IPBSDG4

  • Fakultas Peternakan IPB University Gencarkan Konsumsi Daging Ayam IPB D1 dan Kelinci

    Untuk meningkatkan konsumsi daging ayam IPB D-1 dan daging kelinci, Fakultas Peternakan IPB University menggelar webinar kedaireka. Kegiatan yang mengusung tema “Pengolahan Daging Ayam IPB dan Daging Kelinci yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) serta Launching Produk Unggulannya ini merupakan hasil kerjasama dengan peternakan Sinar Harapan Farm (SHF), (14/11).

    Dalam sambutannya, Sekretaris Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan IPB University Dr Jakaria mengatakan bahwa program ini merupakan salah satu media belajar mahasiswa. Terutama pada pendekatan gizi dan kuliner yang mampu mengubah sudut pandang masyarakat serta dapat meningkatkan diversifikasi produk ternak yang belum populer.

    “Kegiatan ini juga menjadi wadah dalam peningkatan kompetensi mahasiswa untuk berinovasi dan berdedikasi dalam pengembangan pengolahan produk hasil ternak. Daging ayam IPB-D1 dan daging kelinci merupakan komoditas dengan potensi nutrisi yang tinggi, namun eksistensinya masih rendah di kalangan masyarakat. Butuh inovasi pada produk pengolahan hasil ternaknya,” ujarnya. 

    Ada tiga narasumber yang hadir dalam webinar ini. Mereka adalah Indah Wulandari, SGz, RD (ahli gizi RSUP Dr Kariadi Semarang), Dr Ir Astari Apriantini, SGz, MSc (Dosen Fakultas Peternakan IPB University) dan Ali Mustopa, SPt (Direktur Sinar Harapan Farm).

    Dalam paparannya, Indah menjelaskan bawah daging ayam IPB D1 dan daging kelinci bermanfaat bagi Kesehatan. Menurutnya, salah satu kandungan gizi yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sumber protein hewani adalah daging ayam dan daging kelinci.

    “Keduanya masuk dalam golongan white meat yang lebih rendah lemak dibandingkan red meat. White meat ini memiliki manfaat seperti kandungan protein tinggi. Kandungan lemaknya juga rendah sehingga baik untuk diet, untuk pasien jantung dan menurunkan tekanan darah,” jelasnya. 

    Ia menambahkan bahwa, kandungan zat besinya juga cukup tinggi (27 persen). Vitamin B12 dalam white meat ini baik untuk pembentukan sel darah merah sehingga cocok untuk pasien dengan gangguan sistem saraf, diabetes mellitus, memelihara kesuburan (magnesium selenium sebagai antioksidan), kalsium lemak omega 3. 

    “Pemilihan daging ayam dan kelinci yang baik yaitu memiliki karakteristik putih kemerahan cerah, bau tidak menyimpang, tidak kering, serabut relatif halus dan tidak terdapat darah. Perhatikan suhu penyimpanan agar daging tidak terkontaminasi dari bakteri dan kuman,” imbuhnya.

    Sementara itu, Dr Astari menyampaikan tentang strategi sosialisasi daging ayam IPB-D1 dan daging kelinci untuk meningkatkan persepsi positif konsumen. 
    “Salah satu alternatif yang baik untuk memenuhi ketahanan pangan adalah dengan mengonsumsi daging ayam IPB D1 dan daging kelinci. Daging ayam IPB D1 memiliki karakteristik yang tidak berbeda jauh dengan daging ayam kampung, serta produktivitas daging kelinci yang tinggi mampu menghasilkan daging dalam waktu yang singkat. Keduanya memiliki prospek untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia,” ujarnya.

    Namun sayang, lanjutnya, daging kelinci kurang dikenali oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi untuk meningkatkan preferensi konsumen terhadap daging ayam IPB D1 dan daging kelinci. Bisa melalui edukasi, melakukan diversifikasi produk agar dapat menarik perhatian masyarakat serta mempromosikannya melalui media sosial

    Ali Mustopa, selaku Direktur Sinar Harapan Farm menyampaikan tentang produk olahan dari ayam IPB-D1 dan daging kelinci di SHF Sukabumi.

    “Daging Ayam IPB-D1 dapat diolah menjadi ayam ungkep. Daging ini memiliki tekstur tidak keras sehingga memerlukan pengolahan dengan waktu yang relatif singkat. Selain itu pemanfaatan ternak lainnya seperti kelinci juga memiliki banyak manfaat. Seperti pemanfaatan daging kelinci untuk produk daging geprek, kulit kelinci untuk bahan utama tabuhan anak-anak hingga pemanfaatan limbah urin kelinci guna pengganti pupuk urea,” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan IPB University Jalin Kerjasama dengan GrainPro Philippines Inc.

    Dalam rangka kolaborasi yang meliputi penelitian, pengajaran dan publikasi, Fakultas Peternakan IPB University tandatangani Memorandum of Agreement (MoA) dengan GrainPro Philippines Inc.  Penandatanganan MoA dilakukan oleh Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Idat Galih. Permana, M. Sc.Agr dan Engr. Ma. Theresa A. Enriquez Division Manager for Asia Pacific

    GRAINPRO PHILIPPINES INC.  secara virtual melalui aplikasi zoom meeting pada hari Senin (12/4) kemarin. “GrainPro adalah perusahaan yang bergerak di bidang pasca panen, meliputi penyimpanan komoditas agribisnis seperti biji-bijian, jagung, dedak. Kami ingin membuat perubahan yang besar dari pasca panen pertanian bukan hanya di Asia Tenggara tapi juga di seluruh dunia ” Menurut Doktor Thes Enriquez. Hadir pula dalam acara tersebut perwakilan dari GrainPro Philippines Inc. Allan V. Quintoss, DVM.

    “Ini adalah acara yang penting bagi kita, untuk memperkuat kolaborasi internasional khususnya di bidang penelitian. Kolaborasi ini diprakarsai oleh Prof. Nahrowi yang sedang mengadakan penelitian dan teknologi di industri pabrik pakan” ujar Dekan Fakultas Peternakan IPB Dr. Ir. Idat Galih dalam sambutannya di hadapan para tamu yang hadir pada penandatanganan MoA tersebut.

    Setelah penandatanganan oleh kedua belah pihak, acara dilanjutkan dengan diskusi terkait rencana realisasi kerjasama di bidang Pendidikan, penelitian dan Pengabdian Masyarakar. GrainPro juga bersedia menjadi mitra kerjasama untuk kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk mahasiswa Fakultas Peternakan IPB dan juga kegiatan “Job Training” untuk para lulusan Fapet IPB.

    Pada kesempatan tersebut, perwakilan GrainPro Allan V. Quintoss, DVM juga menyampaikan presentasi tentang Hermetic Technology : Storage Solutions for Sustainable Feedmill and Livestock Industries.  pemaparan disertai gambaran, tujuan dan data-data serta penjelasan mengenai Hermetic Technology yang dihadirkan melalui video.

    Hadir juga dalam penandatanganan MoA ini Global Technical Manager GrainPro wilayah Asia Pasific Dr. Melanie Blanca-Ocreto serta Technical Support Manager Alnor Limbo, serta Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt, M.Si., Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Dr. Sri Suharti, S.Pt., M.Si dan para Kepala Divisi yaitu Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Sumiati, M.Sc dari Fakultas Peternakan IPB University. (Femmy)

  • Fakultas Peternakan IPB University Mengadakan Pelatihan Penulisan Berita Bersama Pimred IPB Today

    Pada Rabu (17/3) kemarin, Fakultas Peternakan IPB University mengadakan Pelatihan Daring Penulisan Berita pada Sosial Media secara online melalui aplikasi zoom. Acara ini menghadirkan Kepala Bagian Humas IPB Siti Nuryati, S.TP, M.Si yang juga Pimpinan Redaksi IPB Today sebagai narasumber.

