Kiprah Prof Ronny Rachman Noor Berbagi Ilmu di Dunia Maya

Prof Dr Ir Ronny Rachman Noor adalah salah satu Guru Besar Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University. Selain menjadi pengajar dan peneliti, Prof Ronny pernah menjadi Atase Pendidikan di Australia. Karena kecintaannya di dunia tulis menulis, Prof Ronny sering membagi ilmu dan pengalamannya di Kompasiana (https://www.kompasiana.com/rrnoor) dengan berbagai topik seperti konservasi lingkungan, sosial, pendidikan, budaya, gaya hidup dan lain-lain.  Hingga akhir Mei 2020, tulisan Prof Ronny telah mencapai 1.063 judul tulisan dan telah dibaca sebanyak 1.881.412 kali.

“Pertama kali menulis di Kompasiana pada tanggal 10 Oktober 2014 lalu. Saat itu saya sedang mengemban tugas sebagai Atase Pendidikan di Australia. Saya juga tidak pernah membayangkan bahwa Kompasiana akan menjadi wahana tulisan ilmiah popular saya untuk masyarakat umum. Tulisan pertama saya berjudul “Lonceng Kematian Penghuni Kebun Binatang”. Tulisan ini memberikan informasi ilmiah bagaimana penghuni kebun binatang di Indonesia pada umumnya mengalami stres yang ditandai dengan tidak dapat bereproduksinya satwa liar. Hal ini penting untuk disampaikan, karena jika pengelolaan kebun binatang tanpa memperhatikan ilmu genetika ekologi, niat baik untuk melakukan konservasi justru akan berakibat fatal bagi satwa liar,” ujarnya.

Tulisan lainnya yang pernah menjadi pemberitaan nasional adalah terkait benda purbakala bersejarah Indonesia yaitu berupa patung perunggu kecil yang harganya sangat fantastis yang berakhir di National Gallery of Australia. 
Tulisan Prof Ronny yang berjudul “Sang Penenun” ini membuat beberapa pejabat kementerian datang ke National Gallery of Australia untuk mencocokkan bukti patung yang berada di Indonesia dan patung yang berada di Australia. Hasil penyelidikan ini membuktikan bahwa patung yang ada di Indonesia merupakan duplikasi dan bukan patung yang asli.

Tulisan Prof Ronny di Kompasiana banyak dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penulisan skripsi, tesis, disertasi serta buku. Ini karena bentuk tulisannya yang dikemas dalam bentuk ilmiah popular dan mengacu pada berbagai publikasi ilmiah yang diterbitkan di jurnal internasional.
Contohnya adalah pakar Indonesia yang namanya mendunia, Prof Tim Lindsey dan Dave McRae dari University of Melbourne Australia dalam buku terbarunya yang berjudul "Strangers Next Door?: Indonesia and Australia in The Asian Century". Beberapa pustakanya mengacu pada tulisan Prof Ronny yang terkait dengan penyuapan dan korupsi yang terjadi di Indonesia.


Ketika ditanya topik apa yang dapat memicu minatnya untuk membuat tulisan, Prof Ronny mengatakan topik terkini selalu menarik perhatiannya. Sebagai contoh, pada saat pandemik corona  sedang melanda dunia, Prof Ronny memiliki sudut pandang lain dengan membuat tulisan dengan judul “Penghuni Kebun Binatang Pun Harus Menyesuaikan Diri di Tengah Pandemi Korona”.  Dalam tulisan ini Prof Ronny menggambarkan bagaimana penghuni kebun binatang juga mengalami stres karena tidak adanya pengunjung dan cara mengatasinya apabila nantinya pandemi korona ini sudah reda.

Pada tahun 2017, sebagian tulisan Prof Ronny di Kompasiana, telah dipublikasikan dalam bentuk buku yang berjudul “Australiana: Kisah Persahabatan Dua Bangsa”. Buku setebal 465 halaman yang memuat ratusan tulisannya ini, menggambarkan naik turunnya hubungan Indonesia dan Australia ditinjau dari segi politik, budaya, sosial dan pendidikan.

Dalam hal konservasi, Prof Ronny banyak menulis tentang satwa liar Indonesia dan di Australia, seperti orang utan, harimau sumatera, gajah, kerbau liar, unta liar serta burung liar. Prof Ronny pernah mengulas tentang penyelundupan kakatua putih dengan cara memasukkannya ke dalam kemasan plastik air mineral yang saat itu juga menjadi pemberitaan internasional. Bahkan Kompas TV tertarik mewawancarainya terkait kontroversi penyelundupan satwa liar di Indonesia.
Menurut Prof Ronny menulis tulisan ilmiah popular memang tidaklah mudah karena hal ini memaksa dirinya untuk selalu membaca publikasi terkini dan topik terkini yang sedang hangat diberitakan di media massa. Disamping itu tulisan ilmiah popular memang pembacanya hanya merupakan segmen tertentu saja sehingga bahasanya harus sederhana dan mudah dicerna. Tulisan ilmiah popular yang ditulisnya pada umumnya hanya sekitar dua halaman saja, sehingga harus dapat dikemas dengan baik agar pesan yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh masyarakat.

Namun Prof Ronny berhasil membuktikan bahwa tulisan ilmiah popular memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat karena terbukti kumpulan tulisannya yang ditulis di Kompasiana telah dibaca hampir 1.9 juta kali. Bagi Prof Ronny kegemarannya menulis yang mendalami ilmu genetika kuantitatif, populasi dan ekologi tidak saja menjadi sarana penyebaran ilmu pengetahuan bagi masyarakat awam namun sebagai pendidik, tulisannya kini dapat dibaca secara leluasa oleh mahasiswanya dari berbagai strata pendidikan baik di IPB University maupun di perguruan tinggi lainnya (ipb.ac.id)