Manajemen produk pangan menjadi hal yang penting di tengah masa pandemi. Pola manajemen dari produksi hingga pemasaran harus disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat saat ini. Perlu adanya penyesuaian baru, khususnya produk peternakan seperti daging. Merespon hal ini, Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengadakan pelatihan daring untuk membahas manajemen produk peternakan di tengah masa pandemi. Kegiatan webinar bertajuk “Manajemen Rantai Pasok Produk Hasil Ternak di Masa Pandemi COVID-19” (20/5) melalui aplikasi Zoom ini terselenggara berkat kerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI). Forum ini merupakan perkumpulan dari praktisi dan akademisi yang bergerak di bidang manajemen dan logistik peternakan.

Dalam sambutannya, Prof Luki Abdullah, selaku Ketua FLPI sekaligus pakar dan dosen Fapet IPB University, makanan dengan sajian awet, jauh lebih memiliki nilai fungsional yang tinggi dalam situsi pandemi. Sehingga pola rantai pasok komoditas peternakan harus ikut menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

“Dalam empat hingga lima bulan ke depan, kita akan mengalami perubahan dalam food system khususnya di bidang peternakan. Hal ini untuk menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat Indonesia. Atas nama FLPI saya ucapkan terimakasih telah meluangkan waktu dan selamat berdiskusi,” tambah Prof Luki, sekaligus membuka kegiatan pelatihan.

Hadir sebagai pemateri adalah Dr Epi Taufik, dosen IPB University yang merupakan pakar Teknologi Hasil Ternak dari Fapet. Dr Epi membahas tentang logistik rantai dingin produk hasil ternak. Pada awal diskusi, materi yang disampaikan adalah terkait isu pangan di masa pandemi.

Menurutnya isu penting dalam industri pangan dan rantai pasok pangan akibat pandemi adalah masalah ketahanan pangan dan keamanan pangan. Masyarakat harus melindungi dirinya agar imunitas dan kesehatan tubuhnya terjaga dengan mengkonsumsi makanan yang cukup. Dalam hal ini pemerintah harus menjamin pasokan pangan tetap mengalir.

“Pasokan pangan harus berjalan dengan memprioritaskan jaminan, agar semua pihak yang terlibat dalam produksi dan distribusi pangan serta produknya dapat tetap berjalan. Hal ini harus ditunjang dengan kesehatan dan keamanan setiap stakeholder terlindungi,” lanjut Dr Epi.

Pelatihan dibagi dalam dua sesi utama, yaitu penyampaian materi dan diskusi tanya jawab bersama peserta. Pada sesi kedua, peserta antusias menanyakan berbagai hal pada pemateri. Masalah operasional dan gangguan akibat COVID-19 pada rantai pasok makanan menjadi topik yang banyak didiskusikan.

Dr Epi kembali menjelaskan bahwa masalah pergudangan, terutama barang yang menumpuk di gudang adalah hal serius yang terjadi. Selain itu banyak bahan baku yang dipasok dari luar negeri, saat akses dibatasi, sulit untuk mendapatkan bahan baku. Hal ini menyebabkan rantai pasok terganggu.

Di akhir diskusi Dr Epi berpesan bahwa dalam situasi ini semua pihak harus bahu membahu untuk menemukan pendekatan dan solusi yang tepat. Tantangan sistem pasok di era normal yang baru membutuhkan tekonologi dan inovasi. Hal ini adalah tugas semua pihak bukan hanya satu atau dua pihak saja (ipb.ac.id)