    Acara ini diselenggarakan untuk para Tenaga Kependidikan dan Dosen di Fakultas Peternakan dan dihadiri pula oleh Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Idat Galih. Permana, M. Sc.Agr yang membuka acara sekaligus memberikan sambutan dan apresiasi terhadap kehadiran narasumber dan para peserta. “Selama ini website baik di Fakultas maupun di Departemen sudah dikelola dengan baik, namun demikian masih banyak informasi atau berita belum sepenuhnya mengalir ke website, untuk itu hari ini kita akan sama-sama mendengarkan dari Bu Nur bagaimana kita membuat satu konten pemberitaan” ujar beliau dalam sambutannya.

    Pada kesempatan ini, Siti Nuryati, S.TP, M.Si selaku narasumber memberikan pelatihan secara menarik dengan menghadirkan presentasi yang lengkap serta mudah dipahami oleh para peserta. Beliau juga sangat komunikatif menjelaskan cara membangun rasa percaya diri ketika ada peserta yang bertanya perihal hasil penulisan serta memberikan kiat-kiatnya agar penulis menjadi termotivasi.

    Salah satu peserta yang berasal dari kalangan dosen yaitu Windi Alzahra, S.Pt, M.Sc yang sedang berada di Wageningen University & Research Belanda berbagi kisah inspiratifnya dalam kegiatan penulisan di Web.  “Sebagai Scientist perlu mengkomunikasikan hasil kerja kita tidak hanya di jurnal, tapi juga bahasa populer, bahasa yang bisa diterima oleh masyarakat secara luas” ujarnya

  • Fakultas Peternakan IPB University Tingkatkan Peran Mahasiswa dalam Mewujudkan Green Campus Movement

    Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University bersama sama dengan Departemen Sosial dan Lingkungan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fapet dan didukung oleh Agriantia IPB University menyelenggarakan Webinar Green Campus Movement Tahun 2021, 31/7. Green Campus Movement merupakan sebuah aktivitas untuk mendukung program IPB University dalam mewujudkan empat elemen green campus. Elemen tersebut yaitu green transportation, green movement, green energy dan green building.  

    Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman kepada mahasiswa dalam menerapkan hal-hal baik dalam kehidupan mahasiswa sehari-hari untuk menjaga lingkungan.

    Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyampaikan mahasiswa berperan penting dalam memberikan kesadaran pada masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan, terutama di lingkungan sekitar kampus. Hal ini dapat mulai dari diri sendiri, dengan mengurangi penggunaan minuman kemasan dan membawa tumbler ketika sedang berpergian.

    Sementara, Retna Widayawati, Ketua Agrianita IPB University menyampaikan apresiasi dan dukungan terhadap Fakultas Peternakan yang telah mengadakan Webinar yang terkait dengan peduli lingkungan ini. Ia mengaku, Agrianita IPB University juga memiliki kesamaan visi untuk membentuk Green Campus sejak tahun 2018.

    “Agrianita juga pernah mengadakan program Asrama Bersih, untuk memberikan edukasi kepada mahasiswa untuk menjaga lingkungan asrama dengan baik,” ujarnya.

    Webinar ini menghadirkan dua pembicara yang aktif dalam mengedukasi masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan. Narasumber yang dihadirkan merupakan alumnus IPB University yaitu Ikrom Mustofa, Founder Yayasan Generasi Cerdas Iklim dan Ranitya Nurlita, Founder Waste Solution Hub.

    Ikrom menyampaikan mengenai peran mahasiswa dalam mendukung perubahan iklim untuk mewujudkan green campus. Ia mengatakan, dalam mendukung kesadaran lingkungan, mahasiswa dapat mulai dari kebiasaan hidup sehari- hari dan memberikan edukasi masyarakat agar dapat peduli terhadap lingkungan dan membentuk masyarakat cerdas iklim.

    Sementara, Ranitya Nurlita, menyampaikan topik green lifestyle sebagai bentuk usaha penyelamatan lingkungan. “Salah satu green lifestyle yang dapat dilakukan mahasiswa adalah memilah sampah organik dan anorganik, serta memilah sampah anorganik yang produksi agar dapat dimanfaatkan Kembali,” ujar Ranitya Nurlita, Alumnus IPB University

  • Fapet IPB mendapatkan Hibah Kandang Tertutup (Closed House) dari PT. Charoen Phokpand Indonesia Tbk

    Fakultas Peternakan IPB mendapatkan hibah kandang tertutup (closed house) dari PT Charoen Phokphand Tbk, dengan  diawali penandatanganan perjanjian kerjasama antara PT. Charoen Phokpand Indonesia Tbk (CPI) dengan Fapet IPB (12/04). Perjanjian kerjasama yang dilakukan berupa Hibah Pendirian Kandang Tertutup (Close House) beserta perlengkapannya untuk ayam broiler di lokasi Laboratorium Lapangan Fapet IPB.

    Hadir dari PT.CPI  Andi Magdalena Siadari SH., MH, yang merupakan Sekjen Charoen Pokphand Foundation Indonesia sebagai penandatangan, dan pihak Fapet IPB dilakukan oleh Dr. Ir. Idat G. Permana, M.Agr.Sc selaku Dekan Fapet IPB.

    Kandang Close house yang akan dibangun dalam rangka pengembangan teaching farm di Fakultas Peternakan IPB ini, seluas 14 m x 85 m dengan kapasitas 20.000 ekor ayam.  Adapun maksud dan tujuan pemberian hibah berdasarkan Perjanjian ini adalah untuk melengkapi sarana belajar mengajar di Fapet IPB dengan fasilitas berupa Kandang, yang akan digunakan sebagai Sarana penelitian dan pengembangan, Sarana praktik budidaya ayam, Media aplikasi ilmu pengetahuan, Arena belajar mengajar dan berbagi pengetahuan teknis, serta dapat digunakan juga sebagai Miniatur dunia usaha

    Andi Magdalena dalam sambutannya menyampaikan bahwa pemberian hibah close house ini diharapkan dapat menjadi sarana praktik budidaya dan usaha peternakan ayam broiler secara komersial serta memungkinkan pengembangan close house yang dapat dijadikan sarana penelitian dan pendidikan.

    Dekan Fapet IPB, menyampaikan harapannya agar Closed House tersebut dapat dimanfaatkan sebagai teaching farm untuk mendukung kegiatan akademik para mahasiswa dan juga dimanfaatkan sebagai usaha komersial untuk menunjang sumber dana program-program pengembangan fakultas.

    Perjanjian kerjasama yang ditandatangai ini mencakup dua hal yaitu Perjanian Pemberian Hibah Kandang dan Perjanjian Pengelolaan Kandang. Setelah ditandatangani kedua perjanjian tersebut, dilanjutkan dengan diskusi dan ramah tamah antara Tim CPI dan Fapet IPB terkait perencanaan realisasinya.

    Hadir juga dalam penandatanganan kerjasama ini Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt, M.Si., Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Dr. Sri Suharti, S.Pt., M.Si, Ketua dan Sekretaris Departemen serta Dr. Rudi Afnan yang sudah menginisiasi kerjasama tersebut. (Sri Suharti)

  • Fapet IPB menggelar seminar online Tips Bekerja Sehat dan Aman di Masa Pandemi Covid-19

    Pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini masih terus berlangsung dan telah banyak menimbulkan dampak serius pada kesehatan dan keselamatan. Sebagian besar kegiatan di Fakultas Peternakan IPB dilakukan secara non tatap muka (work from home/ WHF), tetapi beberapa kegiatan/pekerjaan tetap dilakukan secara tatap muka dan memerlukan kehadiran di tempat kerja (kampus).

    Untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran tenaga kependidikan dan mahasiswa yang bekerja di kampus baik di dalam ruangan, laboratorium, atau lapangan,  Fakultas Peternakan IPB menyelenggarakan acara seminar online dengan tema “Tema : Tips Bekerja Sehat dan Aman di Masa Pandemi Covid-19” (Rabu, 24/02/2021).

    Hadir sebagai narasumber,  dr. Siti Robiah Mubarokah (Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bogor), dan selaku moderator Iyep Komala, S.Pt, M.Si.

    Dr. Siti menyebutkan bahwa Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang penularannya dapat melalui : Droplets atau tetesan cairan yang berasal dari batuk dan bersin, kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan, atau menyentuh benda atau permukaan dengan virus di atasnya dan kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata sebelum mencuci tangan.   Beberapa beberapa hal yang patut diwaspadai yang dapat menjadi titik lengah dalam penyebaran Covid-19 diantaranya : kegiatan nongkrong/makan bareng, penggunaan lift (dalam jumlah banyak), Selfie/Foto grup, Rapat/kerja bareng, Asrama, kumpul keluarga besar, dalam satu kendaraan, antrean, dan toilet/tempat wudlu umum. Gejala klinis yang biasanya terjadi adalah, batuk-pilek, demam, letih-lesu, sakit tenggorokan dan gangguan pernapasan. Gejala lainnya yang pernah dilaporkan terjadi adalah : gangguan penciuman, gangguan pengecap, gaal-gatal, sakit kepala, gangguan pencernaan, diare, mual, mudah lelah, sariawan, dan sakit gigi.

    Kabar baiknya, saat ini vaksin Covid-19 sudah tersedia. Pemberian vaksin merupakan salah satu upaya yang dinilai paling efektif untuk mengatasi pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung, dan diharapkan dapat mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas lagi.

  • Fapet IPB University dan FLPI Bahas Rantai Dingin Produk Peternakan

    Fakultas Peternakan IPB University kembali mengadakan pelatihan daring bisnis rantai pasok peternakan. Kegiatan yang dilaksanakan pada 21/5 ini bekerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI). Pelatihan ini merupakan seri kedua yang digelar dan didukung oleh Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI). Kali ini membahas tentang manajemen rantai dingin produk peternakan (cold chain system).

    Hadir sebagai pembicara, Irene Natasha, praktisi di bidang manajemen produk khususnya rantai dingin produk dari ARPI. Irene adalah Direktur Komersil dan Operasional di PT Adib Cold Logistics. Hari sebelumnya pelatihan diisi oleh Dr Epi Taufik, dosen IPB University yang merupakan pakar teknologi hasil ternak dari Fakultas Peternakan (Fapet) dengan bahasan konsep rantai dingin produk peternakan.  

    Kegiatan dibuka oleh Zaenab selaku moderator kegiatan. Menurutnya, di tengah masa pandemi ini Fapet akan rutin melakukan kegiatan. Salah satu agenda yang akan dilakukan secara rutin adalah pelatihan dan diskusi online bersama FLPI.

    Pelatihan dilakukan dengan metode diskusi dimana peserta bebas untuk bertanya dan membahas materi selama waktu pelatihan. Materi yang dibahas adalah pengetahuan umum terkait cold chain system, jenis-jenis gudang penyimpanan, dan metode inventaris produk. Selain itu juga dibahas materi tentang sistem manajemen warehouse, peralatan gudang berpendingin, dan jaringan distribusi.

    Irene menyebutkan bahwa bisnis rantai dingin produk mulai berkembang di masa pandemi. Hal ini dampak dari penurunan permintaan produk pangan, sehingga produk harus disimpan agar kualitasnya bisa lebih tahan lama. Salah satu solusi penanganannya adalah menerapkan manjemen rantai dingin untuk produk-produk pangan.

    “Potensi peningkatan kebutuhan cold chain di Indonesia meningkat di masa pandemi. Pemerintah berusaha menjaga pasar pertanian agar stok pangan tetap terjaga. Selain itu produk unggas dan daging sapi juga memerlukan penanganan produk agar bisa tahan lama di penyimpanan. Sektor perikanan juga memerlukan peningkatan jasa rantai pendingin,” tambah Irene.

    Menurutnya, saat ini di Indonesia paling banyak memakai jenis moda transportasi jalur darat dan laut dalam jasa cold chain logistic. Jalur udara fasilitasnya masih belum optimal, khususnya saat proses pemindahan barang di bandara. Meskipun begitu pemerintah sudah menjamin mobilitas dari moda logistik pangan tidak dibatasi selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

    “Tujuan utama manajemen logistik rantai dingin adalah agar produk bisa terjaga kualitasnya hingga ke tangan konsumen. Di tengah pandemi, ketersediaan pangan harus tetap terjaga dengan baik,” ujarnya.

    Diskusi berjalan dengan baik, peserta antusias merespon materi yang disampaikan dalam bentuk presentasi tulisan, gambar dan vidio. Beberapa pertanyaan yang sering muncul adalah terkait teknis penyimpanan produk di pendingin dan potensi penggunaan jasa cold chain logistic selama masa pandemi (ipb.ac.id)

  • Fapet IPB University dan FLPI Berikan Pelatihan Manajemen Produk Hasil Ternak di Masa Pandemi

    Manajemen produk pangan menjadi hal yang penting di tengah masa pandemi. Pola manajemen dari produksi hingga pemasaran harus disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat saat ini. Perlu adanya penyesuaian baru, khususnya produk peternakan seperti daging. Merespon hal ini, Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengadakan pelatihan daring untuk membahas manajemen produk peternakan di tengah masa pandemi. Kegiatan webinar bertajuk “Manajemen Rantai Pasok Produk Hasil Ternak di Masa Pandemi COVID-19” (20/5) melalui aplikasi Zoom ini terselenggara berkat kerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI). Forum ini merupakan perkumpulan dari praktisi dan akademisi yang bergerak di bidang manajemen dan logistik peternakan.

    Dalam sambutannya, Prof Luki Abdullah, selaku Ketua FLPI sekaligus pakar dan dosen Fapet IPB University, makanan dengan sajian awet, jauh lebih memiliki nilai fungsional yang tinggi dalam situsi pandemi. Sehingga pola rantai pasok komoditas peternakan harus ikut menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

    “Dalam empat hingga lima bulan ke depan, kita akan mengalami perubahan dalam food system khususnya di bidang peternakan. Hal ini untuk menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat Indonesia. Atas nama FLPI saya ucapkan terimakasih telah meluangkan waktu dan selamat berdiskusi,” tambah Prof Luki, sekaligus membuka kegiatan pelatihan.

    Hadir sebagai pemateri adalah Dr Epi Taufik, dosen IPB University yang merupakan pakar Teknologi Hasil Ternak dari Fapet. Dr Epi membahas tentang logistik rantai dingin produk hasil ternak. Pada awal diskusi, materi yang disampaikan adalah terkait isu pangan di masa pandemi.

    Menurutnya isu penting dalam industri pangan dan rantai pasok pangan akibat pandemi adalah masalah ketahanan pangan dan keamanan pangan. Masyarakat harus melindungi dirinya agar imunitas dan kesehatan tubuhnya terjaga dengan mengkonsumsi makanan yang cukup. Dalam hal ini pemerintah harus menjamin pasokan pangan tetap mengalir.

    “Pasokan pangan harus berjalan dengan memprioritaskan jaminan, agar semua pihak yang terlibat dalam produksi dan distribusi pangan serta produknya dapat tetap berjalan. Hal ini harus ditunjang dengan kesehatan dan keamanan setiap stakeholder terlindungi,” lanjut Dr Epi.

