakukan timing kapan untuk membeli bahan tersebut.

    Menurutnya pada masa pandemi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu meliputi inventory manajemen, collaborative supply yaitu menjaga hubungan baik dengan pemasok, lowest possible cost yaitu memperhatikan hukum permintaan dan penawaran serta moda transportasi, ensure quality raw material yaitu memperhatikan waktu penyimpanan serta kualitas bahan baku, serta financial strategy yaitu strategi keuangan.

    Pada production planing meliputi forecasting, produk jadi serta machinary part. Pada masa pandemi harus memperhatikan jumlah bahan baku yang diperlukan serta yang harus di-stok. Selain forecasting juga harus dilakukan production schedule.

    "Production schedule memperhatikan dua hal yaitu make to order dan make to stock. Make to order yaitu produk diproduksi berdasarkan pesanan customer, make to stock itu produk diproduksi berdasarkan inventory level,” ungkapnya.

    Ia menjelaskan bahwa pada masa pandemi tidak banyak yang bisa diperbaiki untuk gudang dan tata letak produksi dalam waktu singkat. Namun kita bisa melakukan review dengan kondisi aktual.
    “Contoh kasus pintu akses untuk pakan, orang dan bahan baku. Hal utama dalam pandemi ini adalah kesulitan perencanaan produksi dan juga kapasitas gudang. Aerasi dan perawatan khusus dapat  memperpanjang umur simpan bahan baku,” jelasnya.

    Kondisi pandemi serta kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berdampak pada penurunan permintaan pakan ternak.
    Ia pun memaparkan strategi yang harus dilakukan dalam kondisi penurunan permintaan pakan. Strategi itu meliputi review marketing forecast terkait jenis pakan yang terganggu penjualannya (broiler, layer, breeder, pig, dan lain-lain), review tingkat persediaan (inventory level) produk agar tidak terganggu atau berlebih, review kerja logistik produk terkait gangguan pengiriman ada atau tidak, dan terakhir maintain kualitas produk untuk menjaga kepuasan pelanggan.

    Di akhir acara, Istiadi memberikan simpulan bahwa logistik yang baik mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan sehingga meningkatkan daya saing bahan baku lokal. Sistem manajemen logistik yang efisien mampu meningkatkan profitabilitas industri, dengan mengurangi semua lini kegiatan dan mengurangi loss/susut yang terjadi karena kerusakan barang.

    "Sistem logistik yang efektif adalah yang mampu menghadapi segala situasi dan kondisi yang terjadi, sehingga mampu meningkatkan strategi manajemen dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan", tandasnya (ipb.ac.id)

  • Beli Daging Tapi Kualitasnya Menurun? Ikuti Tips dari Dr Tuti Suryati

    Kualitas daging baik sapi, unggas, maupun ikan akan kian menurun ketika kondisinya sudah tidak segar. Penyebabnya bisa dari pemrosesan dan penyimpanan yang kurang baik. Terkadang, masyarakat tidak menyadari dampak kesehatannya bila daging tidak ditangani dengan baik.

    Dr Tuti Suryati, pakar dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University menjelaskan, karakteristik daging terutama daging ternak memiliki sifat mudah rusak dan busuk, apalagi jika terkontaminasi oleh mikroba. Penanganan dan perlakuan ternak mulai sebelum pemotongan, saat pemotongan, pasca pemotongan, distribusi daging, hingga pengolahannya sangat berpengaruh terhadap kualitasnya.

    “Penanganan daging sangat dianjurkan untuk menggunakan sistem rantai dingin (cold chain system). Artinya setelah pemotongan hingga sebelum diolah, daging sebaiknya ditangani menggunakan suhu dingin, kecuali produk tersebut diproses secara kering relatif akan lebih awet,” jelasnya dalam wawancara dengan Reporter Humas IPB University belum lama ini.

    Dengan kadar air bebas yang tinggi, imbuhnya, otomatis mikroba akan mudah tumbuh di dalam daging. Proses thawing atau pencairan kembali daging beku harus dilakukan dengan hati-hati. Terlebih, daging sangat memungkinkan mengalami kontaminasi selama proses pemotongan hingga pasca pemotongan.

    Menurutnya, pembelian daging segar dalam keadaan beku secara online lebih berisiko lagi. Pembekuan daging memang bisa menjaga keawetannya hingga enam bulan. Namun, proses thawing menjadi fase kritis dalam penurunan kualitas daging. Ketika dibawa oleh kurir, daging tersebut telah mengalami proses thawing di sepanjang perjalanan.

    “Saat membeli daging beku, sebaiknya bila daging tidak akan langsung diolah, daging jangan dicairkan, harus dijaga dalam keadaan beku walau dibeli secara online. Daging yang dikirim secara online harus dikirim melalui jasa pengiriman yang dilengkapi sistem pendingin yang memadai,” ungkapnya.

    Ia menjelaskan, pembekuan kembali daging yang sudah melewati proses thawing juga sangat tidak disarankan. Bila dibekukan kembali, akan terjadi kristalisasi dalam daging yang merusak struktur daging. Ketika daging dicairkan kembali, akan terjadi peningkatan air yang keluar dari daging dan sari daging akan ikut terbuang. Selain itu akan terjadi juga peningkatan pertumbuhan mikroba pada daging tersebut.

    “Maka dari itu, tekstur daging akan terasa alot bila diolah dan cepat rusak. Hal ini berlaku juga pada daging olahan seperti sosis dan bakso,” tambahnya.

    Ia menyarankan, proses thawing dilakukan secara bertahap. Daging beku diturunkan suhunya secara perlahan dengan menyimpannya di bagian pendingin. Cara lainnya adalah dengan mengaliri atau merendamnya dengan air bersih namun daging harus tetap berada dalam kemasan. Ia sangat tidak menyarankan untuk merendam daging beku dengan air panas, karena akan meningkatkan kontaminasi mikroba dan merusak kualitas daging.

    “Bila proses thawing tidak dilakukan secara hati-hati, ada kemungkinan kontaminasi mikroba akan semakin meningkat, karena suhu ruang menjadi suhu yang baik bagi mikroba untuk tumbuh,” ujar Pakar Produksi Ternak IPB University ini.

    Menurutnya, daging beku yang sudah di-thawing harus langsung diolah. Bila melakukan pembelian daging segar dalam jumlah besar, daging bisa dipotong sesuai ukuran yang diperlukan untuk sekali mengolah. Daging kemudian dikemas dan disimpan beku untuk diolah pada saat diperlukan.

    “Proses penanganan dan penyimpanan daging juga sangat diperlukan untuk daging yang berasal dari daging kurban. Daging kurban umumnya diproses tanpa menunggu fase rigor mortis (kejang mayat) pada karkas selesai dan tanpa pelayuan untuk menghasilkan kualitas daging yang baik. Hal ini berpotensi menghasilkan daging yang alot,” ujarnya.

    Selain itu, lanjutnya, penanganan daging kurban umumnya diproses tanpa memperhatikan hygiene dan sanitasi yang memadai, demikian juga fasilitas yang digunakan. Sehingga perlu penanganan khusus untuk daging kurban tersebut.

    “Jika pencucian tidak bisa dihindari, maka lakukan pencucian dengan air bersih yang mengalir, bilasan terakhir boleh menggunakan air siap minum (potable water). Selanjutkan permukaan daging ditiriskan dari tetesan air, bisa dilap dengan tissue. Daging selanjutnya dikemas dan disimpan dulu di refrigerator beberapa waktu. Bisa sampai 6-12 jam, baru kemudian simpan beku di freezer, jika tidak akan langsung diolah,” tandasnya (ipb.ac.id)