News

Mahasiswa dari Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar Seminar Gerakan Protein Sehat di Auditorium Andi Hakim Nasution, Kampus IPB Dramaga, Bogor (5/5). Dalam seminar ini terungkap bahwa rata-rata jumlah kecukupan protein pada masyarakat Indonesia per harinya masih jauh dari kata cukup. Oleh karena itu, dalam gerakan ini, mahasiswa Fapet ingin mengkampanyekan pentingnya mengkonsumsi susu dan telur.

Dalam seminar ini, hadir tiga pembicara yakni Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian RI, Ir. Fini Murfiani, M.Si, pakar gizi IPB, Dr. Rimbawan dan Production Manager dari PT. Cimory, Rasimin S.TP.

Menurut Ir. Fini, salah satu produk peternakan yang telah berada di angka aman untuk mencukupi konsumsi adalah produk unggas, termasuk telur. Namun sayangnya, produksi susu dalam negeri masih belum bisa mencukupi kebutuhan konsumsi. Satu sapi di Indonesia hanya mampu memproduksi susu 13 liter per ekor per hari, sedang di luar negeri sudah ada yang mencapai 50 liter per ekor per hari. “Hal ini pula yang menyebabkan jumlah impor susu masih besar,” ujarnya.

Sementara itu, menurut Dr. Rimbawan, konsumsi protein semakin berkurang seiring dengan pertambahan umur. Padahal protein sangat penting bagi kehidupan, bagi pertumbuhan otak, recovery tubuh, pertumbuhan massa otot dan lain-lain. Dibandingkan dengan bahan pangan hewani lainnya, telur dan susu masih menjadi makanan penyedia protein terbaik. Dengan harga lebih murah daripada produk protein hewani lainnya, susu dan telur menjadi pilihan terbaik dalam mencukupi kebutuhan protein per hari.

Dr. Rimbawan juga menghimbau untuk tidak termakan dengan teori yang dicetuskan kelompok anti protein hewani dan selalu berpikir kritis. “Konsumsi protein hewani dan nabati harus seimbang agar semua aspek gizi terpenuhi. Perlu diingat, konsumsi telur dan protein yang kaya protein pun harus dibatasi per harinya, dua telur sudah cukup per harinya,” ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Rasimin menjelaskan bahwa visi dan misi Cimory ingin membantu masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan protein  engan harga yang murah. Sebagai perusahaan lokal yang berkembang pesat, produk Cimory telah menjadi pilihan masyarakat dalam memenuhi kandungan protein.  Cimory juga ingin jadi pioneer yang membantu para peternak Indonesia dalam mendistribusikan susu perahan sapi mereka. (kumparan.com)

Salah satu industri olahan hasil ternak, yakni industri persusuan nasional telah mengalami perubahan nyata baik dalam hal populasi maupun produksinya dalam 7 tahun terakhir. Menurut catatan Dewan Persusuan Nasional, produksi susu segar pada 2012 berjumlah 700 ton dengan produktifitas rata-rata 3300 liter per masa laktasi. Adapun pada kondisi di 2020, diprediksi produksinya mencapai 3000 ribu ton, dengan tingkat produktifitas mencapai 4500 liter per masa laktasi.

Terdapat empat peluang utama pengembangan produk susu. Peluang itu yakni, "dapat dikonsumsi semua kelompok usia, sejak bayi sampai manula. Produk susu juga bisa merupakan produk pangan umum maupun untuk kebutuhan khusus," kata Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof Dr. Irma Isnafia Arief dalam Workshop Penerapan Teknologi 4.0 pada Rantai Pasok Industri Olahan Hasil Ternak di Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor pada 2 Mei 2019 lalu. Acara diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI), dan diikuti oleh para praktisi, akademisi dan pemerhati bidang logistik produk olahan hasil ternak dari berbagai daerah.

Peluang lain, jelas Irma yakni susu bisa menjadi produk utama maupun produk tambahan dalam sebuah produk makanan dan minuman. Aneka macam produk olahan susu terus berkembang dengan berbagai variasi jenis olahan susu, baik berbentuk minuman dan makanan dengan susu. Produk susu juga terus berkembang dengan aneka inovasi produk turunannya, mulai dari susu cair, susu bubuk, susu skim, whey, krim (lemak susu), keju, yogurt, kasein, kalsium.

Berbagai peluang dan tantangan produk olahan susu tersebut harus ditopang dengan kesiapan industri domestik dalam memasuki era industri 4.0. Tidak hanya peralatan serta sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan, namun juga sumber daya manusianya pun senantiasa ditingkatkan ketrampilannya sehingga tidak gagap dalam menapaki revolusi industri 4.0.