    Pelatihan dibagi dalam dua sesi utama, yaitu penyampaian materi dan diskusi tanya jawab bersama peserta. Pada sesi kedua, peserta antusias menanyakan berbagai hal pada pemateri. Masalah operasional dan gangguan akibat COVID-19 pada rantai pasok makanan menjadi topik yang banyak didiskusikan.

    Dr Epi kembali menjelaskan bahwa masalah pergudangan, terutama barang yang menumpuk di gudang adalah hal serius yang terjadi. Selain itu banyak bahan baku yang dipasok dari luar negeri, saat akses dibatasi, sulit untuk mendapatkan bahan baku. Hal ini menyebabkan rantai pasok terganggu.

    Di akhir diskusi Dr Epi berpesan bahwa dalam situasi ini semua pihak harus bahu membahu untuk menemukan pendekatan dan solusi yang tepat. Tantangan sistem pasok di era normal yang baru membutuhkan tekonologi dan inovasi. Hal ini adalah tugas semua pihak bukan hanya satu atau dua pihak saja (ipb.ac.id)

  • Fapet IPB University Gelar Webinar Tetap Cantik dengan Kokon Ulat Sutra

    Ulat sutra identik dengan kokon yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku tekstil. Tapi, ternyata kokon ulat sutra juga dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik untuk perawatan kulit.

    Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University, Prof Dr Sumiati mengaku penasaran dengan kokon ulat sutra yang bisa mempercantik kulit. "Saya juga penasaran dengan kokon ulat sutra ini, kok bisa membuat kita cantik. Mudah-mudahan dengan webinar ini kita bisa mengulik lebih dalam tentang manfaat kokon ulat sutra bagi kecantikan," paparnya ketika membuka Webinar Series 1 yang bertajuk "Tetap Cantik dengan Kokon Ulat Sutra di Masa Pandemik COVID-19",  Kamis (4/6).

    Terkait manfaatnya di bidang kosmetik, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Dr Yuni Cahya Endarwati menjelaskan kokon ulat sutra memiliki komponen protein serisin. Lebih lanjut ia menjelaskan, komponen serisin mempunyai senyawa antioksidan yang bagus baik untuk makanan maupun kosmetik.

    "Komponen serisin ini dikatakan hampir sama dengan kulit manusia. Kemampuannya seperti asam amino yang sama dengan presentase dan komposisi yang sama. Serisin ini juga membantu transepidermal water loss dari kulit, hampir sampai 85 persen sehingga dapat menjaga kelembaban kulit," imbuhnya.

    Selain itu, serisin juga memiliki kandungan nutrisi yang baik dan bersifat edibel sehingga bisa langsung bisa dimanfaatkan maupun sebagai bahan komposit. Komponen serisin juga bisa sebagai koagulan. Sifat koagulan tersebut dimanfaatkan sebagai purifikasi air dan bisa dimanfaatkan sebagai pembersih muka dari kotoran yang menempel. Di samping itu, kokon ulat sutra juga berfungsi sebagai pelindung ultraviolet maupun senyawa kimia lainnya.

    "Secara alamiah, kokon ini berfungsi sebagai pelindung pupa. Di alam bebas sana, stres dan cekamannya sangat banyak, mulai dari lingkungan maupun musuh yang dapat merusak kokon," papar Dr Yuni.  

    Secara khusus, kokon ulat sutra yang sudah diteliti dan bisa digunakan untuk kosmetik adalah kokon ulat sutra murbei (Bombix mori).

    Pemakaian kokon ulat sutra untuk perawatan kulit yang mudah yaitu dengan merendam kokon selama 5-10 menit di dalam air panas, lalu kokon diletakkan di ujung jari, kemudian digunakan untuk memijat area wajah secara lembut selama 10-15 menit.

    "Kalau perawatan, kita tidak bisa langsung mendapatkan hasilnya. Tidak bisa setelah pemakaian pertama kulitnya langsung kinclong, perlu waktu paling tidak tiga bulan, tergantung perawatan dan jenis kulitnya," jelas Dr Yuni.

    Pakar ulat sutra itu juga menjelaskan, untuk aplikasi optimal, ekstrak protein kokon dapat ditambahkan ke dalam cream, sabun, tonik, serum, masker maupun face mist.

    Sementara, dokter spesialis kulit dan kelamin, dr Fitria Agustina, SpKK, FINSDV menjelaskan kulit yang sehat dicirikan dengan kulit yang tampak bercahaya, warna kulit merata, terasa kenyal dan halus ketika diraba, dan bebas flek hitam maupun jerawat.  

    "Kulit yang sehat dapat didapatkan dengan memakai kosmetik yang tepat untuk melindungi kulit, asupan nutrisi yang baik dan seimbang, aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin setiap hari sehingga nutrisi dapat terserap optimal ke dalam jaringan kulit,  dan tentunya harus bahagia karena bahagia dapat memicu hormon yang baik bagi kesehatan," pungkasnya (ipb.ac.id)

  • Fapet IPB University Kembali Adakan Pelatihan Daring Manajemen Ternak

    Fakultas Peternakan IPB University kembali mengadakan pelatihan daring manajemen ternak. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari 14/5 ini bekerjasama dengan dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI). Pelatihan ini merupakan seri kedua yang digelar. Kali ini membahas tentang penanganan hewan ternak di Rumah Potong Hewan (RPH) modern.

    Hadir sebagai  pembicara, Mukhlas Agung Hidayat, SPt, praktisi di bidang manajemen ternak khususnya pemotongan hewan ternak dari FLPI. Ia juga merupakan Manager Produksi RPH PT. Cianjur Aria Makmur. Hari sebelumnya, pelatihan diisi oleh drh Helen Fadma, alumni Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University yang saat ini berprofesi sebagai Livestock Service Manager untuk Indonesia di perusahaan Meat and Livestock Australia.

    Kegiatan dibuka oleh Dr Rudy Afnan selaku Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan, IPB University. Ia mengatakan bahwa di tengah masa pandemi, Fapet IPB University akan terus produktif melakukan kegiatan. Salah satu agenda yang akan dilakukan secara rutin adalah pelatihan dan diskusi online. Dr Afnan juga sangat berterima kasih atas antusiasme dari pemateri yang berasal dari berbagai daerah dan institusi.

    “Saya sangat berterima kasih atas kehadiran dari peserta. Lengkap sekali dari Aceh sampai Papua, baik dari profesor, dosen dan akademisi lain hingga praktisi. Selamat berdiskusi dan belajar, semoga di tengah pandemi ini tidak menurunkan semangat kita untuk terus produktif di bidang kita,“ ungkapnya.

    Pelatihan dibagi menjadi dua sesi utama dengan metode pembahasan materi dan tanya jawab. Sesi pertama membahas tentang pemotongan hewan modern dan tradisional, good slaughter practice (GSP), dan teknis penerapan GSP di RPH modern. Sesi kedua, pembahasan materi fokus pada deboning dan meat parting serta pendalaman tentang pisau RPH dan perawatannya. Selama pelatihan berlangsung peserta sangat antusias untuk melakukan diskusi.

    Mukhlas mengatakan bahwa ada tiga klasifikasi utama RPH yaitu kelas satu hingga kelas tiga. RPH dikatakan modern apabila minimal sudah masuk dalam kategori kelas tiga. Perusahaan yang saat ini ditempatinya adalah RPH kelas dua yang harus menggunakan fasilitas dan  metode yang terstandar internasional. Namun, untuk melakukan ekspor, RPH harus masuk dalam standar RPH kelas satu. Kelas ini jumlahnya sangat sedikit di Indonesia, bahkan bisa dihitung jari.

    “Alur pemotongan dikategorikan menjadi tiga yaitu, pra pemotongan, pemotongan, dan pasca pemotongan. RPH modern menggunakan sedikit tenaga manusia dan lebih banyak menggunakan mesin. Jika pemotongan tradisional sampai melibatkan lima orang untuk menyembelih sapi, RPH modern hanya membutuhkan satu orang operator,” ujar Mukhlas.

