Tantangan Industri Olahan Susu di Era 4.0

Salah satu industri olahan hasil ternak, yakni industri persusuan nasional telah mengalami perubahan nyata baik dalam hal populasi maupun produksinya dalam 7 tahun terakhir. Menurut catatan Dewan Persusuan Nasional, produksi susu segar pada 2012 berjumlah 700 ton dengan produktifitas rata-rata 3300 liter per masa laktasi. Adapun pada kondisi di 2020, diprediksi produksinya mencapai 3000 ribu ton, dengan tingkat produktifitas mencapai 4500 liter per masa laktasi.

Terdapat empat peluang utama pengembangan produk susu. Peluang itu yakni, "dapat dikonsumsi semua kelompok usia, sejak bayi sampai manula. Produk susu juga bisa merupakan produk pangan umum maupun untuk kebutuhan khusus," kata Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof Dr. Irma Isnafia Arief dalam Workshop Penerapan Teknologi 4.0 pada Rantai Pasok Industri Olahan Hasil Ternak di Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor pada 2 Mei 2019 lalu. Acara diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI), dan diikuti oleh para praktisi, akademisi dan pemerhati bidang logistik produk olahan hasil ternak dari berbagai daerah.

Peluang lain, jelas Irma yakni susu bisa menjadi produk utama maupun produk tambahan dalam sebuah produk makanan dan minuman. Aneka macam produk olahan susu terus berkembang dengan berbagai variasi jenis olahan susu, baik berbentuk minuman dan makanan dengan susu. Produk susu juga terus berkembang dengan aneka inovasi produk turunannya, mulai dari susu cair, susu bubuk, susu skim, whey, krim (lemak susu), keju, yogurt, kasein, kalsium.

Berbagai peluang dan tantangan produk olahan susu tersebut harus ditopang dengan kesiapan industri domestik dalam memasuki era industri 4.0. Tidak hanya peralatan serta sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan, namun juga sumber daya manusianya pun senantiasa ditingkatkan ketrampilannya sehingga tidak gagap dalam menapaki revolusi industri 4.0.