News

Menjadi seorang atlit panahan merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa, salah satunya adalah Rachmat Ilham Maulana. Ia merupakan mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Ketekunan dan keuletan Ilham berlatih panahan berhasil mengantarkannya meraih juara 2 di ajang Beat Indoor Archery Championship (BIAC) 2018 kualifikasi Barebow Putra. Event nasional yang digelar pada 10-11 Februari 2018 ini diikuti oleh berbagai klub dan organisasi panahan di seluruh Indonesia. Kategori yang diperlombakan di ajang ini adalah Barebow U-9 standar nasional SD, Barebow U-14 standar nasional SMP dan SMA/umum, dan Barebow umum.

Mahasiswa kelahiran Jakarta ini telah mengikuti UKM Panahan sejak masih semester 3. Pada mulanya Ilham mendaftar UKM Panahan karena penasaran dengan jenis olah raga ini. Ia mengaku, ketika masih awal kuliah di IPB belum tahu sama sekali tentang panahan. Hal inilah yang membuat Ilham bersikukuh mendaftar UKM Panahan.

“Saya dulu mendaftar UKM Panahan karena benar-benar penasaran apa itu panahan, nah pas waktu dibuka pendaftaran saya langsung daftar dan alhamdulillah diterima,” ujar Ilham.

Rasa penasaran Ilham semakin bertambah manakala ia resmi menjadi anggota sekaligus pengurus di UKM Panahan.

“Ketika sudah merasakan bisa memanah dan ikut lomba, saya semakin senang dan semakin tertarik dengan panahan,” tambahnya.

Meskipun disibukkan dengan kegiatan akademik, Ilham tetap berusaha meluangkan waktunya untuk berlatih panahan setiap hari. Latihan yang Ilham lakukan cukup beragam. Apabila waktu yang tersedia banyak, Ilham akan berlatih meluncurkan anak panah, namun apabila waktunya hanya sedikit, Ilham hanya sekedar berlatih menarik-narik busur. Target Ilham cukup sederhana, salah satunya adalah ia bisa mendapat skor di 18 meter dan bisa melewati 270/300.

“Alhamdulillah saya senang sekali karena target saya ikut lomba ini supaya teknik dan hasil skor ketika latihan tidak berubah. Ibaratnya ikut lomba itu seperti latihan bareng dengan klub-klub lain,” tutur Ilham.

Sebelumnya, Ilham yang merupakan staff Pelatihan dan Peralatan UKM Panahan ini juga pernah mendapat juara 2 pada ajang Dankorpaskhas Cup 2017. Event ini merupakan event yang digelar dalam rangka ulang tahun TNI AU. 

“Kalau ikut lomba yang terpenting senangnya, kalaupun menang itu hanya bonus saja,” tambahnya. (ipb.ac.id)

Sapi simmental dan limousin merupakan bangsa Bos taurus yang merupakan tipe sapi pedaging. Pemberian pakan protein tinggi diharapkan dapat meningkatkan jumlah dan kualitas embrio yang dihasilkan pada sapi ini. Ternak yang mengalami defisiensi nutrisi akan mengalami penurunan efisiensi reproduksi dan gangguan reproduksi pada ternak betina maupun jantan. Kekurangan protein dalam pakan dapat menyebabkan gangguan reproduksi pada ternak seperti birahi yang lemah, kematian embrio, dan kelahiran prematur.

Siaran pers IPB, tiga orang peneliti yaitu D Hardiyanto dan C Sumantri dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama  D Zamanti dari Balai Embrio Ternak Cipelang Bogor, Kementerian Pertanian melakukan penelitian untuk mengevaluasi pengaruh pakan dengan kadar protein berbeda yang diberikan pada bangsa sapi simmental dan limousin terhadap kualitas embrio yang dihasilkan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2016 di Balai Embrio Ternak Cipelang, Bogor. Pemberian pakan terhadap sapi donor dan resipien dibagi menjadi dua, yaitu konsentrat dan hijauan. Konsentrat diberikan pada siang hari, sedangkan hijauan diberikan pada pagi hari dan siang hari menjelang sore. "Pemberian pakan dengan kadar protein berbeda pada penelitian ini tidak memiliki pengaruh terhadap produksi embrio pada bangsa sapi simmental dan limousin. Faktor penting perolehan produksi kualitas embrio layak transfer tidak dipengaruhi oleh bangsa sapi yang berbeda," ujar Sumantri.

Dijelaskan, hasil perolehan embrio pada bangsa sapi simmental dan limousin umur 3-6 tahun terhadap pemberian kadar protein 15-20 persen menunjukkan tidak terdapat pengaruh terhadap kualitas embrio yang dihasilkan. Peneliti ini menjelaskan bahwa pemberian kadar protein berbeda diharapkan dapat terlihat secara jelas pada rataan perolehan embrio layak transfer (ELT) atau terjadinya fertilitas dua sel, yaitu sel jantan dan betina yang paling baik dengan pemberian pakan dengan kadar protein berbeda. "Fertilisasi merupakan proses bertemunya sel sperma dengan sel telur. Sel telur diaktivasi untuk memulai perkembangannya dan inti sel dari dua gamet akan bersatu untuk menyempurnakan proses reproduksi seksual. Pada kadar protein pakan 17% perolehan embrio layak transfer mencapai optimum," ujarnya. (bogor.tribunnews.com)