    Menurutnya, perlunya RPH mengetahui dan menerapkan pedoman good slaughtering practice yang bisa disebut GSP. Hal ini akan meningkatkan kualitas dari produksi daging di Indonesia. RPH modern di Indonesia masih belum banyak, padahal potensi bangsa sangat besar di bidang peternakan.

    Acara ini dimoderatori oleh Dr Edit Lesa Adhitya. Dikatakannya bahwa kegiatan pelatihan akan dilakukan rutin dengan topik berbeda tiap minggunya(ipb.ac.id)

  • Fapet IPB University Kembangkan Kerjasama MBKM  dengan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako dan Fapet  Universitas Halu Oleo 

    Fakultas Peternakan IPB dan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako Palu lakukan kolaborasi akademik dan riset industri yang terjalin melalui Penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) yang berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga, (10/12). 

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyatakan apresiasi kepada pihak Universitas Tadulako“Kita terbuka ke semua universitas untuk memberikan kesempatan ke mahasiswa untuk belajar di luar kampus, bisa berupa credit earning, sosial masyarakat, ataupun industri kita sudah banyak menjajaki” ujarnya. Beliau juga berharap kerjasama bisa lebih luas lagi, tidak hanya MBKM, tapi juga riset dan pengembangan dan bisa diimplementasikan.

    Acara tersebut dihadiri oleh Ir. Muhamad Ilyas Mumu, S.Pt., M.Sc.Ag., Ph.D., IPU., ASEAN Eng.selaku Ketua Jurusan Peternakan dan Perikanan yang mewakili pihak Universitas Tadulako. Pria yang akrab disapa Mumu ini mengatakan program utama di Tadulako adalah kerjasama. Salah satunya yang akan dilakukan di Fapet IPB adalah bagaimana mahasiswa bisa melakukan MBKM di Closed House dan akan dpilih mahasiswanya. Tujuannya agar setidaknya ada skill tambahan bagi mahasiswa.

    Pada kesempatan yang sama, juga dilakukan diskusi inisiasi kerjasama MBKM dengan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari yang di hadiri oleh Prof. Dr. Ir. Muh. Amrullah Pagala, S.Pt, M.Si., I.P.M.

    Ketiga perguruan tinggi bidang peternakan ini sepakat untuk mengembangkan program MBKM baik untuk mahasiswa program sarjana dan pascasarjana

    Acara dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh para Wakil Dekan Fakultas Peternakan, yaitu Prof Irma Isnafia Arief dan Dr Sri Suharti. Selain itu hadir serta Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan dan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Selain itu juga hadir Ketua Prodi S2/S3 Ilmu Produksi Peternakan dan Prodi S2/S3 Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan IPB University. (Femmy/SSI)

  • Gagas Aplikasi Limosim, Mahasiswa IPB University Raih Juara 3 Kompetisi Nasional

    Sektor peternakan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Pemeliharaan ternak yang dilakukan peternak rakyat saat ini masih bersifat tradisional dan produktivitasnya masih tergolong rendah. Salah satu komoditi hasil perternakan yang memiliki permintaan tinggi di Indonesia adalah susu. Sayangnya, produksi susu di Indonesia hanya tumbuh sebesar 2 persen sangat kecil jika dibandingkan dengan permintaan susu yaitu 14,01 persen selama periode tahun 2002-2007. Kesenjangan antara pertumbuhan konsumsi dengan produksi tersebut menyebabkan jumlah impor susu Indonesia terus meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi manajemen budidaya yang baik dan benar belum diterapkan oleh peternak.

    Hal ini mendorong tiga mahasiswa dari Fakultas Peternakan IPB University yaitu M. Farhan, Rechsa Amberty, dan Kodarusman untuk mengagas aplikasi bernama Limosim (Livestock Monitoring System) dalam Kompetisi Esai Nasional yang bertemakan ‘Inovasi Generasi Milenial Menghadapi Tantangan Global dalam Upaya Wujudkan Indonesia Emas 2045’.

    Limosim merupakan sebuah aplikasi berbasis teknologi digital di bidang peternakan yang ditujukan sebagai media pemantauan peternakan rakyat terutama peternakan sapi perah. Limosim hadir dengan membawa konsep pemantauan yang tepat, akurat, dan efisien. Dengan adanya pemanfaatan teknologi digital sebagai alat untuk pengolahan data, diharapkan dapat menciptakan strategi manajemen perkembangan peternakan rakyat yang cepat dan real time.

    “Jadi, Aplikasi Limosim ini sebagai penghubung antara peternak rakyat sapi perah dengan pihak ahli peternakan untuk membantu dalam pengembangan usaha peternakan rakyat,” jelas Rechsa.

    Lebih lanjut Rechsa menjelaskan Aplikasi Limosim yang mereka gagas ini akan menyediakan berbagai sumberdaya informasi yang penting mengenai peternakan sapi perah sekaligus manajemen budidayanya. Dengan adanya sistem seperti itu diharapkan peternakan rakyat tidak mengalami kekurangan sumberdaya informasi yang mengakibatkan peternak menjadi rugi bahkan gulung tikar. Sumberdaya informasi tersebut dapat berupa tata cara penanganan sapi bunting, penanganan sapi yang sakit, cara membuat ransum, sumberdaya permodalan dan informasi peternakan penting lainnya.

    Agar tujuan dari aplikasi ini dapat terlaksana, tim ini telah melengkapi aplikasi Limosim dengan berbagai fitur yang akan menunjang kinerja sistem aplikasi. Fitur-fitur tersebut adalah beranda, profil, diskusi, dan monitoring. Adapun fitur utama yang menjadi fokus Limosim adalah fitur monitoring. “Fitur ini akan memfasilitasi para peternak untuk menginput data perkembangan produksi peternakan sapi perah beserta data lainnya, tujuannya agar perkembangan usaha dapat terpantau untuk memutusan suatu sistem manajemen yang tepat dan akurat,” jelas Rechsa.

    Gagasan ini berhasil menghantarkan tim yang sama-sama berasal dari Fakultas Peternakan IPB University ini meraih juara 3 dalam Kompetisi Esai National Economic Management Creative di Universitas Negeri Semarang (6/10).

    Kelompok ini berencana akan mengembangkan gagasan ini  ke dalam bentuk aplikasi sebenarnya dengan menjalin kerjasama dengan fakultas lain di IPB University. Kelompok ini juga berharap gagasan ini dapat menjadikan Indonesia swasembada susu dan mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045 (ipb.ac.id)

  • Gelar Webinar Business Plan, BEM Fakultas Peternakan IPB University Hadirkan Direktur PT Rajawali Nusantara Indonesia


    Di era disrupsi seperti saat ini, manusia dituntut untuk bisa dinamis, kreatif, serta adaptif. Kemampuan merancang bisnis merupakan salah satu modal yang penting untuk dimiliki agar mampu beradaptasi. Untuk itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan, IPB University menyelenggarakan webinar Business Plan and Career Development, (22/08).

    Kegiatan ini diselenggarakan sebagai wadah bagi mahasiswa IPB University, khususnya yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan, untuk mempersiapkan bekal dalam menghadapi dunia pasca kampus.  Webinar yang mengangkat tema Career Revolution in Pra and Post Pandemic Era tersebut mengundang Frans Marganda Tambunan, Direktur Komersial PT Rajawali Nusantara Indonesia (persero) sebagai pembicara.

    “Skill business plan ini sangat penting bagi mahasiswa baik yang akan lulus maupun yang baru memasuki perkuliahan di departemen agar adik-adik mahasiswa mempunya life mapping. Mau seperti apa kehidupan di masa depan nanti, ini harus direncanakan,” kata Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Peternakan IPB University, Prof Irma Isnafia Arief.

    Sejalan dengan yang disampaikan Prof Irma, Wakil Dekan bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan, Dr Sri Suharti menyebutkan bahwa sebanyak dua belas persen alumni peternakan berkarir di bidang wirausaha. Angka tersebut cukup tinggi, baik di IPB University sendiri maupun di tingkat nasional. Mahasiswa yang memiliki passion wirausaha juga mendapat dukungan dengan adanya program merdeka belajar.

    “Kurikulum K2020 memberi keleluasaan bagi para mahasiswa terutama yang ingin mengambil merdeka belajar di bidang kewirausahaan. Ada satu channel tersendiri yang disetarakan dengan 20 SKS (Satuan Kredit Semester),” papar Dr Sri Suharti.

    Sementara itu, Frans Marganda menyebutkan bahwa meski di tahun 2020-2021 terjadi disrupsi yang sangat besar dan cepat, namun justru di tahun-tahun tersebut banyak orang yang berani memulai wirausaha. Hal tersebut dibuktikan dengan data yang dikeluarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2020 pengajuan Nomor Induk Berusaha (NIB) justru didominasi oleh Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM) yakni sebesar 81 persen.

    Menurutnya, dari data tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa untuk memulai wirausaha perlu keberanian untuk mengambil risiko. Membuat perencanaan yang terbaik serta tidak menunda-nunda. Bisa memanfaatkan waktu yang dimiliki saat ini untuk meningkatkan skill baik itu soft skill maupun hard skill.

    Hal tersebut karena ia percaya bahwa keberuntungan ialah formulasi antara kesiapan dan kesempatan. Keberuntungan akan terwujud saat kita mampu mempersiapkan diri ketika kesempatan itu datang. Membangun relasi atau jejaring juga tak kalah penting, yakni dengan aktif di berbagia kegiatan sesuai dengan passion yang dimiliki.

    “Kemudian cari mentor yang sesuai dengan passion kalian. Tirulah 60 persen langkah mentor tersebut dan kreasikan 40 persen dengan gaya kalian sendiri,“ ujar Alumnus Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan IPB University Angkatan 33 ini.

    Di akhir sesi ia mengingatkan kepada peserta untuk banyak berdoa dan mendekatkan diri dengan Tuhan yang Maha Kuasa. Hal tersebut ia ambil dari pengalaman pribadi maupun koleganya bahwa banyak sekali hal-hal di luar kontrol yang mana hanya tangan Tuhan yang mampu menyelesaikannya(ipb.ac.id)

  • Generasi Muda Indonesia Harus Bisa Menciptakan AGP yang Ramah Kesehatan

    Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Himaproter) Fakultas Peternakan IPB University belum lama ini mengadakan Webinar Unggas Nasional 2020 dengan mengusung tema Menilik Dampak Pasca Pelarangan Antibiotic Growth Promotor (AGP) Terhadap Peternakan Unggas. Kegiatan ini menghadirkan salah satu Guru Besar Fakultas Peternakan, IPB University Prof Dr Niken Ulupi dan Lulusan Terbaik Program Magister IPB University 2019 yaitu Brahmadhita Pratama Mahardika, SPt, MSi.

    Dalam paparannya, Prof Niken menyampaikan materi mengenai sistem kekebalan unggas dan peran Imunomodulator sebagai pengganti Antibiotic Growth Promotor (AGP). Dijelaskan bahwa konsumsi protein hewani dari ternak unggas di Indonesia mencapai 87.94 persen, sehingga untuk menghasilkan produk olahan dari unggas yang aman untuk dikonsumsi manusia harus dilakukan manajemen ternak yang cukup baik.

    Sementara itu, Brahmadhita Pratama Mahardika menyampaikan materi mengenai dampak dan alternatif penggunaan AGP. Menurutnya, penggunaan AGP pada pakan ternak unggas akan menimbulkan beberapa masalah seperti menyisakan residu pada produk ternak yang dihasilkan.

    “Sehingga kita sebagai anak muda bangsa Indonesia harus menciptakan inovasi agar penggunaan AGP ini tidak ada lagi, tetapi dari sisi produksi tetap menguntungkan bagi peternak atapun konsumen,” ujarnya (ipb.ac.id)

  • Guru Besar Fakultas Peternakan Sebut Konsolidasi Peternak Perlu Didorong Agar Dapat Berdaulat

    Hingga saat ini sebagian besar pakan ternak di Indonesia masih mengandalkan impor. Perlu adanya suatu inovasi pakan alternatif serta kebijakan yang mendukung.
    Demi membahas tantangan tersebut, IPB University bekerja sama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA) menggelar Talkshow Daring Seri-3 berjudul “Kebijakan Berbasis Evidence dalam Pakan Berdaya Saing”, 04/3.

    Prof Arif Satria, Rektor IPB University mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut merupakan kesempatan baik dalam mengeksplor kemungkinan-kemungkinan dasar dalam mendorong kedaulatan bidang peternakan terutama dalam hal pakan. Formulasi kebijakan dan formulasi bisnis berbasis scientific evidence sangat diperlukan dengan perguruan tinggi yang memegang perannya. Sehingga dapat dihasilkan inovasi pakan alternatif yang berkualitas tinggi.

    Prof Muladno, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan menyebutkan bahwa regulasi bagi bahan pakan sangat penting agar peternak nyaman untuk melakukan usahanya. Di pasaran, harganya masih cenderung fluktuatif dan beragam kualitasnya sehingga perlu adanya pengawasan. Limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan pun faktanya malah diekspor sehingga peternak menjadi kurang berdaulat.

    Peternak belum tersentuh teknologi terkini sehingga menyebabkan produktivitas dan kualitas ternak rendah. Regulasi saat ini juga masih berpandangan bahwa impor bahan pakan kurang baik padahal ketersediaan bahan pakan belum mencukupi.

    Menurutnya, keperluan impor untuk dijadikan produk lain tidak selalu buruk. Ia juga menyebutkan bahwa terdapat beberapa fakta di lapangan yang membuat pengelolaan pakan menjadi tidak efisien serta merugikan petani. Misalnya, integrator vertikal yang menguasai hulu-hilir sehingga petani tidak bisa berdaulat. Di samping itu, petani masih sulit mendapatkan limbah pertanian untuk pakan ternak dan pemeliharaan ternaknya masih mandiri.

    Ia menawarkan beberapa solusi. Yakni impor bahan baku pakan seperti tanaman jagung jika dapat dipastikan harganya lebih murah. Pertimbangan panen tanaman pada usia 80 hari daripada 120 hari lebih menguntungkan. Sehingga nantinya pakan sapi sehingga lebih murah, untuk ayam dapat menggunakan bahan pakan impor karena ketersediiaannya lebih mudah. Spesialisasi pekerjaan atau ia sebut “bagi-bagi kavling” antara petani dan peternak juga dinilai efisien. Nantinya, petani hanya menanam pangan atau pakan, sedangkan peternak hanya beternak saja.
    Peternak juga harus berkonsolidasi untuk berhimpun membentuk integrasi horizontal seperti koperasi sehingga dapat bersanding dengan integrasi vertikal. Konsolidasi tersebut harus didorong kuat dengan perguruan tinggi menjadi lembaga riset dan pengembangan bagi komunitas pertanian rakyat.

    “Nanti lembaga negara harus berbuat maksimal kepada rakyatnya, pemerintah pun sama. untuk mendorong betul koperasi-koperasi tersebut hingga ada keberpihakan dan fasilitasi agar bisnis tersebut tidak hanya murni dari peternak. Perguruan tinggi pun bisa dengan ilmu dan pengetahuannya dan pemerintah dengan regulasinya,”ungkapnya.

    Keterlibatan perguruan tinggi dan pemerintah tersebut bersifat mutlak. IPB University dengan Sekolah Pertanian Rakyat menjadi salah satu bukti betapa pentingnya peran dua lembaga. Diawali dengan pemerintah kabupaten yang bersinergi dengan perguruan tinggi. Kerja sama yang baik antara rektor dan bupati telah secara efektif menggerakkan dosen dan mahasiswa beserta birokratnya untuk bersama membawa peternak-peternak tersebut untuk berkonsolidasi.

    Prof Nahrowi Ramli, Guru Besar IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan turut merekomendasikan bahwa perlu adanya perluasan lahan untuk produksi bahan pakan terutama untuk keperluan ruminansia. Begitu pula perlu adanya industrialisasi kedelai sebagai bahan pakan alternatif dan perbaikan sistem informasi dan logistik. Selain itu, penanganan dan kebijakan yang berbeda terhadap bahan pakan lokal juga perlu diterapkan (ipb.ac.id)

  • Guru Besar Fapet IPB: Peran RPHU Penting Hasilkan Daging Asuh

    Rumah pemotongan hewan unggas (RPHU) merupakan suatu bangunan yang desain dengan syarat tertentu dan digunakan sebagai tempat pemotongan unggas bagi konsumsi masyarakat.

    “Peran RPHU sangat penting, yakni penyedia daging unggas berkualitas, aman, sehat utuh dan halal (ASUH), berdaya saing dan kompetitif,” kata Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Fapet IPB), Prof Dr Ir Niken Ulupi MS, dalam Online Training bertajuk “Manajemen dan Sistem Manajemen Mutu RPHU” pada 22-23 Juli 2020. 

    Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB selama dua hari dengan menghadirkan narasumber penting lain yakni Deputy General Manager Production PT Charoen Pokphand Indonesia-Food Division, Alamsyah.

    Niken menyebutkan, peran RPHU makin nyata terlebih jika melihat fakta produksi ayam broiler (2019) sebesar 3.829.633 ton atau 319.139 ton/bulan, sementara kebutuhan konsumsi daging ayam sebanyak 3.251.750 ton atau 270.979 ton/bulan. Terdapat surplus produksi 17.77%  atau 48.157 ton/bulan.

    “Dampak surplus produksi dan kebijakan pemerintah yakni harga ayam turun dan tidak stabil, penurunan kualitas di pasar tradisional dan bermunculan usaha RPHU,” ucapnya.

    Tidak hanya sebagai tempat pemotongan unggas, Niken menjelaskan fungsi RPHU juga sebagai tempat untuk mendeteksi dan memonitor penyakit, tempat pemeriksaan ante dan post mortem, serta tempat mencegah dan pemberantasan penyakit zoonosis atau penyakit ternak yang bisa menular ke manusia.

    RPHU yang berdaya saing dapat diartikan sebagai suatu usaha pemotongan unggas yang mempunyai kesanggupan, kemampuan dan kekuatan untuk bersaing dengan usaha sejenis yang lain. Untuk mencapai hal itu, sangat diperlukan langkah memaksimalkan peranan RPHU sebagai penyedia daging unggas yang asuh, mengontrol dan meningkatkan pelaksanaan manajemen RPHU, peningkatan sarana dan prasarana proses produksi dan kualitas produk, serta pengembangan inovasi produk, serta peningkatan kemampuan sumber daya manusianya.

  • Guru Besar IPB University Pulang Kampung, Ajarkan Santri Buat Wafer Pakan Domba

    Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), IPB University mengembangkan program Dosen Pulang Kampung (Dos Pulkam). Dua dosen yang telah melaksanakan kegiatan ini adalah Prof Yuli Retnani dan Prof Iman Rahayu, Guru Besar Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University. Selain itu, Sazli Tutur Risyahadi STP, MT, MSi, dosen di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) IPB University juga ikut mendampingi.

    Inovator wafer pakan domba ini kembali ke kampung halamannya untuk mengajari santri di di Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Surowiti dan SMK Muhammadiyah 5 Gresik untuk memproduksi wafer tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas kambing di Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Surowiti sekaligus sebagai penerapan teknologi yang merupakan inovasi Fakultas Peternakan IPB University.

    Selain pelatihan pembuatan wafer pakan ternak, Prof Yuli juga akan melakukan pendampingan Training of Trainer (ToT) selama Mei dan Juni 2022 kepada para santri.  Prof Yuli menyebut ada 55 siswa yang mengikuti pelatihan pembuatan wafer pakan dan pada saat pendampingan, terpilih 5 orang santri sebagai ToT yang akan dibina. Pendampingan dilakukan sejak adaptasi pakan wafer, penimbangan berat badan ternak, pengukuran konsumsi pakan dan uji kualitas sampel pakan.

    Menurutnya, penerapan wafer pakan ini bertujuan untuk meningkatkan performa kambing peliharaan sekaligus mengurangi biaya pakan saat ini. Pengolahan pakan menjadi bentuk wafer akan menjadi aktivitas bersama pada dua Teaching Factory (TeFa) yang dimiliki oleh SMK yaitu TeFa budidaya kambing dan TeFa produksi pakan.

    “Kegiatan Dos Pulkam ini bertujuan sebagai arena pembelajaran santri-santri pondok pesantren agar ternak peliharaan lebih produktif dan lebih menguntungkan dengan penerapan teknologi wafer pakan,” jelas Prof Yuli dalam pelatihan wafer pakan di ruang kelas SMK Muhammadiyah 5 Gresik, 17/5.  Lebih lanjut, Prof Yuli menjelaskan bahwa bahan baku wafer dapat menggunakan berbagai bahan pakan lokal yang tersedia di sekitar pondok, seperti daun turi atau limbah sayuran pasar yang banyak ditemukan dan belum termanfaatkan.  “Dengan demikian, siswa dapat memproduksi wafer dengan lebih murah dan terjamin ketersediaannya,” imbuhnya.  

    Pada kesempatan yang sama, Prof Iman Rahayu memberikan wawasan terkait manfaat peternakan secara umum yang menghasilkan produk-produk ternak seperti daging, susu dan telur. Ia juga memaparkan tentang manajemen kandang yang baik.

    Sementara itu, dalam sambutannya, Muhammad Thoha, SAg, MPdI, MH selaku pimpinan pondok pesantren yang sekaligus Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 5 Gresik, menyampaikan bahwa pihaknya sangat mendukung penerapan inovasi wafer pakan IPB University ini.  “Hal ini karena santri disekolahkan di SMK yang memiliki jurusan unggulan ternak ruminansia. Hal ini juga mendukung misi pondok pesantren dalam menciptakan lulusan sebagai mubalig-mubalig yang mempunyai usaha peternakan sukses,” ujarnya.
    Mahendra , seorang santri yang mengambil jurusan Ternak Ruminansia di SMK Muhammadiyah 5, ikut menyampaikan bahwa kegiatan ini menambah wawasannya.  Sebelumnya ia hanya mengetahui teknologi pakan silase namun sekarang sudah mengetahui teknologi wafer pakan. Tidak hanya pengetahuan, Mahendra juga merasa bahagia karena diberikan pendampingan langsung selama satu bulan tentang bagaimana cara pemberiannya pada ternak peliharaan. “Saya sangat bersyukur sekali ketika kami mendapatkan pengetahuan dari Prof Yuli dan Prof Iman dengan Program Dos Pulkam IPB University tentang pengolahan wafer pakan langsung dari inventornya,” ujarnya.
      
    Sementara, Sazli Tutur ikut menjelaskan bahwa usaha peternakan membutuhkan kolaborasi berbagai pihak. Baik dengan supplier bahan pakan hingga penjualan produk-produk ternak. Aktivitas kolaborasi disimulasikan dengan permainan trading game diantara siswa. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan negosiasi dan kerjasama antar tim (ipb.ac.id)

  • Guru Besar IPB University: Atasi PMK dengan Pakan Silase

    Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB University gelar webinar “Peran Teknologi Pakan di Era Society 5.0 terhadap Kualitas Hewan Ruminansia”, (29/5). Webinar ini menghadirkan Prof Nahrowi, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University sebagai pembicara.
     
    Prof Nahrowi memberikan materi mengenai teknologi terkini dalam peningkatan kualitas nutrisi hasil samping agroindustri sebagai pakan ternak ruminansia.
     
    Menurutnya, permasalahan terkini pada peternakan seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) harus dapat diselesaikan dengan teknologi pengolahan pakan yang baik.
     
    "Beberapa fakta terkait bahan pakan lokal adalah teknologi produksinya masih tradisional, penanganan pakan pasca panen yang buruk serta kualitas dan harga bahan pakan lokal yang bervariasi," jelas Prof Nahrowi.
     
    Menurut Prof Nahrowi, salah satu solusi mengatasi permasalahan pakan adalah dengan revitalisasi kemandirian bahan pakan lokal seperti jagung, onggok, bungkil inti sawit, rumput, lamtoro dan lain sebagainya.
     
    “Revitalisasi pakan dengan melakukan pengelolaan pakan yang baik, difokuskan pada pengolahan dan penyimpanan pakan. Lalu diformulasikan agar menjadi bahan pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak,” ungkapnya.
     
    Ia menjelaskan, teknik peningkatan kualitas bahan pakan dapat berupa perlakuan fisik, perlakuan kimia, suplementasi dan perlakuan enzim.
     
    “Penyakit Mulut dan Kuku tidak tahan asam. Apabila pakan dijadikan silase, PMK akan menjadi tidak aktif pada silase. Maka dari itu, produk silase dapat diterapkan untuk mencegah penyebaran PMK di Indonesia,” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Hadirkan Dosen Tamu dari California, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan IPB University Gelar Kuliah Umum Bahas Manajemen Pupuk dalam Industri Peternakan

    Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan IPB University hadirkan Alice Rocha dari Departemen Peternakan University of California, Amerika Serikat sebagai dosen tamu dalam Kuliah Tamu dengan tema Manajemen Limbah Peternakan, (04/05).

    Dalam kegiatan ini Alice menjelaskan tentang manajemen pupuk di Amerika Serikat. Kegiatan tersebut dimoderatori oleh Windi Al Zahra M Si, Dosen IPB University dari Departemen IPTP Fakultas Peternakan.

    Alice menyebutkan bahwa di Amerika Serikat telah diberlakukan beberapa kebijakan manajemen pupuk khususnya bagi industri peternakan. Kebijakan tersebut termasuk ke dalam kategori National Pollutant Discharge Elimination System (NPDES) yang merupakan bagian kecil dari lembaga Enviromental Protection Agency dengan memberlakukan tiga jenis kebijakan.

    “Tiga kebijakan tersebut adalah permits and regulatory programs, non-regulatory tools dan integrated approaches. Setiap wilayah di Amerika Serikat dapat memberlakukan kebijakan yang berbeda sesuai dengan wilayah masing-masing. Kebijakan permit and regulatory programs memiliki elemen peraturan yang umumnya mengatur penggunaan dan produksi pupuk,” jelasnya.

    Kebijakan non regulatory tools merupakan kebijakan yang berlaku sebagai pedoman, sehingga tidak diberlakukan hanya untuk membatasi petani. Namun juga memberikan program edukasi, relokasi dan advisory tools.

    Contohnya bagi wilayah Oregon yang memberlakukan manure spreading advisory tools sehingga dapat membantu petani menilai risiko cuaca yang terkait dengan limpasan nutrisi dalam tanah. Sedangkan kebijakan integrated approach merupakan kombinasi dua regulasi sebelumnya. Tools tersebut dipakai oleh petani untuk mendapatkan pendekatan baru untuk mengatur kualitas pelayanan air, dampaknya, serta kualitas udara, bahkan respon darurat atas kontaminasi pupuk.

    Kebijakan tersebut lebih ditekankan pada industri susu dan turunannya karena konsumsi susu di Amerika Serikat sangat tinggi. Serta terdapat beberapa wilayah yang padat akan industri susu seperti di wilayah pesisir timur yakni California.

    Industri peternakan di Amerika Serikat memiliki dua bentuk yakni confined system dan pasture system, tergantung pada akses lahan. Pasture system diterapkan dengan melepasliarkan sapi perah di lahan rumput yang luas sedangkan dengan confined system dipelihara dalam kandang besar selama hidupnya.

    “Mengapa perlu adanya manajemen pupuk karena di Amerika Serikat terdapat lebih dari 9,4 juta hewan ternak yang tergabung baik sebagai industri unggas, sapi, domba, dan kambing. Bila tidak dikontrol maka akan mencemari kualitas badan air dan terjadi nutrifikasi yakni tingginya konsentrasi nutrien dalam air sehingga dapat menimbulkan ledakan populasi alga,” jelasnya.

    Lebih lagi, industri peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca dalam jumlah yang cukup besar. Sehingga perlu adanya upaya intensif untuk mencegah polusi lebih lanjut dimulai dengan manajemen pupuk yang berkaitan erat dengan pemeliharaan ternak. Pemberian pakan ternak yang berasal dari tanaman yang kaya nitrogen atau pupuk berlebih akan terbuang kembali sebagai pupuk.
    Upaya manajemen pupuk dimulai dengan pengumpulan pupuk yang ‘diproduksi’ oleh hewan ternak dengan metode scrapping ataupun flushing. Metode flushing lebih direkomendasikan daripada metode scrapping dengan alat tradisional, seperti sekop, karena menggunakan air daur ulang serta dapat mengumpulkan pupuk dan amonia lebih baik.

    Setelah dikumpulkan, limbah pupuk tersebut disimpan dalam sebuah kontruksi mirip laguna yang dibangun dengan peraturan tertentu dan jauh dari sumber air minum warga. Kemudian diolah kembali sebagai kompos, anaerobic digester, ataupun slurry fertilizer.

    “Kelebihan praktik manajemen pupuk dalam industri peternakan tersebut tidak hanya mereduksi produksi pupuk yang lolos menjadi limbah, namun juga menghasilkan energi terbarukan. Selain itu dapat mengatasi patogen berbahaya, meningkatkan konservasi tanah, mencegah limpasan nutrien, serta meminimalisir penyebab polusi udara,” imbuhnya (ipb.ac.id)

  • Havif Zamarath Varhan meraih Charoen Pokphand Best Student Appreciation

    Havif Zamarath Varhan  terpilihnya menjadi salah satu Charoen Pokphand Best Student Appreciation di Batch 3.  Havif merupakan mahasiswa tingkat akhir Departemen INTP  yang sedang melaksanakan tugas akhir di bidang unggas. Topik penelitian Havif adalah penetasan ayam broiler. Havif mengikuti seleksi CPBSA Batch 3 ini diawali dengan seleksi administrasi yang dilanjutkan dengan pembuatan profil diri dalam video singkat.

    Havif menceritakan dirinya dengan lugas melalui video singkat yang diupload di Youtube. Video ini telah ditonton 990 kali, termasuk salah satu video yang paling banyak dilihat dan disukai.

    Charoen Pokphand Best Student Appreciation (CPBSA) merupakan program beasiswa khusus untuk mahasiswa perguruan tinggi yang dicanangkan oleh PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk. CPBSA merupakan bentuk pemberian apresiasi terutama untuk para mahasiswa yang menuntut ilmu di Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan, serta para mahasiswa dari jurusan terkait dengan industry peternakan.

    Selamat kepada Havif semoga sukses selalu!